bc

REDAMANCY

book_age16+
887
FOLLOW
3.6K
READ
dark
love after marriage
arrogant
dominant
manipulative
badboy
prince
princess
sweet
like
intro-logo
Blurb

Karena menolak lamaran dari tetua bangsawan Lorenzo yang selama ini dikenal sebagai bayangan kerajaan, keluarganya mengalami musibah.

Lucia harus melihat kematian dari orang tuanya bersama runtuhnya bangsawan Tralio, dengan dalih pemberontakan.

Saat Lucia memutuskan untuk melakukan pembalasan dendam atas darah tak berdosa keluarganya yang tertumpah, ia justru berhasil menarik minat dari Adelio cucu dari bangsawan Lorenzo itu sendiri.

Menawarkan sebuah perjanjian yang begitu menggiurkan, nyaris tak dapat di tolak.

Membawa Lucia masuk kedalam keluarganya yang kini berjalan lebih dekat dengan pembalasan dendam.

Tanpa tahu bahwa pria itu telah menjadikan dirinya pedang bermata dua yang akan tumpul pada satu arah

chap-preview
Free preview
PROLOG
Seorang perempuan dengan gaun tidur malamnya yang terbuat dari kain sutra yang mahal itu terlihat berlari menuruni tangga rumahnya yang terbuat dari kayu satin yang mahal di ikuti dengan seorang perempuan lainnya dibelakang tetapi, dengan pakaian yang sangat jauh berbeda dari gadis didepannya. Perempuan bergaun tidur yang dikhususkan untuk para puteri bangsawan itu terus berlari hingga membawanya melewati pintu besar dari rumah berstruktur bangsawan eropa yang telah terbuka lebih dahulu, terlihat sebuah kerusakan di beberapa bagian pintu rumah bergaya eropa itu yang dapat ditebak akibat dibuka paksa. Tanpa memakai alas kaki gadis berambut orange dengan kulit putih mulusnya yang langsung disapa dengan angin malam itu mematung di tempatnya saat melihat sekumpulan pria berbaju besi yang dikenal sebagai prajurit dari kerajaan tengah mengelilingi kedua orang tuanya, yang hanya bisa berlutut di depan para prajurit. "Ibunda." panggilnya dengan pelan di keadaan tegang dan hening itu berhasil membuat wanita yang sudah menangis itu berbalik menatapnya yang kini mencoba melangkah mendekati kedua orang tuanya. Seorang prajurit menghalangi sang gadis untuk mendekati orangtuanya yang hanya terlihat pasrah di depan para prajurit lainnya. Membuat bola mata hitam terang itu memancarkan sebuah kemarahan yang membara menatap salah satu prajurit yang menghalanginya. "Minggir." tekannya yang hanya diabaikan membuatnya tetap memaksa melewati prajurit terlatih itu yang berakhir dengan sebuah dorongan, membuat gadis berambut orange itu terjatuh kebawah tanah dengan keras yang lagsung saja di bantu oleh seorang gadis yang telah berstatus sebagai pelayannya. "Duchess." ucap sang pelayan melihat majikannya diperlakukan tidak pantas oleh seorang prajurit kearaan. Seharusnya itu tidak boleh terjadi. Kekerasan pada seorang bangsawan adalah sebuah pelanggaran san bentuk kejahatan besar, tteapi kini hukum itu tidak berlaku bagi salah satu keluarga bangsawan. Tidak menyerah gadis itu kembali berdiri dari kejatuhannya, tanpa adanya perubahan amarah dari sang pemilik. "INI JEBAKAN ! ORANG TUAKU TIDAK BERSALAH ! APA KERAJAAN SANGAT BODOH SAMPAI TIDAK TAHU YANG MANA BENAR DAN YANG SALAH ?!" teriaknya murka berhasil menarik perhatian dari pemimpin prajurit yang kini menatapnya dengan sebuah perubahan ekspresi, saat mengetahui bahwa puteri dari salah satu keluarga bangsawan dengan berani menghina pihak kerajaan. "Lucy." peringat pria yang berstatus sebagai ayah dari gadis berambut orange itu dengan mata hitam yang sama dengannya. Mendengar panggilan ayahnya membuat gadis bernama Lucy itu mengalihkan tatapannya pada pria yang sudah berumur cukup tua yang masih menatap dirinya dengan penuh ketegasan, memperingati anaknya. "Ayah." panggilnya lemah. "Ayah dan Ibumu akan menerima hukuman yang diberikan pihak kerajaan. Pergilah temani Liana, dia pasti ketakutan sekarang. Jangan khawatirkan kami. Kita harus tetap patuh pada kerajaan." mendengar perintah dari ayahnya yang justru menyuruh dirinya untuk menemani adik perempuannya itu membuat Lucy menggelengkan kepala. "Kenapa kalian harus menerima hukuman yang tidak seharusnya kalian dapatkan. Bagaimana aku harus hidup tanpa ayah dan ibunda ?" ucapnya membuat wanita yang berstatus sebagai ibundanya itu menangis semakin keras. Lucy terus menangis, ingin mendekat tetapi terhalang membuatnya dengan pasrah jatuh berlutut di atas tanah dengan lenuh kepasrahan. "Tolong biarkan ayah dan ibuku hidup. Siapapun tolong" sambungnya dengan penuh kepasrahan.Semua karyawan yang bekerja padanya hanya bisa berdiri melihatnya yang kini meremdahkan diri, sedangkan kedua majikannya yang lain bersiap akan dieksekusi atas tuduhan pemberontakan berencana kepada pihak kerajaan. Keluarga bangsawan sendiri berada di urutan ketiga dalam posisi konglomerat, yang berarti orang - orang yang mendapatkan kekuasaan di urutan ketiga. Sayangnya keluarga bangsawan Tralio kali ini tidak memdapatkan hak tersebut dan seterusnya. Bangsawan Tralio akan berakhir disini. "Tetaplah berusaha bersama adikmu. Ibunda menitip Liana padamu. Ayah dan ibunda memercayaimu." itu adalah kata yang di ucapkan oleh ibundanya unthk pertama kalinya dan akan menjadi ucapan perpisahan bagi puterinya tersebut. Lucy memggelengkan kepalanya ingin mendekat pada kedua orangtuanya yang sudah kembali menundukan kepalanya di depan pemimpin prajurit yang mulai terlihat tidak sabar dan sudah merasa cukup dengan waktu yang diberikannya pada keluarga bangsawan tersebut untuk salam perpisahan mereka. "AYAH IBUNDA" teriaknya dengan kencang saat pedang itu kini benar - benar melayang ke arah leher orangtuanya. Kedua kepala orang yang sangat berarti dalam hidupnya kini terlepas jatuh dalam satu tebasan membuat seluruh karyawan yang melihatnya menutp mata bahkan benerapa dianyaranya ikut menumpahkan air matanya sendiri dalam diam. Malam itu benar - benar menjadi malam terburuk bagi Lucia seorang puteri bangsawan sebelum peringkat tersebut kini tercabut dari keluarganya secara tidak adil. Lucia hanya bisa menatap tubuh kedua orang tuanya kini tak bernyawa lagi dengan air matanya yang tidak berhenti mengalir, hingga sebuah sepatu boot hitam milik sang pemimpin prajurit yang baru saja melayangkan nyawa kedua orangtuanya itu berdiri tepat didepannya, menutup penglihatannya pada tubuh Duke William dan Duchess Carlona orangtuanya. Pemimpin dari prajurit kerajaan tersebut berjongkok didepannya dan langsung menatap tepat kearah matanya, menusuk. "Mulai malam ini kau bukan lagi seorang puteri bangsawan. Keluarga Tralio telah dihapuskan dari struktur kebangsawan." ucap sang prajurit dengan pedang yang dilumuri darah disebelah tangannya, menancap di tanah. "Kerajaan memberimu toleransi bersama adikmu. Bersyukurlah. Jangan sampai kau mengatakan hal yang seperti tadi, karena lain kali tidak akan diperlukam persetujuan dari pihak kerajaan untuk membuatmu tak bernyawa, karena kini kau adalah Baronet." sambungya, mengulang dekrit yang diberikan kerajaan. Baronet sendiri adalah struktur terendah atau tepatnya seseorang yang tidak masuk dalam peringkat apapun. "Kau pikir aku memikirkan hal tersebut ? Peringkat itu tak sebanding dengan nyawa orang tuaku." ucap Lucia sinis membuat prajurit didepannya melirik pedang yang berada di tangannya, sebelum kembali berdiri dari posisi jongkoknya, tugasnya susah selesai. "Beruntunglah karena kedua orang tuamu masih diberikan penghargaan untuk mati ditangan seorang prajurit dan bukan di gantung di jalanan." ucapnya yang menyiratkan kebenaran tetapi, tidak mampu memadamkan api dalam hati Lucy.  Lucy hanya bisa menatap dengan tatapan kosong kearah kedua gundukan tanah didepannya yang terlihat baru tanpa hiasan bunga di atasnya. Dalam hitungan jam setelah kejadian semalam dirinya benar - benar menjadi seorang Baronet, bahkan rumah yang memiliki banyak kenangan bersama kedua orangtuanya itu sudah di ambil paksa oleh pihak kerajaan. Tidak mengizinkan seseorang dengan posisi terendah mempunyai sebuah rumah bangsawan. Lucy mengalihkan tatapannya kesamping saat tersadar mendengar tangisan adiknya yang mengencang dengan kedua tangan adik perempuannya itu yang kini kotor karena meremas tanah. Membuatnya mengambil kedua tangan tersebut lalu membersihkannya. Dulunya seseorang yang akan langsung membersihkan tangan itu tanpa menunggu atau bahkan pelayan akan menggantikan apa yang di lakukan oleh majikannya tanpa menunggu perintah, tetapi kini semunya sudah berubah. Rantai perputaran yang dulu dimilikinya sudah terputus. "Bagaimana ini bisa terjadi ?" Tanya Liana dengan tersedu - sedu sembari menatap Lucy, kakaknya yang tidak berani menatap balik dirinya sendiri. "Mafkan aku." ucap Lucy menanggapai adiknya dengan terus menunduk, membersihkan kedua tangan putih lembut yang telah kotor itu. "Mafkan aku." Ucapnya terus mengulangi perkataannya, mengingat bahwa semua ini terjadi karenanya. "Seharusnya waktu itu aku menerimanya." Lina menggelengkan kepalanya, tidak membenarkan ucapan Lucy yang menyalahkan dirinya. "Ayah yang tidak ingin menerimanya. Bukan hanya karena kakak menolaknya." Ucap Liana menenangkan. Menggelengkan kepalanya dengan terus menangis membuat Lucy beralih menutup wajahnya, tidak ingin terlihat menangis didepan adik kecilnya yang kini harus dilindunginya sendirian. "Aku seharusnya menerimanya. Aku seharusnya mengorbankan diriku saja." Ucap Lucy dengan terus menangis membuat Liana segera melap kedua sudut matanya yang mengelurkan air mata, lalu segera memeluk sang kakak dengan erat. "harusnya aku menikah dengan tetua Lorenzo itu. Seandainya aku tidak memikirkan diri sendiri saat itu." Sambungnya membuat Liana, adik perempuannya yang baru menginjak usia 16 tahun itu menggelengkan kepalanya dengan terus memeluk dirinya.  3 Hari Lalu Lucy yang baru saja pulang dari perkotaan melihat bahwa gerbang rumah miliknya terbuka yang menandakan bahwa seseorang sedang datang bertamu kerumah miliknya, membuatnya berbalik menatap pelayan yang tepat duduk didepannya. "Apa seseorang datang berkunjung ?" Tanya Lucy membuat sang pelayan hanya mengerutkan keningnya. "Duchess, tidak ada yang memiliki rencana untuk datang berkunjung." Ucapnya membuat Lucy sekali lagi menyibak tirai kereta yang dinaikinya, memastikan apakah dirinya baru saja salah lihat. Tapi yang dilihatnya disana adalah seekor kuda berjenis standardbred yang sering digunakan oleh pengantar pesan dari keluarga para bangsawan. Berbeda dengan kuda yang akan di pakai oleh para Duke yang akan menunjukan kedudukan mereka dari kuda yang mereka tunggangi. Melihat bahwa seorang pengantar pesan yang pastinya dari salah satu bangsawan membuatnya berpikir bahwa mereka pastilah hanya teman kerabat dari ayahnya yang datang menyampaikan pesan mengenai pekerjaan. "Duchess" ucap pelayannya yang telah mengulurkan tangan ke arahnya setelah turun lebih dulu agar membantunya turun dari kereta yang sudah berhenti tepat di depan halaman rumah miliknya. Meraih tangan sang pelayan membuat Lucy segera turun dari keretanya lalu berjalan menuju rumah berstruktur eorpa yang kental dan khas itu dengan pelayan miliknya yang mengikutinya dari belakang. "Lucy" panggil sang ibu sedikit terkejut melihat puterinya telah berdiri tepat didepan pintu rumah mereka, membuat semua orang yang berada di dalam ruang tengah itu berbalik menatapnya. Diujung sana seorang pria berumur setengah baya segera berdiri dari duduknya lalu membungkuk layaknya pria, memberinya hormat. "Duchess Lucy." Menanggapi hormat dari pria tersebut dengan anggukan membuat pria tersebut tersenyum sebelum kembali duduk. Seorang yang bekerja sebagai pengirim pesan dari salah satu bangsawan memiliki posisi yang cukup layak untuk dijamu dan disambut dengan baik oleh sang bangsawan yang menerima pesan tersebut, dikarenakn pengirim pesan itu adalah utusan langsung atau perempamaan bagian dari diri bangsawan lainnya, sehingga harus tetap di jamu dengan baik. Jika tidak, berarti secara tak langsung menghina bangsawan dari majikan pengirim pesan tersebut. Tetapi, bukan berarti pengirim pesan sendiri memiliki status yang sama dengan bangsawan lainnya. Statusnya tetap sama hanya seorang bawahan yang tetap harus memberi hormat pada bangsawan lainnya. Sebelum mendekat ke arah ibundanya, Lucy lebih dahulu melepas mantel yang dipaiknya untuk menutupi gaun berwarna orange miliknya kepada pelayan yang berdiri sisamping pintu menyambutnya. Duke William terlihat menatap isterinya Duchess Carlone seolah memberi isyarat melalui gerakan matanya, membuat Duchess Carlona berdiri dari duduknya lalu berjalan lebih dahulu menghampiri Puterinya. "Sayang kau pasti lelah pulang berkeliling kota, ibunda akn mengantarmu ke kamar untuk beristrahat." ucap Duchess Carlona menarik bahu puterinya lalu merangkulnya dengan lembut, membuat Lucy hanya diam mengikuti  arahan dari sang ibunda. "Ducess Carlona, ada baiknya bila puteri anda segera mengetahui permintaan dari Duke Fhilip." Ucap sang pengirim pesan membuat Lucy berbalik menatap ibundanya yang kini berhenti berjalan. "Jangan seenaknya karena kau adalah orang yang dipilih untuk mengirim pesan dari bangsawan Lorenzo hingga kau bisa berucap sembarangan !." Tekan ayahnya, terlihat marah membuat pengirim pesan tersebut hanya tersenyum seolah meremehkan sebelum lekas meminta maaf. "Maafkan saya Duke William jika anda merasa tersinggung dengan ucapn saya pada Duchess Carlona. Hanya saja anda tahu Duke Fhilip bukan seorang yang ingin menunggu." Balasnya membuat Lucy menatap pria pengirim pesan yang ditauhnya dari bangsawan Lorenzo yang masih memiliki hubungan darah dengan pihak kerajaan. Pria tersebut berdiri dari sofa yang di dudukinya dan melempar tatapannya pada sang Duchess Lucy yang kini juga berbalik menatapnya dengan mata hitam yang tak mengerti. "Duchess Lucy saya mengirim sebuah lamaran yang diberikan oleh Duke Fhilip tetua dari bangsawan Lorenzo untuk meminang anda menjadi isterinya yang keenam." Seiring dengan ucapan pria tersebut Lucy menahan nafasnya saat mendengar pemimpin dari keluarga Lorenzo melamarnya di usianya yang ke 69 tahun. Ini sebuah penghinaan. Pria tua terburuk yang menjadikan perempuan dari kasta rendah untuk menjadi gundiknya dan seorang puteri bangsawan yang dijadikannya sebagai isteri secara paksa tetapi, Lucy sendiri tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan mendapat giliran untuk itu. "Katakan bahwa aku Duchess Lucy puteri bangsawan Tralio menolaknya. Sangat menolak lamaran darinya." Ucapnya dengan lurus membuat Duke William menatap dirinya bersama dengan Duchess Carlona. Pria tersebut sedikit terkejut sebelum hanya memasang senyumnya dengan sebelah alis yang terangkat. "Meskipun keluarga anda menjadi taruhannya ? Anda pasti sudah sering mendengar sejauh apa yang bisa dilakukan oleh Duke Fhilip." Lucy tidak melupakannya, Duke Fhilip bangsawan yang kuat dari bangsawan lainnya karena ikatan kerajaan yang dimilikinya membuatnya bertingkah semena - mena. "TIDAK !. Puteriku sudah menolaknya. Sampaikan pada tuanmu bahwa aku Duke William menolaknya secara tegas. Sekarang pergi dari rumahku !" "Kalau begitu anda sudah membuat keputusan, maka saya pamit dan akan segera menyampaikannya pada Duke Fhilip." Ucapnya lalu segera membungkuk memberi hormat dengan sedikit menatap licik pada Lucy.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

My One And Only

read
2.2M
bc

Broken

read
6.4K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
115.1K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook