bc

LUCKY STRAIGHT

book_age12+
10
FOLLOW
1K
READ
drama
tragedy
comedy
humorous
mystery
like
intro-logo
Blurb

Ebod, seorang anak kampung yang mendadak kaya raya karena bermain saham harus terusir dari kampung dan dibenci oleh keluarga karena dituduh memelihara pesugihan dan memelihara babi ngepet. Ebod terpaksa pergi merantau ke Jakarta, di Jakarta tidak serta merta membuat karier Ebod cemerlang. Ebod justru banyak sekali ditipu oleh orang. Akankah perjalanan bisnis dan cinta Ebod berjalan gemilang?

chap-preview
Free preview
PROLOG LAUT TIDAK BERSAHABAT
Kepergian orang yang paling disayang dan dikasihi selalu menyisakan isak tangis yang dalam, berharap semua yang terjadi hanya mimpi. Berharap semua akan terlalui begitu saja tapi kenangan selalu membuat luka yang semakin dalam setiap harinya. “Pak, Bapak gak lihat cuaca di luar sudah mulai mendung. Ibu khawatir kalau terjadi apa-apaa saat Bapak melaut nanti. Lagian kan libur satu hari saja tidak masalah, uang hasil penjualan ikan hari kemarin masih ada sisa.” Warti mencoba menahan Eman untuk tidak pergi mencari ikan ke laut. Eman hanya tersenyum mendengar semua ocehan Warti. “Ibu kaya baru pertama saja ditinggal Bapak pergi melaut, Bapak sudah sering melaut disaat hujan dan cuaca buruk. Buktinya sampai sekarang Bapak baik-baik saja. Ibu jangan terlalu khawatir sama Bapak, uang hasil penjualan ikan hari kemarin iIbu simpan saja untuk biaya si Ebod nanti masuk SMA, Bapak gak mau kalau si Ebod gak lanjut sekolah. Ebod harus jadi orang sukses, Ebod gak boleh seperti Bapaknya yang menghabiskan banyak waktu di laut.” Eman mencoba menenangkan Warti. Ebod dan kedua adiknya yaitu Nisa dan Edi mendengarkan semua perkataan yang diucapkan oleh Eman. Eman melihat ke arah Ebod dan tersenyum seolah memberikan banyak harapan kepada Ebod. Ebod membalas senyum Eman dan memasukan ke dalam hati semua perkataan Eman yang baru saja diucapkan. Warti merasa sangat gelisah, entah kenapa hari ini perasaan Warti tidak seperti biasanya. Bisanya Warti riangan sekali mengijinkan Eman untuk pergi melaut. Tapi hari ini Warti merasa sangat berat, firasat Warti sangat buruk tentang hari ini. “Pokonya Ibu gak mau Bapak pergi melaut malam ini, Bapak diam saja di rumah bersama kita. Bapak kan jarang sekali libur, sesekali libur Ibu dan anak-anak tidak masalah. Ibu masih punya tabungan untuk makan kita besok hari.” Warti kekeuh menahan Eman untuk tidak pergi berlayar malam ini. Diluar terdengar suara petir yang menyambar ditemani oleh rintik hujan. Warti kaget mendengar suara petir yang saling bersautan “Ibu mohon, Bapak jangan pergi dulu ya malam ini. Bapak tetap di rumah, petirnya besar sekali. Ibu takut sekali nanti ketika di tengah laut hujan lebat dan air menjadi pasang.” Warti hampir meneteskan air mata mencegah Eman untuk pergi melaut. Eman menghmpiri Warti. Eman memeluk Warti sangat erat “Bu, takdir dan umur sudah Alloh yang tentukan. Kita tidak bisa menahan, kalau Gusti Alloh tidak mengijinkan Bapak untuk pulang ke pangkuannya badai dan bencana apapun tidak akan bisa membuat Bapak berpulang. Tapi jika Alloh sudah berkehendak, jangankan pergi ke laut. Bapak kesandung batu kerikil di depan rumah saja bisa meninggal. Ibu percaya saja sama takdir yang Alloh pilihkan untuk hidup kita.” Eman berbicara sambil memeluk erat Warti. Eman melepaskan pelukan Warti dan melihat ke arah Ebod, Nisa dan Edi. “Ibu punya dua orang jagoan yang akan menjaga Ibu, mereka akan berjuang untuk membahagiakan Ibu. Ibu juga punya satu putri yang akan menemani Ibu disaat Ibu kesepian. Nisa akan jadi sahabat Ibu, tempat Ibu berkeluh kesah. Ebod akan jadi penopang keluarga yang sukses dan Edi akan jadi anak yang sukses dalam bidang pendidikan karena Edi sangat pintar. Ibu punya personil lengkap, ada atau tidak ada Bapak. Tidak akan membuat Ibu merasa kesepian, kita berdua punya anak-anak yang baik dan pintar.” Eman menatap Ebod, Nisa dan Edi dengan tatapan penuh haru. Eman menghampiri Ebod, Nisa dan Edi. “Kalian jaga Ibu baik-baik, jangan berantem dan jangan bikin Ibu sedih. Bapak akan segera pulang membawa uang dan ikan untuk kalian. Bapak akan bekerja keras untuk bisa menyekolahkan kalian sampai tinggi. Jadilah orang yang sukses dan jadilah anak yang membanggakan.” Eman tersenyum hangat dan memeluk Ebod, Nisa dan Edi. Suasana melepas Eman berlayar hari ini sangat syahdu. Warti tidak bisa menggambarkan semua perasaan yang ada saat ini. Meski hidup sederhana bersama dengan Eman, Warti sama sekali tidak pernah keberatan dan mengeluh. Warti menerima semua perlakuan Eman, Eman suami dan Bapak yang bertanggung jawab. Eman tidak pernah sekalipun mengecewakan Warti. “Man, cepetan yang lain sudah nunggu di tepi laut.” Jaja berteriak dari luar rumah Eman. Eman bergegas bersiap. “Bapak akan segera pulang, kunci pintunya ya Bu. Jangan lupa pesan Bapak tadi, Ibu tenang saja. Laut sudah jadi sahabat Bapak.” Eman mencium kening Warti dan bergegas pergi. Warti mengantar Eman keluar rumah. Warti mencium tangan Eman “Bapak jaga diri baik-baik ya, cepet pulang. Gak perlu mikirin tangkapan ikan yang sedikit, pokonya kalau sudah waktunya pulang Bapak harus pulang.” Warti kembali mengingatkan Eman. Eman tersenyum “Iya, Bapak akan pulang. Kamu tunggu Bapak ya.” Eman langsung pergi. “Udah cepet pamitannya, anak udah tiga masih mesra saja.” Jaja tertawa, Eman langsung bergabung dengan Jaja. Warti melihat Eman berjalan menjauh, sesekali Eman berbalik badan melambaikan tangan sambil tersenyum. Warti membalas lambaikan tangan Eman dengan senyuman ragu. Perlahan punggu Eman sudah tidak terlihat lagi, Eman pergi dalam gelapnya malam mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Warti menghela nafas panjang mencoba menenangkan diri dan membuat perasaan tenang. Sesaat Warti duduk di kursi kayu yang berada di depan rumah. “Mas, meski aku berusaha mencegah pasti kamu akan selalu menolak. Aku tahu tanggung jawabmu sebagai suami dan Bapak sangat besar, tapi untuk hari ini harusnya kamu dengar kata-kata istrimu. Hari ini istrimu tidak akan bisa tidur sampai kamu mengetuk pintu rumah dan kembali bersama kami.” Warti bicara sendiri pelan. Warti masuk ke dalam rumah. Ebod, Edi dan Nisa sudah tidak ada di ruang depan. Ketiganya sudah masuk ke kamar dan tertidur. Warti melihat ke dalam kamar memastikan ketiga anak Warti memakai selimut dengan benar. Warti menaikan selimut dan menatap penuh rasa iba kepada Ebod, Nisa dan Edi. “Ibu gak tahu nasib kalian bagaimana jika Bapak tidak pulang, Ibu berharap kalian akan punya nasib yang gemilang. Kalian harus membanggakan Ibu dan Bapak. Menjadi contoh untuk orang lain dalam hal kebaikan.” Warti bicara dalam hati kemudian menggelengkan kepala mencoba untuk berpikirkan positif. “Apa sih yang sudah aku pikirkan, Kang Eman pasti akan segera pulang.” Warti menyemangati diri sendiri. Warti pergi ke kamar, di dalam kamar petir semakin bersautan. Warti berusaha memejamkan mata tapi mata Warti tidak bisa terpejam. Pikiran Warti terus melayang mengingat senyuman Eman yang akan pergi berlayar. Warti menggunakan selimut dan memaksakan untuk tidur. Eman dan Jaja sudah berada ditepi laut. Petir semakin besar dan hujan semakin deras. Perahu lain satu persatu sudah berlayar ketengah. Sementara Eman dan Jaja masih berdiri menatap laut yang gelap “Hujannya semakin deras Ja, apa kita balik lagi saja? Kayanya juga hasil tangkapan akan sedikit kalau hujan deras.” Eman ragu untuk pergi berlayar. Jaja menadahkan tangan mengukur hujan yang rintiknya semakin besar. “Tapi yang lain sudah pergi berlayar, justru katanya kalau hujan deras hasil tangkapan akan semakin banyak Man. Lagian saya gak mungkin balik lagi, saya butuh biaya sekolah buat si Laila, dua bulan belum Laila belum bayar SPP.” Jaja tidak berniat untuk balik lagi meskipun Eman berusaha untuk pulang. “Kalian masih mau ngobrol disana atau mau ikut pergi berlayar? Perahu sudah siap.” Mardi berteriak dari atas perahu. Jaja menepuk pundak Eman “Iya Mang, saya naik sekarang.” Jaja langsung naik k atas kapal sementara itu Eman berjalan di belakang Jaja. Eman melihat ke arah darat, memikirkan Warti, Ebod, Nisa dan Edi kemudian naik ke atas kapal. Perasaan Eman sama seperti Warti, Eman merasa tidak enak hati. Eman ingin kembali pulang tapi perlahan perahu pergi meninggalkan daratan. Pilu menyerta kepergian Eman. Eman merasa menyesal tidak mendengarkan permintaan Warti, sekarang sudah terlambat untuk Eman kembali. Eman memanjatkan banyak doa berharap lautan malam ini juga bersahabat. Fajar sudah menyingsing, rintik hujan perlahan berganti dengan matahari yang malu-malu menampakan cahayanya. Meski rintik hujan sudah berhenti tapi cuaca masih terlihat mendung. Warti beranjak dari tempat tidur melihat ke kamar Ebod, Nisa dan Edi. Ebod, Nisa dan Edi terlihat sedang tertidur sangat pulas. Warti mengambil baju hangat dan pergi ke depan menunggu Eman untuk pulang. Warti duduk di kursi kayu berharap sosok Eman segera berjalan menghampiri dengan senyuman. Satu persatu tetangga Warti sudah lewat ke rumah Warti tapi Eman dan Jaja belum menampakan diri. Warti berdiri berharap pandangan Warti bisa melihat jauh ke depan. Warti melihat ada seorang laki-laki berlari dengan tergesa-gesa. Perasaan Warti langsung tidak enak, Warti merasa sangat lemas meski pelari belum sampai ke rumah Warti. Laki-laki yang lari itu adalah Galih, seorang anak muda yang sudah dari kecil ikut berlayar dengan Bapaknya. “Bu Warti, Ibu harus ke laut sekarang juga. Gawat Bu Gawat!” Galih nyaris kehabisan nafas dan terlihat sangat panik. “Gawat kenapa Lih, coba kamu bicara pelan-pelan. Saya gak ngerti apa yang kamu sampaikan.” Warti meminta kepada Galih untuk menjelaskan dengan tenang. Galih menarik nafas panjang. Ebod baru bangun tidur, Ebod terbangun karena mendengar suara gaduh di luar. Ebod beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar. Ebod berdiri menyender ke pintu melihat Galih yang baru saja datang. Galih melihat ke arah Ebod, Warti juga melihat ke arah Ebod “Kang Eman, Kang Eman....” Galih gelagapan menyampaikan berita kepada Warti. “Kang Eman kenapa?” Warti bertanya sangat pelan. Perasaan Warti seperti sudah bisa menebak. “Kang Eman gak bisa kembali ke darat Bu.” Galih berkata sangat pelan sambil menunduk. Perlahan air mata Warti menetes, kaki Warti terasa sangat lemas. Warti ambruk, seluruh tubuh Warti seolah tidak punya tulang. Warti lemas, Warti nyaris pinsan mendengar berita dari Galih. Ebod hanya diam saja, Ebod mengerti apa yang Galih sampaikan tapi Ebod seakan tidak menerima apa yang Galih sampaikan. Galih terus menunduk karena merasa tidak enak hati. Warti mencoba berdiri dengan menguatkan kakinya, menumpu tangan kepada kursi berharap diri bisa berdiri dengan tegak. Warti mengumpulkan tenaga dan menahan air mata, selalu ada harapan bagi Warti. Eman sudah berjanji untuk pulang. Warti yakin kalau Eman akan pulang dan selamat. “Ayo kita ke laut sekarang, kita jemput Bapak pulang. Ibu yakin Bapak kamu pasti pulang.” Warti mengajak Ebod untuk ikut pergi ke laut sementara Nisa dan Edi masih tidur sangat lelap. Warti, Ebod dan Galih berjalan setengah lari ke tepi laut. Di laut sudah banyak orang berkumpul. Jaja menangis meronta-ronta. Jaja melihat Ebod, Warti dan Galih datang menghampiri. Jaja langsung bersujud dibawah kaki Ebod. Ebod tidak mengerti apa yang sedang Jaja lakukan, Jaja seperti punya salah besar kepada Ebod dan Warti. “Kang Eman kemana? Kenapa Kang Eman tidak ikut Kang Jaja pulang?” Warti bertanya pada Jaja yang masih menangis meraung sambil melihat ke arah laut dan ke banyak orang. Mencari keberadaan Eman, Warti berharap Eman akan muncul diantara kerumunan. Jaja hanya menunduk, menunduk dengan sangat dalam sambil menangis. Semua orang yang melihat terdiam tanpa sepatah kata pun, menyaksikan Warti yang mulai menangis. Ebod mulai meneteskan air mata, Ebod menyeka air mata dan memeluk Warti yang tidak bisa menerima kepergian Eman. Warti berjalan ke arah laut dan hendak menenggelamkan diri. “Ibu harus jemput Bapak, mungkin Bapak ingin di jemput sama Ibu.” Warti berjalan ke arat laut sambil teriak menyebut nama Eman. “Kang Eman, Kang Eman ada dimana?” Warti ditahan oleh beberapa orang warga, semua warga mulai menangis tidak tahan dengan yang terjadi menimpa Warti.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
177.4K
bc

Breaking the Headline

read
23.2K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.6K
bc

Aku Pewaris Keluarga Hartawan

read
146.1K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.1K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
29.5K
bc

KEMBALINYA RATU MAFIA

read
11.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook