Lima menit kemudian, sebuah taksi berada di depan rumah Dhana. Supir taksi itu heran mengapa orang yang tinggal di perumahan super mewah ini masih mau menggunakan taksi miliknya. Namun supir itu tidak berani bertanya kepada Dhana karena Serli sudah mengultimatum sebelumnya bahwa supir itu jangan menanyakan apapun kepada penumpangnya. Serli pun memberikan upah yang besar kepada supir taksi itu.
“Hari ini aku sungguh beruntung. Aku mendapat penghasilan setahun dalam waktu sehari. Aku tidak boleh menyinggung orang ini.”batin supir taksi itu.
Tidak lama kemudian, Dhana tiba di universitas kedokteran Kota Antara. Hari ini adalah hari pembukaan untuk pendaftaran murid baru universitas kedokteran kota Antara.
“Permisi tuan. Saya akan menunggu tuan disana.”ujar supir taksi itu menunjuk sebuah tempat kepada Dhana. Dhana pun berjalan keluar dari taksi itu menuju fakultas kedokteran kota Antara.
Dhana pun berjalan mendekati meja penerimaan murid baru.
“Permisi nona. Saya ingin mendaftar sebagai mahasiswa kedokteran di universitas ini.”ujar Dhana.
Wanita itu memandang Dhana dengan tatapan sinis. Biasanya orang-orang yang mendaftar ke universitas kedokteran kota Antara memiliki pengawal di kanan kiri mereka sedangkan Dhana mendaftar seorang diri dengan menggunakan pakaian yang sederhana. Dhana memang berusaha untuk terlihat tidak mencolak bagi orang-orang sekitarnya. Dia pun pergi ke universitas kedokteran kota Antara ini menggunakan taksi. Wanita itu memang melihat Dhana berjalan kaki memasuki komplek kampus.
“Orang miskin ingin menjadi mahasiswa kedokteran? Apakah otaknya sudah rusak?”batin wanita itu.
Dhana seolah-olah dapat membaca pikiran wanita itu. Dhana pun terkejut mengetahui dirinya memiliki kemampuan spesial.
“Akeso !!! Apakah ini adalah kemampuanmu yang kamu turunkan kepadaku?”tanya Dhana dalam hatinya. Dhana penasaran dengan kemampuan aneh yang dimilikinya.
“Ha..ha..ha.. mengapa tuan terkejut? Kemampuan ini hanyalah kemampuan dasar dari semua kemampuan yang aku miliki.”
Dhana terkejut mendengar penjelasan Akeso. Dia tidak menyangka mendapat ‘anugerah besar’ setelah dia diberi kesempatan kedua untuk hidup kembali.
“Terima kasih Akeso. Saya tidak tahu harus berbuat apa setelah mendapat ‘anugerah’ ini.”
“Tuan tidak perlu sungkan begitu. Kita hanya saling menguntungkan satu sama lain. Saya juga memiliki misi untuk tuan Dhana. Dhana juga memiliki misi yang saya berikan. Jadi kita hanya saling mutualisme, saling menguntungkan satu sama lain.”
Dhana tidak menanggapi perkataan Akeso. Baginya, dia lah yang diuntungkan saat ini.
Dhana kembali bertanya kepada wanita yang memandang rendah dirinya itu.
“Permisi nona. Saya ingin mendaftar sebagai mahasiswa kedokteran di universitas ini. Jadi apa yang harus saya lakukan?”tanya Dhana dengan nada tegas.
Wanita tersebut pn terkejut. Dia pun segera mengeluarkan brosur penerimaan mahasiswa baru dan menyerahkannya kepada Dhana.
Dhana membaca brosur tersebut dengan teliti. Di brosur tersebut dikatakan bahwa untuk menjadi mahasiswa baru universitas kedokteran kota Antara, kita harus menyerahkan sejumlah dana dengan rincian berikut.
1.Biaya Pendaftaran Masuk sebesar seratus miliarrupiah
2.Biaya Pendaftaran dan Iuran Kegiatan Mahasiswa (IKM) 50 miliar rupiah
3.Pembayaran uang kuliah dibagi 3 kelas, yaitu
kelas A sebesar tiga ratus miliar rupiah per tahun,
kelas Bsebesardua ratus miliar rupiah per tahun,
kelas C sebesar seratus miliar rupiah per tahun
4.Biaya BKP sebesar seratus miliar rupiah
5.Biaya Per SKS sebesar satu miliar rupiah.
6.Biaya Per Semester sebesar lima ratus miliar rupiah.
7.Biaya Pengenalan Kampus sebesar seratus lima puluh miliar rupiah.
Jadi total biaya yang harus dibayar diawal sebesar
kelas A 1,2 triliun rupiah per tahun,
kelas B 1,1 triliun rupiah per tahun,
kelas C satu triliun rupiah per tahun
Dhana pun mendekati wanita tersebut. Dia meletakkan brosur itu di depan wanita itu.
“Saya mau memilih kelas A. Saya mau membayar langsung tunai di awal hingga selesai. Tolong Anda hitung berapa yang harus saya bayar?” tanya Dhana dengan tatapan serius.
Wanita itu tidak berani bersikap sombong dan memandang rendah kepada Dhana. Dia tahu bahwa pria dihadapannya saat ini bukanlah pria sembarangan. Wanita itu pun meminta waktu kepada Dhana untuk memenuhi permintaan Dhana.
“Baiklah tuan. Sebelum itu, tolong isi dokumen ini. Saya akan menelpon atasan saya terlebih dahulu.”ujar wanita itu sembari memberikan beberapa lembar kertas untuk Dhana isi.
Sembari Dhana mengisi data dirinya, wanita itu pun menelpon seseorang dan setelah itu dia tersenyum kepada Dhana.
Setelah Dhana selesai mengisi data dirinya, dia memberikan kertas itu kepada wanita itu. Wanita itu menerimanya dan berjalan mendekati Dhana.
“Tuan, mari saya antarkan tuan menemui atasan saya.”ujar wanita itu mempersilahkan Dhana untuk mengikuti dirinya ke suatu tempat.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah ruangan. Di pintu masuk ruangan tersebut bertuliskan “Presiden direktur” Ferry Sudina.
Tok Tok Tok
“Masuk.” ucap suara dari dalam ruangan.
Dhana berpikir bahwa seorang presiden direktur universitas kedokteran kota Antara ini pasti seorang tua yang berambut putih dan berkulit keriput.
Ternyata setelah Dhana masuk, dia terkejut karena dia mendapati orang dihadapannya di luar dari apa yang dia bayangkan.
Begitu wanita itu mengantar Dhana memasuki ruangan atasannya, dia pun segera melangkah keluar dari ruangan tersebut.
“Selamat datang tuan Dhana. Saya mendengar dari Renny bahwa Anda ingin mendaftar sebagai mahasiswa baru di universitas kedokteran ini dan melunasi tagihannya. Apakah itu benar? “tanya pria itu dengan tersenyum manis namun tegas.
Dhana pun membalas pertanyaan pria dihadapannya dengan tersenyum.
“Benar tuan. Jadi tolong hitung berapa yang harus saya bayar? Jadi ke depannya, saya tidak membayar apapun selama saya sekolah di tempat ini.”
Dhana dibuat terkejut dengan sikap Ferry. Dia tertawa terbahak-bahak hingga membuat Dhana heran. Ferry melihat bahwa Dhana sedang menatapnya dengan mimik heran .
“Saya minta maaf tuan. Saya tertawa karena saya pikir Renny sedang bercanda dengan saya. Tapi setelah saya berjumpa dengan Anda, saya menatap mata Anda dan Anda berkata dengan sungguh-sungguh untuk membayar semua tagihan di awal. Anda juga pasti sudah melihat brosur yang Renny berikan, bukan?”
“Sudah.”jawab Dhana dengan santai.
Ferry pun menarik nafas panjang sebelum dia berkata kepada Dhana.
“Baiklah tuan Dhana. Apakah saya boleh tahu Anda berasal dari keluarga mana?”
Ferry berusaha untuk tidak menyinggung Dhana. Ferry tahu bahwa orang yang melunasi tagihan yang begitu besar pastilah berasal dari keluarga besar atau setidaknya anak dari keluarga yang berpengaruh.
“Saya tidak berasal dari keluarga manapun. Saya seorang yatim piatu.” Jawab Dhana dengan santai.