bc

Revenge In Autumn

book_age12+
227
FOLLOW
1K
READ
revenge
second chance
CEO
heir/heiress
coming of age
first love
sisters
like
intro-logo
Blurb

Musim gugur tahun ini, menjadi saksi kehancuran hidup Theresia. Adiknya-Shopia-meninggal dunia dengan cara yang tidak wajar. Bagaimana mungkin adiknya bisa meninggal di kolam renang sedangkan adiknya memiliki trauma dengan tempat keramat itu?

Kedatangan seorang lelaki Mikael dalam hidupnya usai kematian Shopia ternyata bukan tanpa alasan. Lelaki itu adalah kunci kematian adiknya. Namun di saat Theresia mengetahui bahwa Mikael terlibat pembunuhan adiknya, di saat itu pula cinta telah bersemi di hari Theresia.

Mengapa ada cinta yang bersemi di musim gugur? Theresia harus memilih, membalas kematian adiknya ataukah mengampuni lelaki yang dia cintai.

chap-preview
Free preview
1. Penghujung Bulan September
Den Haag di penghujung bulan September, angin berhembus menjatuhkan dedaunan di setiap pohon di tepi jalan. Warna merah dari dedaunan itu menambah keindahan di kota ini. meski daun berserakan di sepanjang jalan kota Den Haag tak mengganggu aktifitas dari para penduduk dan pelancong di kota ini. Udara menurun hingga sepuluh derajat celcius tak mematahkan semangat para pesepeda itu. Bersepeda saat musim gugur seperti ini adalah hal yang paling menyenangkan terlebih sambil memandangi daun yang berjatuhan meski udara terasa jauh lebih sejuk dari bulan lalu. Terlihat seorang gadis dengan menggunakan staterpack, syal dan sepatu boot keluar dari sebuah rumah. Dia berjalan dengan tangan yang di masukan ke kantong staterpacknya. Angin berhembus menyapu dedaunan yang berjatuhan tepat di atas gadis itu. Dia terhenti dan memandang ke atas melihat satu demi satu daun yang jatuh, salah satu berwarna merah jatuh tepat di telapak tangannya. Terukir senyum manis di bibir gadis itu. Di sebuah sekolah taman kanak-kanak terdengar suara anak-anak yang ceria dari dalam sebuah kelas, meski udara tak sehangat bulan lalu, dan ini adalah awal mereka kembali bersekolah setelah liburan musim panas. Terukir senyum di bibir mungil merah delima dari gadis yang mereka panggil Miss Theresia. Semangat dan keceriaan terlihat di wajahnya. Dia sangat mencintai anak-anak itu, dengan gigih gadis itu mengajarkan anak-anak yang tengah bernyanyi dengan riang. Suaranya terdengar merdu sekali, siapa saja mendengarnya pasti akan terpukau. Seorang anak tiba-tiba berhenti bernyanyi dan menangis, Theresia menghampiri gadis kecil itu. "Mengapa kau menangis Elisabet?" ucapnya sambil menghapus air mata gadis kecil itu. "Mommy, Mommy." Elisabet terus menyebutkan nama ibunya sambil terisak tangis. Theresia tersenyum sambil mengelus rambut anak itu. "Ibumu menunggu di luar, jangan menangis ada aku di sini yang akan membantumu." "Miss dia pipis di celana," ucap anak lelaki dengan polos sambil menunjuk ke lantai yang basah di dekat kaki Elisabet. Theresia tertawa kecil dan memeluk anak itu. "Jangan takut aku akan membersihkannya, jika kau ingin buang air kecil berbicaralah padaku." Theresia tak pernah kesal dengan tingkah anak-anak itu, meski kadang mereka terlihat menyebalkan tetapi gadis itu selalu sabar. Acara belajar pun berlangsung dengan normal kembali setelah drama anak menangis itu bisa terhenti. Ponsel Theresia berbunyi, dia meninggalkan anak-anak yang sedang melukis itu keluar untuk menerima panggilan teleponnya. Adik tercintanya ternyata yang menelepon. "Hallo Kak." Terdengar suara adiknya di balik ponsel. "Hallo Sophia Sayang, bagaimana kabarmu?" tanya Theresia dengan penuh antusias. Terdengar hembusan napas adiknya. "Aku baik-baik saja, Kak. Bagaimana denganmu?" "Aku juga baik-baik saja, oh iya ada apa kau meneleponku?" tanya Theresia karena tak biasanya adiknya itu menelepon di waktu dia bekerja. "Emm." Adiknya menghela napas sejenak, "sebenarnya aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku telah mendapatkan pekerjaan di dekat asrama kampus, jadi sebaiknya kau tak perlu mengirimkanku uang tambahan lagi." "Apa kau yakin akan bekerja sambil kuliah, bagaimana dengan sekolahmu nanti apa itu tidak mengganggu?" tanya Theresia sangat khawatir. "Tenang saja, kak. Aku bisa membagi waktuku, lagi pula itu part time jadi tak akan mengganggu sekolahku." Shopia menjelaskan tentang pekerjaannya kepada kakaknya itu. Akhirnya Theresia pun mengerti dan memahaminya. "Ya sudah kau jaga dirimu baik-baik di sana, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku." Theresia berpesan kepada adiknya agar dapat menjaga diri dengan baik. Dia sangat mencintai adik satu-satunya itu. Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia karena sebuah kecelakaan, kini hanya adiknya itu menjadi satu-satunya keluarga dia saat ini. Gadis itu rela bekerja sebagai guru di basis school atau setara taman kanak-kanak dan sepulang mengajar dia melanjutkan kerja part time di sebuah café, demi melanjutkan sekolah adik kesayangannya di sebuah universitas negeri ternama di kota Amsterdam yaitu University van Amsterdam yang telah didirikan oleh pemerintah kota kemudian kepengurusannya diserahkan kepada dua profesor ternama kala itu. Theresia memasuki ruang kelas kembali, terlihat anak-anak itu masih asyik melukis. Cat air yang berserakan di atas meja serta kanvas kecil putih yang kosong kini penuh warna. Gadis itu menghampiri salah satu muridnya, dia tersenyum sambil membantu anak itu menggariskan sebuah pola di kanvas kosongnya. Gadis kecil nan cantik menghampiri Theresia, dia mencolekkan cat air ke pipi Theresia. Dia seketika terkejut dan mengusap halus pipinya. Murid yang lain ikut tertawa saat gurunya itu membalas kejahilan temannya. Kegaduhan tawa canda terdengar dari kelas itu, suasana belajar yang sangat menyenangkan bagi anak-anak itu. Theresia sendiri adalah guru yang sabar dan penyayang. Selalu mengerti murid-muridnya dan tak pernah jenuh untuk mengajarkan sesuatu yang baru kepada anak-anak itu. Jam pelajaran telah berakhir, semua murid keluar kelas dengan membawa hasil lukisan mereka. Anak-anak itu berlari kecil menuju orang tua yang menjemput mereka di depan gerbang. Theresia sangat bahagia melihat pemandangan penuh kasih sayang itu, saat sang anak berlari dan sang ibu yang setia menunggu anaknya menghampiri lalu memeluk dan mencium anak itu. Betapa dia merindukan masa kecilnya yang penuh kasih sayang dari ke dua orang tuanya. Seorang anak laki-laki menarik baju Theresia tanpa berkata apa pun, anak itu menarik dan meminta gurunya untuk mengikuti dia ke dalam ruang kelas kembali. Betapa terkejutnya Theresia saat melihat sebuah lukisan yang di gambar anak itu. Dia melukis Theresia dan teman-teman lainnya saling berpegangan tangan terlebih di lukisan itu terdapat sebuah tulisan WE HAUDEN VAN JE MEVROUW. Theresia langsung memeluk anak lelaki itu dan meneteskan air mata, anak itu tersenyum dan menghapus air mata Theresia. Dia anak laki-laki yang tak pernah berbicara tetapi selalu memberi kejutan kepada gurunya itu. Ibu sang anak datang dengan membawakan sekotak coklat untuk Theresia. "Ini untuk Anda, Miss." Sekotak coklat itu di berikan kepada Theresia. Gadis itu menerima dengan senang hati. "Terimakasih, Bu," ucapnya dengan senyum termanis. "Saya yang sangat berterimakasih karena Anda telah mengajarkan banyak hal kepada anak saya ini." Ibu itu memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. "Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai guru di sini." Theresia sangat bahagia. Semua orang tua murid di tempatnya bekerja sangat menyayangi Theresia terlihat dari sikap mereka yang selalu peduli kepada gadis itu. Theresia sendiri sangat bahagia mendapatan perlakuan special dari orang tua mereka dan semakin membuat gadis itu lebih bersemangat untuk mengajar anak-anak mereka. Sekolah sudah menjadi sepi, anak-anak itu telah kembali ke rumah masing-masing. Theresia melihat jam yang di kenakan di tangannya. Masih ada waktu untuk dia berjalan-jalan sekedar melihat pemandangan di sekitar kota sebelum dia melanjutkan pekerjaannya sebagai pelayang cafe. Dia duduk di sebuah bangku taman di tengah kota, memegang sebuah buku kecil catatannya. Menuliskan bait demi bait puisi yang menggambarkan hatinya saat ini. sesekali dia melihat ke arah langit yang cerah meski awan sedikit kelabu. Ingin dia menggapai langit itu hanya untuk sekedar memberitahu orang tuanya betapa dia bahagia saat ini atas semua nikmat yang tuhan berikan. Begitu bersyukurnya dia menjalani hidupnya saat ini karena masih ada adik yang begitu dia sayangi. Meski dia begitu rindu dengan orang tuanya namun, gadis itu harus terlihat kuat demi sang adik. Theresia mengambil secarik kertas, menuliskan sebuah kata sebagai ungkapan kerinduannya kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Gadis cantik itu menghela napasnya sejenak sebelum kemudian melanjutkan gerakan pena di tangannya. Ketika daun jatuh berguguran. Ketika angin berhembus begitu kencang. Ketika angan dan mimpi terus berjalan. Saat itu aku mulai membuka mata dan melihat ke depan. Meski kini kau tak lagi menemani kami. Percayalah, kami bangga terhadap kalian. Mimpiku adalah mimpi kalian. Di sini aku akan terus berusaha. Seperti sebuah pohon yang terus menghijau Meski di suatu musim daunnya akan berguguran. Tetapi tetap hidup kembali dan membuat lembaran daun baru. Theresia, Den Haag. Secarik kertas tersebut kemudian dia lipat menjadi kerajinan kertas berbentuk burung. Theresia mendongakkan kepalanya, menatap hamparan langit di penghujung bulan September. Gadis itu berharap, dunia akan jauh lebih baik kepada dirinya dan Sophia, adiknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
97.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook