Sebenarnya bukan hanya Hera saja yang berpikiran ada hal istimewa di dalam hubungan pertemanan Ofelia dan Daryl. Hampir setengah penghuni Riilfud juga memiliki pemikiran serupa. Hubungan akrab Ofelia dan Daryl yang terjalin sejak mereka berangkat pelatihan kerja ke Jerman tetap berlanjut sampai mereka kembali ke Indonesia bahkan hingga dua setengah tahun telah berlalu.
Di tahun pertama mereka bekerja sebagai karyawan tetap Riilfud, gosip panas terus menerpa keduanya. Yang mengherankan hanya Ofelia saja yang menyangkal gosip itu. Sementara Daryl sama sekali tidak merasa keberatan. Daryl tetap santai menanggapi gosip soal hubungan pertemanannya dengan Ofelia. Sekalipun dia beberapa kali dicampakkan wanita karena gosip soal hubungannya dengan Ofelia sampai ke telinga kekasihnya, Daryl tidak pernah mempersoalkannya. Hubungan pertemanan Ofelia dan Daryl tidak terganggu sedikitpun.
Ofelia sudah beberapa kali memperingatkan Daryl supaya menjaga jarak darinya agar tidak terjadi kesalahpahaman antara Daryl dengan kekasihnya. Namun Daryl tidak pernah melakukannya. Malah bukannya semakin jauh, hubungan keduanya semakin dekat dari bulan ke bulannya.
Selama berbulan-bulan itu juga Ofelia masih tetap memilih bertahan tanpa pasangan. Keberadaan Daryl sama sekali tidak menggeser alasannya untuk memilih bertahan sendiri. Apalagi kalau bukan masih mengusahakan untuk menemukan cinta pertamanya dan menghadapi laki-laki itu dengan penuh keberanian. Sayangnya keberanian itu tak kunjung datang hingga dua setengah tahun telah berlalu. Sementara selama itu Daryl sudah berganti pasangan entah sudah keberapa belas kalinya. Ofelia hanya ingat beberapa nama saja yang memang pernah dikaitkan dengan dirinya.
Daryl memang memiliki wajah yang tidak mudah ditolak oleh wanita. Apalagi dia juga memiliki wawasan dan latar belakang pendidikan yang mumpuni. Sehingga terasa rugi jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar untuk menebar pesonanya itu. Terutama untuk memikat hati para wanita, bahkan wanita-wanita yang ada dalam lingkungan keluarga Ofelia.
Bukan hanya karena memiliki privilege di wajahnya yang membuat Daryl bisa dengan mudahnya diterima oleh anggota keluarga Ofelia. Lebih dari itu Daryl memang memiliki sikap yang selalu sopan dan mudah akrab dengan siapapun. Meski Daryl berasal dari keluarga kaya yang kekayaannya tidak akan habis hingga tujuh turunan, dia tidak menggunakannya untuk sekadar hura-hura dan foya-foya. Daryl tetap kerja keras untuk mendapatkan semua yang bisa dimilikinya saat ini.
Itulah sederet alasan yang membuat anggota keluarga Ofelia sangat ramah dan terbuka pada Daryl. Namun segudang alasan itu tidak lantas membuat Ofelia menjatuhkan hatinya pada sahabatnya itu. Selain karena Ofelia belum bisa melepaskan sang cinta pertama dari hatinya, dia juga tahu bagaimana gaya hidup bebas Daryl yang berkaitan dengan wanita. Laki-laki yang memiliki segalanya itu gonta ganti pacar seperti ganti sprei. Bisa dua mingguan, bisa juga bulanan. Yang jelas tidak lebih dari dua bulan.
Hal itulah yang membuat Ofelia bertekad cepat atau lambat harus menjauhi Daryl. Bukan karena dia takut akan menjadi korban ranjang hangat Daryl selanjutnya. Lebih dari itu dia benar-benar sudah lelah dengan segala jenis gosip miring yang kerap menimpa dirinya. Terlebih jika sudah dikait-kaitkan dengan berakhirnya hubungan Daryl dan pacarnya. Para pembuat gosip dan wanita-wanita yang tidak terima karena dicampakkan Daryl itu tidak tahu saja kalau Ofelia ini juga hanyalah cadangan Daryl jika kehabisan stok wanita yang bisa diajak laki-laki itu untuk menghabiskan waktu di akhir pekan.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Ofelia untuk mulai menghindari Daryl adalah tidak mengabari Daryl jika menghabiskan waktu di akhir pekan dengan Hera. Ofelia sangat hapal, cukup dengan mengirim lokasi keberadaannya saat itu, maka hanya dalam hitungan tidak lebih dari 30 menit, maka Daryl akan mengabari lokasinya yang sudah berada tak jauh dari lokasi yang dikirim oleh Ofelia. Selain itu di kantor Ofelia juga selalu beralasan sibuk jika Daryl mengajaknya makan siang bersama. Ofelia juga selalu menolak saat Daryl berniat mengantarnya pulang jika sedang lembur. Padahal selama ini Ofelia tidak pernah menolak kedua hal yang ditawarkan oleh Daryl itu.
“Sibuk, Fe?” Suara berat Daryl membuat Ofelia mendongak, meninggalkan layar laptop di hadapannya.
“Lumayan,” jawab Ofelia kembali menatap layar laptop di hadapnnya setelah melihat wajah orang yang sudah dihindarinya selama beberapa minggu terakhir.
“Lo ada acara weekend ini?” tanya Daryl sambil menarik salah satu kursi kosong dari kubikel sebelah kubikel Ofelia.
“Ada,” jawab Ofelia dengan nada menggantung. “Nyiapin acara ulang tahun ponakan gue. Sebenarnya ultahnya udah dua hari yang lalu. Cuma dia masih persiapan ujian. Jadi baru bisa dirayain setelah beres ujian,” jelas Ofelia.
“Aline ya? Pulang kantor ke Sency dulu, yuk.”
“Ngapain?”
“Nyari kado buat Aline.”
“Nggak usah. Bokap nyokapnya udah ngasih kado berlimpah ruah. Lo nggak perlu repot-repot manjain ponakan gue.”
“Dih, gue yang mau kenapa lo yang ngatur-ngatur? Pacar gue juga bukan.”
“Stress!” maki Ofelia sembari memutar bola matanya.
Daryl hanya menyemburkan napas melihat ekspresi malas yang ditunjukkan oleh Ofelia. “Anyway, lo nggak kelupaan sesuatu, Fe?” tanyanya kemudian.
“Apaan?”
“Tiga bulanan lagi ultah gue, Fe.”
“Oh, iya gue ingat kalau itu. Lagian masih lama ini. Lo mau request kado? Bagus, deh. Mumpung masih ada waktu. Jadi gue bisa ngondisikan dari sekarang,” jawab Ofelia santai.
Daryl manggut-manggut beberapa kali. “Gue mau ngerayain ultah bareng lo. Mau, ya? Udah dua kali lo nggak pernah mau datang ke acara ultah gue.”
“Ya, salah lo sendiri ngadain ultah di Senopati. Masih mending di coffee shop. Lah, kelakuan lo ngerayain ultah di night club. Bisa digantung di gapura kompleks gue, kalau ketahuan bokap masuk night club, Ryl,” celoteh Ofelia sembari pasang pura-pura cemberut.
Daryl terbahak mendengar curahan hati Ofelia. Dengan entengnya tangan panjangnya itu terulur untuk mengacak puncak kepala Ofelia lalu menggoyang kepala gadis itu beberapa kali. Bayangkan saja jika perempuan lain yang diperlakukan seperti itu, sudah bisa dipastikan akan lemas tak berdaya. Sebenarnya Ofelia juga pernah merasakan hal yang sama. Namun kini efeknya sudah tidak sedahsyat dulu ketika baru menjalin pertemanan dengan Daryl.
“Dedek lagi curhat nih, ceritanya? Tapi kayaknya kalau gue yang minta ijin sama bokap lo, bakal langsung diijinin. Lo-nya aja yang nggak mau,” ejek Daryl.
“Menurut ngana?” cibir Ofelia lalu menjambak pelan ujung rambut Daryl karena memanggil nama rumahannya dengan nada mengejek seperti itu.
“Ya, deh… Spesial tahun ini gue mau ngerayain ultah di apart gue aja.”
“Kayak yang kuat aja lo nggak ngerayain ultah di Senoparty.”
“Serius gue. Lo datang ya.”
“Sebagai apa? Panitia? Apa penanggung jawab EO?”
“Kalau gue bilang sebagai calon istri gue mau apa lo?”
“Mending jadi perawan tua gue, Ryl. Dah, sana pergi lo! Ganggu aja!” usir Ofelia untuk menutupi kegugupannya akibat pertanyaan konyol yang dilontarkan oleh Daryl.
“Amit-amit, Fe. Nggak perlu jadi perawan tua cuma karena takut nggak ada yang mau sama lo. Gue mau sama lo, asal lo-nya juga mau sama gue.”
“Orang gila! Pergi nggak lo, gue bilang!” Jantung Ofelia mulai tidak aman karena nyaris menganggap serius pertanyaan Daryl. Dia meyakinkan dirinya bahwa pertanyaan Daryl itu hanya sekadar bercandaan ala Daryl saja.
Daryl bangkit dari duduknya sebelum menjadi sasaran empuk keyboard wireless milik Ofelia yang kini sedang diangkat gadis itu dan diarahkan kepadanya. Sebagai usaha Ofelia untuk menutupi kegugupannya.
“Gue nggak mau datang kalau cuma sendirian doang,” ujar Ofelia akhirnya setelah Daryl sudah melangkah menjauhinya.
Daryl refleks berbalik. “Kenapa memangnya kalau lo cuma datang sendirian ke apart gue? Takut banget kayaknya gue ‘hap’?” canda Daryl sambil berpose siap menerkam Ofelia dengan kedua tangannya. “Tenang aja lagi. Gue nggak suka main kasar apalagi dengan maksa-maksa. Dijamin nggak ada enak-enaknya kalau ‘main’ dalam kondisi kayak gitu.”
Ofelia merasa wajahnya seperti terbakar saat ini. “Daryl, sialan emang lo! Gue nggak minta penjelasan ya. Ngapain juga mesti lo jelasin?” ucap Ofelia dengan suara tertahan.
Daryl yang sudah tidak tahan menggoda sahabatnya itu buru-buru pergi sebelum Ofelia semakin kesal padanya. Laki-laki itu kembali ke lantainya sembari menahan senyum. Beberapa kali dia berpapasan dengan orang-orang dari divisi Ofelia. Namun dia tampak tidak peduli dengan tatapan penuh tanya yang secara terang-terangan ditunjukkan oleh orang-orang itu.
Situasi seperti itu seringkali terjadi dan menjadi kesenangan pribadi bagi Daryl jika telah berhasil menggoda Ofelia. Perempuan paling tenang dalam situasi dan kondisi apa pun menurutnya. Namun ketika diajak bicara tentang hal yang berbau 18 plus plus, perempuan itu mendadak gelisah dan menjadi pemarah. Padahal bukan sekali dua kali Daryl menggodanya dengan humor implisit seperti itu. Namun Ofelia masih belum bisa menyesuaikan diri dengan hal-hal seperti itu. Dan Daryl merindukan momen bisa melihat emosi langka dalam diri Ofelia setelah beberapa minggu terakhir dia merasa gadis itu seperti sedang berusaha menghindarinya tanpa alasan.
~~~
^vee^