"Aku percaya padamu." Deg. "Andai mas Barga juga melakukan hal yang sama. Dia percaya padaku. Tapi, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan saja. Untuk menggapainya, aku kesulitan." Ujarku dalam hati. Aku hanya menertawakan diriku dalam diam. Nyatanya, apa yang aku harapkan masih jauh dalam pandangan. Letaknya yang begitu jauh, tak bisa aku jangkau meski aku berlari sekencang apapun untuk mengejarnya. Sekarang, aku sadar. Aku sudah tidak punya kesan atau arti apapun dimana mas Barga. Kalau memang seperti kata mas Dimas kalau mas Barga menyesal telah mengatakannya, maka hari ini juga dia akan berusaha untuk menelponku atau sesaat setelah aku meninggalkan rumahnya. Nyatanya, tidak sama sekali. Kini, aku hanya tinggal menunggu surat perceraian secara resmi, menandatanginya dan menungg

