Chapter 10 - Forgive Me, Please

2071 Words
Chapter 10 - Forgive Me, Please Kalau sudah sakit hati. Semua orang juga enggan untuk bertemu orang yang sudah buat sakit hati. Menatapnya saja tidak mau, apalagi sampai ngobrol atau saling bercanda. Namun, tidak dengan Nadira. Ia terpaksa harus terus bertemu dengan Nicho meski sudah beberapa kali Nicho membuat Nadira sakit hati. "Hari ini kamu mau ikut saya ke kelapa gading?" Tanya Nicho disaat jam istirahat. Mereka berdua berpapasan saat akan makan menuju Caffetaria. "Baik, pak," ucap Nadira singkat seperti biasa. Sekarang Nadira hanya bisa nurut saja. Nadira tidak mau di ancam dengan dipecat lagi. Setelah mendapatkan jawaban dari Nadira. Nicho dengan dingin meninggalkan Nadira. Nadira berjalan menuju Caffetaria, saat di caffetaria Vina sudah duduk di bangku tempat mereka biasa duduk. "Kusut banget sih muka elo, gue yakin deh. Pas elo meeting di Bandung. Pasti ada sesuatu hal yang terjadi," selidik Vina. Soalnya Nadira tidak biasanya murung seperti ini. Pasti ada hal yang buruk terjadi pada Nadira. "Gue enggak apa-apa kok," bohong Nadira. "Oke, gue akan tunggu cerita dari elo sampai elo siap. Nadira tidak boleh terus seperti ini. Agar Cinta tidak terus curiga padanya. Mendingan Nadira ceritakan soal kakak-adik zone Nadira dengan manager Park Wo Bin. "Tahu enggak, Vin. Manager Park Wo Bin mau loh gue panggil 'Oppa'. Alangkah senengnya gue. Dia juga mau loh ngajarin gue bahasa Korea sama aksara Hangeul. Keren enggak tuh. Kemajuan dari hubungan gue sama manager Park Wo Bin," cerita Nadira bersemangat. "Enggak percaya gue, kalau elo emang seneng. Muka elo enggak ditekuk kayak tadi," tukas Vina tidak percaya dengan cerita Nadira. "Iya, iya gue ceritain. Jadi CEO kita itu. Nyebelin banget. Dia enggak ngehargain hasil kerja keras gue. Gue malah di bilang sok jago. Intinya gue hanya di jadikan alat. Supaya meeting di Bandung berjalan dengan lancar. Karena klien kita itu Veronica. Model yang naik daun itu," akhirnya Nadira bercerita juga. "Veronica Namanjo? Serius elo ketemu dia?" Tanya Vina. "Iya, Veronica Namanjo masa iya gue bohong," sahut Nadira. Vina bertepuk tangan. "Wah elo ketemu orang hebat. Terus apa yang Nicho lakukan sama elo, sampai elo murung kayak gini?" "Kerja keras gue enggak dihargain, Vin. Konsep yang selama ini gue kerjain. Dia anggap biasa-biasa aja. Padahal Veronica Namanjo muji-muji hasil gue di depan Nicho. Gue malah di sebut caper lah, baperlah sampai di ancam dipecat," terus Nadira bercerita. "Ya, ampun pantes aja elo jadi murung sedih. Nicho memang kejam. Dia enggak punya hati. Terus terus mengenai manager Park Wo Bin, elo serius udah makin deket sama dia?" Vina mengalihkan pembicaraannya. Kalau tahu kerjadian yang di alami Nadira saat di Bandung seperti itu. Vina tidak akan memaksa Nadira untuk bercerita. Karena kalau berbicara soal dipecat itu cukup sensitif. "Iya dong, di luar kantor. Gue boleh panggil manager Park Wo Bin dengan sebutan 'oppa'. Dia juga yang ngebelain gue mati-matian di depan pak CEO," Cerita Nadira antusias. Nadira sudah malas menyebut nama CEO. "Wah sekarang udah jadi kakak-adik zone dong?" Tanya Vina sambil menikmati makan siang yang tadi ia pesan. "Iya, kali ini memang baru kakak-adik zone. Kita lihat aja. Lama kelamaan gue sama manager Park Wo Bin akan menjadi pangeran berkuda putih gue." Nadira mulai ngehalu lagi. Vina membiarkan sahabatnya itu berkhayal. Karena hanya itu kebahagiaannya. Nadira sebetulnya orang yang sangat energik dan sangat ceria. Makanya akan terasa aneh saat Nadira mulai diam. "Bisa ke ruangan saya?" Tanya Nicho saat Nadira selesai makan. Nadira hanya mengangguk tanpa berkata. Setelah itu ia pamit pada Vina dan bergegas menuju ruangan Nicho. "Ada apa pak?" "Forgive me, please," ucap Nicho. Hah? Maksudnya apa nih? Kok tiba-tiba Nicho minta maaf. Biasnya juga kejam enggak punya hati. Nadira tersenyum samar. "Bapak minta maaf sama saya? Memangnya bapak salah apa sama saya?'" Nadira mencoba memancing Nicho. "Forgive me, please," ulang Nicho lagi. Nadira jadi heran sendiri. Ada apa dengan CEOnya ini mendadak aneh. Karena tiba-tuba minta maaf. Akhirnya Nadira pasrah saja. Mungkin Nicho benar-benar menyesal atas perbuatannya. "Ya, saya maafkan anda," ucap Nadira. "Thank you, Nad," balas Nicho. Flat tanpa ekspresi. "Sudah pak, hanya itu saja?" "Dua puluh menit lagi. Ikut saya ke Kelapa Gading," perintah Nicho. "Baik pak, kalau memang tidak ada lagi. Saya pamit ke ruangan saya lagi," pamit Nadira. Sementara Nicho hanya mengangguk. Hari ini Nicho terlihat sangat aneh. Soalnya tumben saja, memanggil karyawannya secara langsung. Lalu saat sampai ke ruangan. Dia hanya minta maaf saja, Nadira kira ada pekerjaan baru yang harus digarap. Namun, ya sudah lah. Kata maaf memang sangat mudah di ucapkan melalui mulut. Namun, akan terasa sangat sulit saat memaafkannya. Karena tidak semua kata maaf bisa di maafkan. Kesalahan Nicho sangat banyak sekali dan terlalu fatal. Meski seperti itu. Nadira terpaksa memaafkan Nadira. Pasalnya, ia masih membutuhkan pekerjaanya sebagai sekertaris. Kemarin saja sudah ada dua depkoleptor yang menagih hutang ayahnya Nadira. Nabila sampai takut karena mereka sedikit kasar. Untungnya Nadira mempunyai uang simpanan untuk menyicil hutangnya. Nadira bingung. Sebetulnya hutang ayahnya itu nominalnya berapa lagi? Perasaan tidak habis-habis. Ada saja yang menagih datang ke rumahnya. Rasanya lelah di kejar-kejar hutang seperti ini. Sementara ibunya terus memaksa Nadira untuk melunasi hutang ayahnya. Siapa yang enak hampir setiap hari orang datang menagih hutang. Sampai dibicarakan tetangga yang usil. Nadira menghela napas panjangnya. Kalau mengingat semua beban itu. Nadira seperti enggan hidup. Namun, Nadira yakin semua itu cepat atau lambat akan berlalu. Nadira yakin cita-citanya akan tercapai dan dia bisa bebas dari hutang piutang ayahnya. Dua puluh menit kemudian. Mereka berdua ke Kelapa Gading untuk bertemu dengan klien. Saaat perjalanan menuju ke sana. Nadira di suruh untuk presentasi dadakan ada kliennya yang hari ini akan bertemu. Kalau saja tahu Nadira yang akan mempersentasikan. Tadi selama dua puluh menit, Nadira bisa mempelajarinya. Mana persentasinya harus pakai bahasa Inggris pula. Nadira bisa-bisa mati kutu karena belum menguasai konsep yang ia pegang sekarang. Mereka sampai di Kelapa Gading. Klien kali ini bernama Mrs. Elizabeth Monica. Beliau juga model sekaligus brand ambassador di Multi Fashion Grup. Ternyata konsep kali ini adalah tentang gaun pernikahan yang akan Mrs. Elizabeth kenakan di pernikahannya yang kedua. Nadira memghembuskan napasnya. Berharap dia akan lancar mempersentasikan konsep dadakan yang di berikan oleh Nicho. Nadira memulai persentasinya dengan menggunakan bahasa Inggris. Mrs. Elizabeth terlihat anteng dengan persentasi yang Nadira bawakan. Nicho juga tidak berkomentar apapun. "Good job! Bahasa Inggris kamu sangat fasih. Saya suka dengan konsep yang kamu persentasikan. Saya akan pakai jasa Molefatho Wedding Organizer lagi. Terimakasih atas persentasi yang luar biasanya," puji Mrs. Elizabeth. Mulut Nadira menganga. Tahu Mrs. Elizabeth bisa bahasa Indonesia. Kenapa ia harus repot-repot persentasi pakai bahasa Inggris. Sepertinya Nicho ngerjain Nadira lagi. "Kamu sama Nicho datang yah ke pernikahan aku. Nanti saya kirimkan undangan ke kantor kalian. Pokoknya kalian harus datang!" Pinta Mrs. Elizabeth sedikit memaksa. "Oke, kami akan datang," sahut Nicho tanpa meminta persetujuan Nadira. Setelah itu meeting selesai. Mereka kembali ke kantor. Untuk mengerjakan pekerjaan lainnya. "Good Job, Nadira!" Puji Nicho tiba-tiba yang membuat Nadira heran. Kenapa lagi CEOnya ini. Nadira tidak mau terlalu terrayu. Pasti sebentar lagi juga berubah jadi jutek dan galak lagi. ******** Dermaga di senja hari. Terlihat sangat indah, dengan lembayung yang menebarkan warna kuning keemasan di langit biru. Setiap detik saat sun rice, mempunyai momen dan cerita masing-masing. Lukisan karya Tuhan yang sangat indah. Betapa bersukurnya hidup di bumi. Beragam keindahan Tuhan perlihatkan, untuk kita bersyukur atas kuasaNya. Tidak akan ada yang bisa menandingi kuasanya. Manusia memang pintar, tapi ada Tuhan yang maha pintar. Seorang perempuan cantik berjalan menyusuri dermaga. Parasnya cantik bak putri kerajaan. Kulitnya putih bersih, seperti salju. Hidungnya yang bangir memperelok kecantikannya. Tak kalah rambutnya yang panjang, hitam berkilau. Ia biarkan terjuntai begitu saja. Tingginyapun semampai seperti model. Ia bersiul siul dengan ringan. Sepertinya dia sedang bahagia sekali. Biasanya perempuan itu hanya datang dan menikmati rutinitas yang setiap hari, ia lakukan. Sejak kapan perempuan itu suka bersiul? Kebahagiaan sedang merundung dirinya. Setiap hari, ia selalu sempatkan datang ke dermaga ini. Untuk melihat senja di sore hari. Menikmati detik demi detik, saat matahari mulai terbenam. Padahal setiap hari, matahari terbenam dengan cara yang sama. Namun, perempuan itu, selalu saja ingin menikmatinya. Karena ada kebahagiaan tersendiri, saat di tempat itu. Ia lebih suka menyendiri di tempat itu. Tempatnya sangat damai. Sepi dan sunyi. Sangat cocok sekali, bagi orang yang ingin menenangkan pikiran. Tempat damai dan sunyi, selalu berhasil membuat hati dan pikiran tenang. Karena disaat sunyi. Pikiran kita akan mulai bersih. Seakan beban hidup terangkat sejenak. Namun kali ini, perempuan itu sedang menunggu seseorang. Seseorang yang berhasil membuat hatinya teduh. Seseorang yang selalu membuat jantungnya deg degan, setiap ada di dekatnya. Seseorang yang membuat dirinya jatuh cinta. Pantas saja sedari tadi ia bersiul-siul riang. "Sayang," bisik seorang lelaki yang baru saja datang. Ia langsung memeluk perempuan itu dari belakang. Sepertinya lelaki itulah yang ia tunggu sedari tadi. Biasanya perempuan itu, hanya sendirian menikmati indahnya senja. Perempuan itu berbalik, "Kamu kemana aja? Aku udah nunggu sejam loh!" protesnya manja. Padahal sebelum bertemu lelaki itu. Perempuan itu, selalu kesini sampai nunggu berjam-jam. Hanya telat satu jam saja mah, engga ada apa-apa. Mungkin dia memang, hanya ingin manja pada kekasihnya sekarang. "Maaf yah. Kamu tahu kan kerjaan aku. Sebagai super hero engga bisa ditinggalkan. Setiap hari kerjaan tidak menentu. Jadi aku juga ga bisa selalu tepat waktu. Kamu harus faham situasi aku sekarang, " ya, lelaki itu memang super hero yang selalu menolong semua orang. Namanya Lexi. Lexi adalah super hero bertopeng, yang saat ini hanya Debora yang tahu. Perempuan yang menunggu di dermaga itu adalah Debora. Debora adalah kekasihnya, baru akhir-akhir ini. Lexi berpacaran dengan Debora. Setalah menolong Debora dari cengkraman monster gurita. Flash back. Saat itu di pusat kota sedang ramai. Karena warga sedang merayakan ulang tahun wali kota. Semua berkumpul di pusat kota. Ada parade bertemakan super hiro. Selain itu ada bazar murah dan pesta kuliner yang membuat memanjakan mata. Selain tampilannya yang menarik. Kulier ini tidak kalah rasanya dengan masakan, hotel berbintang lima. Makanan dan minumannya mampu memanjakan lidah. Sangat lezat dan tak bisa di lupakan. Wali kota yang sekarang itu sangat bijak dalam memakmurkan warganya. Jadi warga sepakat, untuk merayakan ulang tahun sang wali kota. Sayangnya hari itu, yang seharusnya menjadi hari bahagia sang wali kota dan warganya. Hancur seketika, ketika monster gurita mulai heboh menghancurkan setengah kota. Semua orang berhamburan tidak beraturan. Mereka ketakutan dengan datangnya monster gurita. Saat itu moster gurita sedang mencengkram Debora. Debora pasrah saja dengan apa yang dilakukan moster gurita itu. Pikirannya mulai kosong, karena baru saja ia mendapatkan kabar orang tuanya telah tiada. Tadinya ia datang ke pusat kota, bermaksud cari hiburan, tapi yang ada malah kekacauan yang ia dapatkan. Debora tidak melawan saat monster gurita itu, memegang tubuh mungilnya. Mungkin dia ingin memakan Debora. Debora tidak perduli. Karena ia juga ingin mati, menyusul kedua orang tuanya. Namun, keinginan Debora tidak terkabulkan. Lexi datang dengan cepat. Ia melepaskan Debora dari cengkraman monster gurita itu. Setelah menyimpan Debora di tempat yang aman. Lexi langsung menyerang moster gurita itu, hingga kalah. Sejak kejadian itu Debora jatuh cinta pada Lexi. Entah apa yang di pikiran Lexi. Ia juga telah jatuh cinta pada Debora. Sampai rela membuka jati dirinya di depan Debora. Padahal itu adalah identitas dirinya. Yang semua orang tidak tau. Lexi sering menolong seorang perempuan cantik. Bahkan lebih cantik dari Debora. Tapi hanya pada Debora hatinya terpanggil, jatuh cinta pada pemilik rambut panjang itu. "Iya, aku paham Lexi. Monster apa lagi yang sekarang kamu hajar, sayang?" tanya Debora mulai kepo dengan pekerjaan Lexi. Pekerjaan yang sangat unik. Yang belum tentu semua orang bisa. Hanya orang yang mempunyai kekuatan khusus, yang bisa melakukan pekerjaan super hiro seperti Lexi. "Haha, kali ini tidak ada monster, tapi aku berhasil menangkap bandit buronan kota Liminus. Mereka sekarang sudah mendekam di balik jeruji besi," Lexi malah terkekeh. Entah dari mana monster-monster itu datang ke kota Liminus, tapi yang jelas. Kota Liminus membutuhkan super hiro baik hati, seperti Lexi. "Good job!" puji Debora. Nadira terhanyut dalam filmnya Fabio yang berjudul Lexi. Cerita fantasi action yang selalu tertawa lalu menontonnya. Nadira benar-benar butuh hiburan yang membuat dirinya tertawa lepas. Namun, Nadira terus memikirkan kejadian tadi siang yang membuat Nadira pusing. Tidak biasanya Nicho seperti itu. Pakai acara minta maaf dan memuji Nadira. Biasa juga tidak pernah seperti itu. Dia mah mau kerjaan Nadira bagus atau biasa-biasa saja. Wajahnya selalu flat tanpa ekspresi. Apa dia melakukan kesalahan? Entahlah, Nadira langsung menepis pikiran itu. Kemudian ia lanjut lagi nonton. Kali ini Nadira ingin nonton drama Korea.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD