Bab 96 Halo! Aku adalah Elric!

1803 Words
Ratu Casilda Wijaya tersenyum kikuk kepada penjaga bertubuh besar ketika baru saja melapor akan maksud kedatangannya. Penjaga yang terlihat seperti algojo berjas hitam mewah itu jelas-jelas menatap Casilda dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bagaimana tidak heran? Casilda datang ke tempat mewah dan elit itu dengan mengenakan pakaian rajut lengan panjang merah muda dan celana jeans hitam. Lebih mirip ingin bersantai ke sebuah taman hiburan. Yah, mau bagaimana lagi? Style berpakaian Casilda selama ini memang tidak ada yang manis-manis dan feminim semenjak dia berubah beberapa tahun silam. Dengan canggung dan risih, Casilda kembali tersenyum kepada sang penjaga. Dari luar, musik hentak EDM terdengar sayup. Jika terdengar di dalam, sudah pasti akan memekakkan telinga. Pertanda segala kesenangan duniawi sudah berputar liar di dalam sana. Hal tidak biasa bagi Casilda itu membuat jantungnya semakin deg-degan tiap detiknya. Hei! Dia dulu memang adalah anak orang kaya! Juga sombong dan angkuh! Tapi, dia jelas adalah wanita baik-baik yang tidak pernah bersentuhan dengan yang namanya alkohol dan obat-obat terlarang! Apalagi yang namanya klub malam! “Sudah ada janji dengan Tuan Elric?” Sang penjaga sejak tadi basa-basi dengannya sembari menunggu kabar dari dalam. “Iya. Saya sudah meneleponnya juga, kok, ” balas Casilda salah tingkah, menunjukkan layar ponselnya dengan sedikit gerakan bodoh dan gugup Kening sang penjaga mengerut dalam, menatapnya sangat penasaran. Bagaimana bisa ada bola berkacamata masuk ke tempat mereka dengan model seperti ini? “Apa kamu tahu kalau tempat kami punya dress code-nya? Paham tempat macam apa di sini?” sinis sang penjaga. Casilda tergagap tidak tahu harus berkata apa. Dia memang pernah mendengar kalau ada beberapa klub malam tertentu yang hanya akan mengizinkan orang masuk ke dalam jika semuanya memakai pakaian tertentu. Contohnya adalah pakaian yang terlihat mewah dan indah. Bagi Casilda yang hanya bisa berpakaian kasual begini, dia jelas dinyatakan tanda merah di mata sang penjaga. “Ma-maaf. Saya tidak tahu kalau ada hal seperti itu, dan ya, tentu saja saya tahu tempat macam apa ini. Tuan Elric juga tidak bilang soal memakai pakaian khusus kepada saya. Hanya disuruh datang untuk berbicara empat mata dengannya,” jelas Casilda pelan, menarik-narik ujung bajunya dengan pembawaan salah tingkah. Wanita berkacamata dengan rambut dikepang satu ini, memajukan mulutnya, sebal kepada diri sendiri karena hal sederhana dan sepele begitu luput dari perhatiannya. Apakah Tuan Elric akan menilainya dari sikapnya ini, lalu ditolak? Pikiran Casilda segera ditepis begitu melihat seorang pria datang ke arah mereka setelah selesai melapor. Penjaga bertubuh mirip algojo itu mendapat bisikan serius dari sang pendatang tadi. Dia pun segera mengangguk, menatap Casilda tegang. “Tuan Elric sudah menunggumu di dalam. Terus saja lalu belok kiri di belokan ketiga. Di sana ada ruangan khusus dan tidak biasa. Itu adalah ruang kerja Tuan Elric. Paham?” “Terima kasih.” Casilda tidak tahu harus memberikan senyum seperti apa, jadi dia pun terlihat seperti orang sakit gigi. Begitu melangkah masuk, nuansa lampu ungu dan biru mendominasinya, meski ada beberapa permainan warna cahaya lain di sana. Seorang resepsionis mengangguk menyapanya, dan dibalas oleh Casilda dengan anggukan kikuk. Kartu yang dipegangnya ditunjukkan sebagai kode kalau dia datang dengan tujuan tertentu. Dengan gerakan bibir tanpa suara, sang resepsionis segera paham dan mengarahkan Casilda ke arah ruangan Elric menggunakan tangan kanannya. “Terima kasih,” bisik Casilda gugup. Sepanjang jalan memasuki tempat megah dan sangat mewah itu, musik EDM masih sayup-sayup terdengar. Dikiranya jika begitu masuk, maka pemandangan puluhan dan ratusan orang langsung menyapa matanya. Tapi, sepertinya klub malam ini memang sesuai dengan kelasnya. Luas bangunannya juga tidak main-main. Tidak heran Arkan si aktor berengsek itu suka betah main di tempat elit begini. Casilda menggerutu diam-diam sepanjang lorong yang panjang itu. Karena penasaran melewati beberapa pintu, dan Casilda pikir di setiap ruangan sepertinya memiliki tempat khusus dan tertentu, maka karena penasaran akut, sebelum tiba di belokan yang seharusnya, Casilda berhenti di depan sebuah pintu dengan musik paling keras terdengar dari dalam. Begitu membukanya, wanita berkacamata dan berkepang satu ini terkejut luar biasa dengan hentakan musik EDM yang tiba-tiba meledak kuat tepat di wajahnya. Padahal, dia hanya membuka sedikit pintu itu. Ya, ampun! Ternyata itu adalah ruangan khusus lantai dansa super luas dengan DJ bermain di puncak panggung. Karena kaget dan sangat kampungan akan hal liar seperti itu, Casilda yang syok melihat ratusan orang di ruangan luas berteriak dan melompat-lompat seperti kesetanan dengan iringan musik energik, kontan saja langsung menutup pintunya rapat-rapat. Linglung dan terbodoh karenanya. Dua ruangan yang di lewatinya sebelum ini, bisa dilihat dari pintu kaca masing-masing memiliki interior di dalamnya yang nyaris serupa dengan nuansa elegan dan elit, tapi ruangan di depannya ini tidak demikian! Masih mengalami syok budaya karena masuk ke klub malam dengan bayangan yang tidak sesuai yang pernah dilihatnya di TV, wanita pekerja keras ini berjalan mundur dengan raut wajah kebingungan. Casilda tertegun tiba-tiba. Keterkejutan lain menyambut Casilda setelah merasa menabrak seseorang di belakangnya. Suara tawa pria elegan terdengar dari balik telinga Casilda, kontan saja merasa itu adalah suara dari seorang pria muda dengan gaya sedikit nakal dan genit. “Bagaimana? Apa kamu suka pemandangan di dalam sana?” tanya pria itu ketika menahan kedua bahu Casilda saat hampir terjatuh. Dengan jantung gugup, Casilda berbalik menatapnya. Sebuah senyuman genit dan nakal muncul di depannya. Wajah pemiliknya sangat muda dan tampan menggoda, berpakaian jas abu-abu gelap bergaris zamrud tua. Gayanya sedikit dandy, tapi sangat fresh dan benar-benar genit! Matanya yang indah dan sedikit dingin itu melengkung membentuk sebuah senyuman memikat. “Selamat datang di taman bermain para orang dewasa, Ratu Casilda Wijaya,” jelasnya dengan nada bijak dan elegan. Kedua pipi Casilda bersemu merah. Kurang dari 3 hari, sudah ada 2 pria tampan yang tiba-tiba saja tahu nama lengkapnya. Astaga... ada apa dengan dunia? Sebelum sempat Casilda membuka suara, pria yang masih memegangi bahu Casilda sambil merendahkan kepalanya seolah hendak menciumnya, berbisik dengan sangat anggun dan bernada menggoda yang seksi: “Halo?! Aku adalah Elric! Apa kamu sudah lama menunggu di depan pintu?” Hah? Mendengar pengakuan itu, Casilda terbengong hebat. Dia pikir kalau pemilik klub itu adalah seorang pria tua jelek dengan tampang mengerikan! Dipikir-pikir lagi, ingatan kaburnya saat di pesta memalukan Arkan, sosoknya yang menyembunyikan identitasnya, memang tidak beda jauh dengan sikapnya saat ini. “Kenapa? Bingung, ya?” goda Elric dengan senyuman nakal. Casilda mengedipkan mata beberapa kali, kaku bagaikan kanebo kering. Tidak tahu harus menanggapi bagaimana keadaan sekarang. Musik EDM dari depan pintu, dan beberapa musik lainnya dari ruangan di lorong tersebut bersatu padu hingga membuat adegan kedua orang itu terlihat cukup aneh. “Apakah Arkan tahu kamu akan datang ke sini?” lanjut Elric lagi, sangat penasaran dengan wajah antusias. Kedua bola matanya berbinar-binar menarik seolah anak kecil yang baru mendapat mainan baru. Wanita gendut berkacamata dan berkepang satu menggemaskan mirip boneka itu, langsung dipeluknya tanpa izin. Ekspresi Elric seketika senang berbunga-bunga dengan tawa puas nakalnya. Casilda yang lagi-lagi mendapat syok baru, membatu hingga keringat dingin memenuhi punggungnya. Ya, ampun! Kemarin sang dokter mengusap-usap puncak kepalanya, sekarang ada pria aneh yang tengah memeluknya penuh semangat! Ada apa sebenarnya yang terjadi dalam hidupnya ini? Di saat Casilda mulai diganggu oleh Elric, di tempat lain, di sebuah hotel mewah. Arkan sejak tadi sangat gelisah, tidak bisa memejamkan mata sedikit pun. Dipikirnya, dengan ide tiba-tiba pergi keluar kota bersama Lisa yang mengajaknya liburan mendadak, maka dia bisa meredakan pikiran buruknya untuk tidak merobek pakaian Casilda dengan penuh kebrutalan dan amarah. “Sialan!” makinya kesal di udara hening, berdiri sembari menjambak sebelah sisi rambutnya. Meringis gelap penuh kekejaman di kedua bola matanya. Alasan satu-satunya dia menerima ajakan Lisa adalah karena takut tidak bisa mengendalikan diri di hadapan Casilda yang selama ini hanya sekedar ciuman dan gosok-gosok lampu jin semata. Kepalan tangannya memukul dinding di dekat jendela kaca tembus pandang, memperlihatkan pemandangan hirup pikuk jalanan macet malam hari. Ketika bel pintu terdengar, dia langsung berteriak kesal. Lebih mirip auman singa yang marah. “MASUK! PINTUNYA TIDAK TERTUTUP!” Dari balik pintu, terlihat seorang wanita dengan paras sangat cantik. Pakaiannya sangat seksi dan menantang dalam balutan dres mini warna merah menyala. Rambut hitam ikal sang pendatang baru ini tergerai cantik dengan satu jepitan berkilau di sebelah kepalanya. Mata genit rubahnya menatap nakal pada tubuh kokoh sang aktor yang bersembunyi di balik piyama tidur mewahnya. “Butuh kehangatanku setelah sekian lama, um? Sudah bosan dengan para wanita amatir itu?” godanya dengan gaya bersedekap anggun dan elegan, berjalan bak seorang supermodel yang lihai ke arah sang aktor. Arkan berbalik dingin, tidak terlihat ada ekspresi di wajahnya. “Aku dengar... Lisa ikut bersamamu ke hotel ini, dan sedang makan malam bersama petinggi penting dari sebuah perusahaan film layar lebar ternama....” jelasnya dengan nada rendah pelan yang seksi, kedua tangan lentiknya mulai meraba nakal kedua sisi bahu sang pria, memiringkan kepalanya memberikan tatapan seksi penuh rasa lapar di kedua bola mata indahnya yang berkilau. Dia sangat rindu ingin merasakan kehebatan pria tampan ini di atas ranjang! Demi Tuhan! Dia adalah ahlinya yang selalu membuat wanita mana pun pasti akan meleleh di bawah sentuhannya! Malam ini, mereka harus bisa tidur bersama! Persetan dengan semuanya! Sambil pura-pura sok manis dan menjaga jarak, akting wanita cantik dengan otak licik dan mesumnya ini, mulai beraksi sok perhatian. “Apa... kamu tidak takut akan ada gosip aneh saat kita melakukannya di hotel yang sama dengan tunangan super cantikmu? Aku rasa, mungkin ada baiknya jika—” Belum sempat sang wanita melanjutkan kalimatnya, tubuhnya sudah diraik masuk ke dalam pelukannya sang aktor. Kepala Arkan menutupi wajah sang wanita. Kelembutan di bibirnya segera menjadi santapan buas sang aktor. “AKH!” desah sang wanita terkejut, sok manja tak berdaya ketika tubuhnya dihempaskan ke atas kasur, membuatnya terlihat merona malu-malu, memberikan tatapan menggoda kepada Arkan yang mulai melepas piyamanya dengan cara yang sangat terburu-buru. Segera, sang aktor mengungkung tubuhnya dengan gaya yang liar dan arogan. Tubuh Arkan sang Top Star perlahan mulai menekan wanita itu dengan lembut dan disertai kekasaran yang timbul perlahan sedikit demi sedikit.... *** Sementara entah apa yang sedang diperbuat oleh Arkan bersama wanita bergaun merah seksi tadi, Ratu Casilda Wijaya sudah berdiri di dalam ruang kerja Elric. Wajah polos dan linglungnya membuat wanita ini terlihat menyedihkan di ruangan luas nan sepi itu. Sebuah ruang kerja yang tampak normal dengan gaya minimalis. Begitu dewasa dan bertanggung jawab! Suara pintu dikunci di belakangnya bagaikan sebuah pukulan dentang palu pada besi, membuat Casilda berjengit kaget hingga berbalik gugup. Di sana, Elric tersenyum nakal dengan gaya genitnya. “Pintunya dikunci agar tidak ada yang mengganggu kita. Setuju, kan?” Casilda menelan saliva gugup, mengangguk pelan patah-patah. Keringat gelisah mulai menuruni kedua pilisnya. Kedua tangan mengepal kuat di sisi tubuhnya. “Nah.... Karena aku tahu apa maksud kedatanganmu ke sini tanpa harus menjelaskannya. Tanpa basa-basi lagi, sekarang, ayo buka semua yang kamu kenakan di tubuhmu itu,” titah Elric dengan wajah penuh senyum senangnya, berjalan angkuh dan genit ke arah Casilda yang tertegun syok mendengar perintah gila itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD