1
“AUDREY, BANGUN!”
GEDEBUK
“INI UDAH BANGUN, MA!”
Menatap sekitar sambil membelai bokongnya yang terkena lantai karena jatuh dari ranjang, mata Audrey masih menatap sekitar karena nyawanya belum benar-benar terkumpul penuh.
“JAM 6!”
Beranjak dari tempatnya tanpa peduli dengan rasa sakit di bokongnya, masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan gerakan cepat karena memang tidak ada waktu lagi untuk bersantai. Menatap kondisi kamarnya yang sangat mengenalkan membuat Audrey menghembuskan nafas panjang, memilih tidak peduli dengan menggunakan pakaian dan mengambil peralatan tempurnya karena saat ini memang tidak memiliki waktu untuk bersantai.
“BERANGKAT!”
“SARAPAN DULU!”
Tidak peduli dengan teriakan sang mama yang langsung melangkah ke tempat motor kesayangannya berada, motor yang di dapat karena masuk ke perguruan tinggi favorit di Surabaya melalui jalur undangan atau berdasarkan nilai selama sekolah. Audrey setidaknya bersyukur hidup di Surabaya karena tidak terlalu macet atau karena rumahnya tidak terlalu jauh dari kampus sehingga sampai dengan cepat.
“Anjrit, hampir aja telat.” Audrey langsung masuk ke barisan menatap sekitar mencari sahabatnya Linda.
“Kamu telat.”
Audrey menatap sumber suara yang berada disampingnya menatap anak seusia sama dengan dirinya atau lebih tepatnya senasib dengan dirinya sedang ditegur oleh salah satu senior wanita, kalau Audrey lihat biasa saja karena memang bagi dirinya hanya dia yang cantik kalau yang lain biasa saja.
“Lihat depan kalau nggak mau dapat teguran.” Audrey mengalihkan pandangan dimana tampak senior pria mendekatkan bibirnya di telinga.
Memilih jalur aman dengan menatap depan atau mengikuti perkataan senior, mencoba mendengarkan apa yang senior katakan dengan sabar. Bagaimana tidak sabar saat ini mereka semua berada di lapangan dengan kondisi matahari yang sangat panas, Audrey menatap teman-temannya yang lain tampak menahan diri untuk tidak bergerak.
“Kamu yang rambut pendek, kemeja putih dan celana biru mendengarkan apa yang saya bicarakan?”
Audrey menatap sekitar dimana semua sedang memandang dirinya, mengalihkan pandangan ke arah lain yang sama menatap dirinya.
“Kakak bertanya sama saya?” Audrey menunjuk dirinya sendiri dan tampak sang senior menahan kesal “Bagaimana bisa mendengarkan dengan baik kalau kondisi kita tidak baik-baik saja, coba kakak lihat kondisi yang lain saat ini bagaimana.”
Suasana mendadak tenang mendengar perkataan Audrey dan itu membuat dirinya langsung menelan saliva kasar, Audrey menatap sekitar dan mendapati Linda yang menggelengkan kepala membuat dirinya semakin bingung dengan apa yang terjadi.
“Audrey nama kamu bukan?” mengalihkan pandangan menatap sumber suara dimana senior yang tadi memanggilnya untuk bertanya dan kali ini memanggil namanya, hanya bisa mengangguk karena tidak tahu akan melakukan apa sang senior “Temui saya saat istirahat.”
Setelah senior mengatakan itu langsung membawa mereka semua ke dalam ruangan besar yang bisa menampung mereka semua, Audrey menatap dengan melebarkan mulut dan matanya membuat Linda harus menyenggol lengannya berkali-kali.
“Tadi itu siapa sih?”
“Kak Ezra yaitu selaku ketua yang bertanggung jawab pada anak baru, tampan kan?” Audrey memutar bola matanya malas.
“Bilang cakep terus Gilbert mau ditaruh mana?”
“Aish...mengagumi bukan berarti akan jadian sama dia.”
“Terserah, tapi tadi memang bahas apaan dan kenapa aku harus ketemu sama dia saat istirahat?”
“Kebiasaan melamun sih, memang semalam ngapain?”
Audrey menggaruk rambutnya yang tidak gatal dengan tersenyum kecil “Waktunya drama kekasihku tayang.”
Tidak melanjutkan pembicaraan karena senior masuk kembali memberikan beberapa materi dan tugas yang harus mereka kerjakan, membuat kelompok berdasarkan urutan absen membuat Audrey dan Linda harus berpisah. Bukan masalah besar kalau Audrey tidak satu kelompok dengan Linda hanya saja saat ini sedang malas melakukan sesuatu, kalau ada Linda dirinya bisa diam dan hanya mendengarkan lalu nanti Linda yang akan menjelaskan.
“Kita cari tentang tokoh kepribadian Sigmund Freud, kira-kira bahannya di dapat darimana ya?”
“Cari di mbah pencarian aja.” Audrey menjawab santai “Disana kan lengkap kita tinggal copas.”
“Copas ya? Memang kita memberi ijin untuk melakukan itu?”
“Memang kenapa nggak ada larangan sama sekali.” Anya menjawab seakan bukan masalah besar “Lagian kakak siapa? Panitia atau senior biasa? Kalau dilihat dari pakaiannya senior biasa.”
“Audrey jangan lupa nanti ke ruangan saya.” Audrey menatap Ezra yang hanya mengangguk pelan “Bro, mending jangan disini bisa buat mereka tambah grogi nanti.”
Audrey menatap pria yang keluar dari ruangan bersama dengan Ezra, mengalihkan pandangan ke arah teman-temannya yang mulai fokus kembali pada pekerjaan. Mulut Audrey rasanya gatal untuk bertanya mengenai pria tadi, sayangnya mereka sibuk dengan tugas masing-masing membuat Audrey melakukan hal yang sama dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi.
“Jangan lupa ketemu sama Mas Ezra,” ucap Fitria saat Audrey menata barang-barangnya.
“Aku lapar ini dari pagi belum kemasukan makanan jadi mending isi bahan bakar dulu, lanjut absen sama Tuhan baru ketemu sama Mas Ezra.”
“Terserah yang penting aku udah bilang kalau ada apa-apa nggak ikutan.”
Mengikuti langkah teman-teman barunya menuju kantin, saat berjalan Audrey bisa melihat Ezra bersama dengan pria yang tadi menegur dirinya. Memilih mengalihkan pandangan agar tidak bertemu dengan mereka untuk saat ini karena perutnya sudah berbunyi dan rasanya ingin pingsan kalau tidak segera diisi.
“Memang pria tadi yang tegur aku siapa?” Audrey menatap Linda penasaran yang membuat Linda mengerutkan keningnya “Lupa kalau kita nggak satu kelompok.”
“Mas Wisnu dia itu ketua BEM dan kehadirannya untuk melihat bagaimana acara anak baru berjalan dengan lancar atau nggak, Mas Wisnu lebih tegas dibandingkan Mas Ezra yang ramah tapi kalau udah berhubungan sama aturan mereka nggak akan main-main.” Fitria menjelaskan dengan detail membuat Audrey menatap tidak percaya.
“Pria kaya gitu pasti susah dapatin cewek dan nggak ada yang mau sama dia.”
Linda menggelengkan kepala mendengar perkataan yang keluar dari bibir Audrey “Mending cepat habiskan dan menghadap Mas Ezra kalau masih mau selamat.”
Perkataan Linda membuat Audrey melakukan dengan cepat dan langsung menuju mushola terdekat setelah berpamitan dengan mereka berdua. Langkah Audrey sedikit ragu menghadap ke Ezra, ketakutan Audrey lebih karena tidak bisa menahan diri menatap Ezra dimana wajahnya yang tampan mengingatkan pada idolanya.
“Kamu tahu kan kalau harus menghadap saya? Lalu kenapa pura-pura nggak melihat dan memilih makan terlebih dahulu dibandingkan ketemu saya?”
“Kalau saya ketemu mas dulu yang ada perut saya makin sakit, memang mas mau tanggung jawab kalau ada apa-apa sama saya? Lagian sekarang masih istrirahat nggak ada bedanya.” Ezra menghembuskan nafas panjang membuat Audrey hanya diam menunggu kata selanjutnya.
“Beri dia tugas saja yaitu tampi di acara terakhir seorang diri sesuai dengan kemampuannya apapun itu.”