“Baiklah. Saya akan membeli mobil ini.”ujar Serli.
“Kalau begitu, nona Serli dapat menunggu di tempat ini. Saya akan membawa kakak saya ke tempat ini.”
Begitu Chantika keluar dari ruangan itu, Serli pun bertanya dengan serius kepada Dhana.
“Bos, mengapa Anda membeli mobil ini? Dia sudah mengatakan tidak ada yang spesial dari mobil ini selain bahan baku pembuatan mobil ini yang terbuat dari emas murni putih. Aku menaksir harga mobil ini berkisar sepuluh hingga dua puluh kali dari harga mobil tuan Carli”
“Ha..ha..ha.. kamu tidak perlu khawatir Serli. Aku mampu membayar mobil ini. Aku mempunyai alasan pribadi yang tidak dapat aku ungkapkan kepadamu.”ujar Dhana sembari tersenyum.
Serli pun terdiam. Dia tidak berani protes kepada atasannya karena Dhana sudah mengatakan bahwa dia mampu membayar mobil itu.
Tidak lama kemudian, seorang pria paruh baya masuk bersama Chantika.
Pria itu membungkuk hormat kepada Serli dan memperkenalkan dirinya.
“Salam nona Serli. Saya Martin, pemilik tempat ini. Saya mendengar dari adik saya kalau nona Serli berminat membeli mobil edisi khusus ini? “tanyanya dengan serius.
“Tuan benar. Saya tertarik dengan mobil ini. Jadi berapa harga dari mobil ini?”tanya Serli secara langsung tanpa basa-basi.
“Ha..ha..ha.. saya menyukai sifat nona Serli yang langsung ke inti permasalahannya. Tapi saya ingin berbicara bertiga saja dengan nona Serli. Apakah supir nona itu bisa meninggalkan ruangan ini? Saya yakin orang miskin tidak mampu membeli mobil ini.”ujar Martin memandang Dhana dengan tatapan merendahkan.
Dhana berusaha menahan amarahnya.
"Gak adiknya, abangnya juga memiliki sikap yang kurang baik. Selanjutnya aku tidak akan berurusan dengan mereka berdua.”batin Dhana.
“Mengapa dia harus pergi? Aku mau dia harus bersama denganku. Kalau kalian tidak bersedia, aku juga tidak akan membeli mobil itu. Anda juga tidak boleh merendahkan siapapun termasuk pria itu”ujar Serli membela Dhana.
Dhana terkejut sekaligus terharu dengan sikap yang ditunjukkan Serli dihadapannya.
“Ha..ha..ha… Aku berhak berkata apapun di tempatku. Apakah kalian berdua tidak senang? Aku mendengar adikku direndahkan oleh pria itu. Jadi aku tidak suka dia ada di tempat ini. “ujar Martin dengan ekspresi serius.
“Siapa yang merendahkan adik Anda? Sebaliknya adik Anda lah yang merendahkan pria ini.”ujar Serli dengan tegas.
“Ha..ha..ha.. sepertinya kita tidak ada kesepakatan di tempat ini. Sebaiknya kalian berdua keluar dari ruangan ini. Jika tidak, aku akan memanggil bawahanku untuk menyeret kalian keluar.”ujar Martin dengan tegas.
Saat Serli hendak mengamuk kepada Martin, Dhana menahan lengan Serli. Dhana memberikan tatapan tajam kepada Serli.
“Ayo keluar dari ruangan ini. Aku akan membuat perhitungan dengan pria itu.”bisik Dhana kepada Serli.
“Baiklah. Kami akan keluar dari ruangan ini. Tapi kalian jangan menyesal atas tindakan yang telah kalian perbuat kepada tuanku ini.”ujar Serli sembari berjalan keluar bersama Dhana.
“Tuan? Tika, kau katakan bahwa pria itu adalah supirnya? Mengapa wanita itu mengatakan pria itu adalah tuannya? Apakah kau telah menyinggung orang yang salah?”tanya Martin kepada adiknya setelah Serli dan Dhana keluar dari ruangan itu.
“Ah itu tidak mungkin kak. Coba kakak lihat penampilan pria tadi. Apakah menurut kakak dia adalah tuan dari wanita terhormat itu?”ujar Chantika mencoba menyakinkan kakaknya.
“Kalau begitu, mari kita ikuti mereka berdua.”ujar Martin berjalan keluar. Chantika pun terpaksa berjalan mengikuti kakaknya dari belakang.
Begitu Dhana dan Serli berada di depan gedung itu, Dhana pun berkata kepada Serli.
“Apa nama tempat ini?”
“Jalan Fransisko, tuan.”
“Baiklah. Bolehkan aku meminjam ponselmu?”
“Silahkan tuan.”ujar Serli sembari memberikan ponselnya kepada Dhana.
Setelah itu, Dhana pun mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam kantung celananya. Dia menekan nomor di kartu tersebut.
“Apakah tuan Dhana akan menelepon nona Rosa?”batin Serli.
Beberapa saat kemudian, suara dari seberang telepon itu menyahut panggilan telepon Dhana.
“Ada apa nona Serli?”tanya seorang wanita di seberang telepon itu.
“Saya Dhana, nona Rosa. Sekarang saya berada di sebuha penjualan mobil sport di jalan Fransisko . Berapa lama Anda dapat tiba di tempat ini?”
“Maaf tuan Dhana. Saya pikir nona Serli yang menelepon. Saya berjanji akan tiba dalam waktu sepuluh menit.”
“Baiklah. Aku akan menunggumu.” Ujar Dhana mematikan panggilan telepon tersebut.
Dhana pun mengembalikan ponsel itu kepada Serli. Serli memandang Dhana seolah-olah seperti melihat setan.
“Apa yang tejadi denganmu? Mengapa kau memandangku seperti itu?”tanya Dhana kepada Serli.
Serli tersadar dari keterkejutannya. Dia tidak menyangka atasannya berbuat sesuka hatinya kepada orang paling ditakuti di kota Antara ini.
“Ah tidak tuan. Aku hanya mengagumi pesona tuan.”ujar Serli berbohong.
“Ha..ha..ha.. apakah kau menyukaiku?”goda Dhana kepada Serli.
“Ah tuan Dhana. Saya tidak pantas bersanding dengan tuan. Apalagi tuan Dhana telah menyelamatkan karir saya dan tuan Carli. Sebenarnya saya berutang banyak kepada tuan Carli. Tuan Carli memberi saya kesempatan untuk bekerja di perusahaannya. Saya bukan seorang sarjana. Namun tuan Carli memperlakukan saya dengan baik selama ini. Setelah saya bekerja lima tahun dengan tuan Carli, akhirnya tuan Carli memberi saya kesempatan untuk menjadi receiptionis di perusahaannya. Selama ini saya hanya menjadi seorang office girl di perusahaan itu.”ujar Serli menceritakan masa lalunya.
“Apa yang terjadi dengan receiptionis sebelumnya?”tanya Dhana.
“Wanita itu lari bersama rekan tuan Carli. Jadi aku tahu seberapa parahnya keadaan tuan Carli saat dia tahu rekannya melarikan uang perusahaan. Tapi setelah tuan Dhana datang, untuk pertama kalinya, akhirnya saya melihat tuan Carli kembali tersenyum. Jika tuan Carli berjanji mendedikasikan hidupnya kepada tuan Dhana, saya rela menjadi selir tuan Dhana. Tuan Dhana adalah penyelamat hidup kami.”ujar Serli tanpa sadar menangis.
“Mengapa kamu menangis? Aku melakukan itu dengan iklas. Sudahlah. Jangan menangis. Aku tidak mau menjadikanmu sebagai selir. Kita berteman saja lah dahulu. Jikalau aku jatuh cinta kepadamu, aku akan langsung melamarmu. “ujar Dhana sembari memeluk Serli dan mengusap-usap kepalanya.
Serli terkejut saat dipeluk Dhana. Namun dia merasa senang ada seseorang yang memperhatikannya seperti tuan Carli. Serli memang kagum kepada tuan Carli. Bisa dikatakan, hati Serli diberikan menjadi milik Carli. Namun Carli ditipu rekannya, sifat Carli menjadi berubah sehingga hati Serli menjadi sedih melihat perubahan pria yang disukainya itu. Perlahan-lahan cinta Serli kepada Carli memudar. Namun Serli sadar bahwa Carli telah berjasa di dalam hidupnya. Serli pun berusaha menemani Carli dalam masa-masa kelamnya. Hingga saat Dhana datang ke perusahaan mereka untuk membeli perusahaan Carli. Setelah itu Dhana memberikan posisi penting kepada orang-orang yang baru dijumpainya. Saat itu Serli kagum kepada Dhana.