Merasa Hancur

1175 Words
Satu hari sebelum Nayla terpaksa menikah dengan Adnan. Seperti biasanya setiap pukul delapan pagi Nayla sudah stand by untuk mengecek segala persiapan sebelum melakukan opening restoran miliknya yang akan dilakukannya nanti di jam sepuluh. Pagi ini Nayla melakukan pengecekan ekstra mulai dari bahan baku sampai yang terpenting masa expired produk dan juga kebersihan di seluruh area restorannya. Hal itu sengaja Nayla lakukan karena hari ini ia akan kedatangan seorang influencer terkenal yang akan memberikan review dan juga rating untuk restoran miliknya dari segi makanan serta keadaan restorannya. Tentu Nayla merasa sangat senang sekaligus gugup karena penilaian tersebut mempengaruhi perkembangan restoran yang sudah mulai dikenal banyak orang. “Nimas, apa lo sudah cek semua area outdoor? Ingat tanaman yang sekiranya menganggu lebih baik disingkarkan saja dan jangan lupa untuk menyiram semua tanaman agar terlihat segar,” seru Nayla yang baru saja turun tangan ke area restoran karena sebelumnya ia sedang sibuk mengurus hal lain di laptopnya yang masih berkaitan dengan restoran. “Sudah kok Mbak, sejak kemarin kami mulai memangkas tanaman yang menganggu dan pagi ini sudah saya periksa kembali,” jawab Nimas yang tak lain adalah salah satu karyawan senior yang bekerja lama di restoran Nayla. “Bagus, terima kasih ya, Nimas.” Nayla menepuk bahu Nimas karena ia merasa sangat senang mendengar hasil kerja Nimas. “Oh ya gue titip jangan sampai ada debu sedikit pun dan tolong di cek pengharum ruangannya ya karena gue mau cek kondisi dapur.” “Baik Mbak, akan saya cek lagi semuanya.” Nayla pun berjalan ke arah dapur lalu mengecek segala persiapan di dapur termasuk mencicipi beberapa bahan makanan serta bumbu yang sudah matang agar komposisinya tetap sesuai standar restorannya. “Dika, ke sini sebentar deh,” panggil Nayla kepada kepala koki yang menangani bagian dapur. Tangan Nayla bergerak ke udara untuk mengisyaratkan agar Dika segera menghampiri dirinya. “Iya Nayla, ada apa?” tanya Dika yang sudah berada di samping Nayla. Dika ini adalah teman Nayla yang pernah mengemban ilmu di kejuruan yang sama ketika kuliah di bagian perhotelan. Lelaki itu pun juga sudah sejak awal membantu Nayla untuk mendirikan restoran ini. “Sorry tapi menurut lo ini sambel udah mau basi enggak sih?” tanya Nayla sambil menunjuk ke arah mangkuk kecil berwarna merah yang berisi sambal rebus yang biasa digunakan untuk pendamping soto dan yang lainnya. Dika pun meraih mangkuk itu dan mulai mengendusnya dan hasilnya sesuai yang dikata Nayla tadi. Ekspresi wajah Dika berubah menjadi tidak enak dan merasa bersalah akibat kelalaiannya. “Sorry ya Nay, gue lupa cek ulang lagi.” “Santai enggak apa-apa tapi nanti tolong ya sebelum semua makanan keluar lo cek dulu dari segi rasa sama tampilannya karena gue belom tentu bisa stand by di dapur.” Dika pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti. “Dan untuk sambel ini buang aja deh ganti sama yang baru dari pada nanti ada yang complain,” titah Nayla yang langsung dituruti oleh Dika. Sementara Nayla melanjutkan kembali tugasnya mengecek semua perlengkapan. Sekitar pukul dua siang orang yang ditunggu Nayla dan seluruh karyawannya di restoran datang. Nayla sendiri sudah duduk menemani Salsa seorang influencer di bidang kuliner yang saat ini tengah naik daun tersebut. Sementara para karyawannya sedang menyiapkan makanan dan minuman yang akan di review oleh Salsa nanti. “Kamu hebat ya Nayla masih muda sudah berani mendirikan restoran sebesar dan senyaman ini,” puji Salsa di tengah obrolannya karena mereka seumuran, sama-sama berusia dua puluh lima tahun. “Kamu terlalu berlebih Salsa padahal kamu loh yang lebih hebat sudah banyak dikenal oleh orang apalagi lihat pengikut kamu lebih banyak dibandingkan aku,” puji Nayla baik karena memang sebelum bertemu Salsa, ia sudah mencari tau mengenai wanita yang duduk di hadapannya. Saat makanan Salsa tiba di atas meja, muncul seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam restorannya sambil meluapkan emosinya hingga menimbulkan kegaduhan serta mencari orang yang bertanggung jawab penuh atas restoran yang tak lain adalah dirinya. “Di mana manajer kamu? Saya ingin minta pertanggung jawabannya,” kata orang itu dengan wajahnya yang sudah memerah jika di gambarkan dalam tokoh kartun mungkin akan terlihat juga dua tanduk serta kobaran api di sekelilingnya. “Salsa, maaf sebentar saya tinggal dulu ya,” pamit Nayla seraya beranjak pergi untuk menemui orang tersebut. Ini adalah pertama kalinya Nayla mendapati pengunjung restoran yang marah-marah sampai meminta pertanggung jawabannya. “Ma-maaf ada apa ya Pak, apa ada yang bi—“ “Oh jadi kamu yang manajernya? Kamu ini bisa jaga kebersihan enggak sih? Masa kemarin setelah saya makan di sini malah masuk rumah sakit? Apa kamu mau bunuh saya?” orang itu melempari banyak pertanyaan beserta tuduhan kepada Nayla yang membuatnya terkejut serta takut. “Tapi kami selalu menjunjung tinggi kebersihan serta kualitas di restoran kami kok, Pak. Mungkin saat itu kondisi tubuh bapak sedang dalam keadaan tidak baik atau bapak makan, makanan di tempat lain,” jelas Nayla yang berusaha membela diri di depan banyaknya pengunjung. “Apa ini? Kenapa ada lalat di makanan saya?” teriak seorang wanita dari meja lain yang semakin membuat suasana semakin panas. Nayla tentu tidak percaya saat mendengarnya hingga ia berlari menghampiri pengunjung di meja tersebut dan melihatnya sendiri. “Apa? Kenapa ada lalat di makanannya?” Sumpah baru beberapa detik yang lalu Nayla berusaha membela dirinya di depan banyak pengunjung tapi yang ia dapati malah berbanding terbaik seakan ia sedang berbicara omong kosong. Belum sampai di situ pengunjung lain mulai mengeluhkan hal yang sama di meja lain yang membuat kaki Nayla melemas bak jeli. Kenapa semua ini bisa terjadi kepada dirinya di hari yang sama? “Nay, maaf sepertinya aku ada urusan lain sehingga tidak bisa memberikan review hari ini jadi mungkin lain kali aku akan datang,” pamit Salsa yang berjalan menghampiri Nayla setelah semua kegaduhan itu terjadi. Dan dalam sekejap semua pengunjung pun serempak keluar dari restorannya. Nayla yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya dan hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya. Dika yang dari arah dapur langsung berjalan mendekati Nayla saat ini sedang merasa hancur. “Nay, sumpah tadi sebelum makanan keluar gue udah sempet cek enggak semuanya dan enggak ada masalah apa lagi lalat hingga di situ.” Nayla menoleh ke arah Dika yang berusaha meyakinkan dirinya. “Kalau lo enggak percaya bisa kok lo potong kuping gue.” “Sama Mbak, Nimas juga tadi udah cek kok pas dari dapur mau diantar ke tamu emang enggak ada apa-apa,” timpal Nimas yang juga berusaha meyakini Nayla. Nayla sempat menoleh ke arah Nimas lalu tersenyum tipis. “Gue percaya kok sama cara kerja kalian karena kalian emang udah dari lama ikut gue,” kata Nayla yang tidak berusaha menyalahkan siapa pun. Hanya saja Nayla berpikir kenapa semua terjadi secara bersamaan dan yang paling parahnya lagi saat restoran Nayla akan didatangi oleh Salsa hari ini. “Gue cuma mikir kenapa hari ini kita mendapatkan sial secara bersamaan dan pas banget saat Salsa mau me-review restoran kita cuma itu yang ada dipikiran gue,” timpal Nayla dengan tatapannya yang kosong lurus ke depan. Ia merasa seperti ada banyak kejanggalan yang terjadi di hari ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD