Bab 59 Baiklah... Aku Setuju 1

1460 Words
Suara gemuruh dan sorak-sorai para tamu di aula besar itu membumbung tinggi. Mata mereka sudah bercahaya jahat dari berbagai arah, bibir tersenyum sangat menghina. "Bagaimana, Tuan Arkan? Apakah ide saya diterima? Jangan bikin kami penasaran," tanya sang tamu wanita bergaun ungu sekali lagi, gaya bicaranya sedikit genit dan menggoda. Ada kesan kehati-hatian di dalamnya, karena meskipun sang pemilik pesta mengatakan bahwa mereka boleh melakukan apa pun bentuk balas dendam kepada Casilda, ada batas-batas yang tak terucap bagi mereka untuk tidak boleh dilakukan dalam kekuasaan pria itu. Semua tahu, setelah acara wawancara di panti asuhan, kabar mengenai identitas Arkan sebagai putra dari Yamazaki Grup melejit cepat bagaikan roket di antara kalangan, khususnya pada alumni sekolah SMA-nya. Sekali berbuat kesalahan, maka besar kemungkinan akan berakhir seperti Casilda. Sebelah kening tamu wanita ini naik, mengamati reaksi tuan rumah bersama yang lain. Arkan perlahan kembali pada kesadarannya, tersenyum dingin di salah satu sudut bibirnya, matanya yang masih terpaut pada Casilda yang sudah terlihat seperti hewan yang takut untuk disembelih, kini menggelap dingin dan mengandung niat buruk. Kepala sang wanita masih digelengkan pelan menolak keras ide tidak masuk akal itu, dan ini membuat Arkan tampak mulai menunjukkan ketertarikannya guna semakin membuatnya tersiksa. Beberapa detik pun berlalu, kelopak mata lawan bicara wanita bergaun ungu tadi akhirnya bergerak. Bergetar pelan di udara melambaikan bulu mata lentiknya, menghindari tatapan Casilda yang ketakutan di sana. Sikap tubuh pria bertopeng iblis ini menunjukkan seolah dia tidak peduli sedikit pun. Mic direbut kembali dari tangan tamu wanita di sebelahnya, tidak membalas pertanyaan yang ditujukan untuknya, malah dengan angkuh berjalan menuju Casilda, sangat mengintimidasi, sangat percaya diri. Kedua mata hitam dinginnya menatap lurus wanita berkepang satu itu. Casilda, di sisi lain, menggigil di lantai dengan wajah takut-takut gemetar. Setiap langkah kaki pria itu membuat napas Casilda tertahan kuat, keringat dingin menuruni punggung. Apa yang akan dilakukannya? Apakah dia sekejam itu? Benar-benar seperti topeng yang dipakainya? Jika memaksanya melakukannya, itu sudah termasuk kekerasan seksual terhadap wanita! Apa dia gila? Sehebat itukah kekuasaan keluarganya yang super kaya itu sampai bisa semena-mena seperti ini? Mata Casilda membesar penuh amarah, dadanya kembang kempis, menggigit gigi dalam keputusasaan yang tenggelam ke dasar hatinya yang melemah. Lebih baik dia membunuhnya saja sekarang kalau disiksa tiada akhir! Pria sialan! "Ratu... Casilda... Wijaya..." ucap Arkan lambat-lambat, suara bijaknya memantul menguasai ruangan indah dan megah yang tiba-tiba dijatuhi keheningan aneh, karena hanya satu gerakan tangan di udara, semua tamu langsung paham harus bagaimana bersikap. Di panggung kecil di aula itu, orang-orang yang memainkan musik, tidak berani melakukan gerakan apa pun. Takut melakukan kesalahan, dan merusak situasi menegangkan itu. "Apa kamu dengar tugasmu selanjutnya?" wajah Arkan menyeringai jahat, mendongakkan dagu dengan angkuh, sorot mata dingin bercahayanya jatuh pada tubuh Casilda di bawah sana, menilai dengan penuh kehinaan. "A-Arkan, ma-maksudku, Tuan Arkan, tolong jangan main-main dengan hal serius seperti itu! Itu adalah kejahatan serius! Apa Anda tidak paham sama sekali? Itu perbuatan melanggar hukum!" Casilda tersudut di kaki kursi, menekuk kedua lututnya, dan memeluk dirinya sendiri seolah takut ditelanjangi tiba-tiba tanpa peringatan. Wanita dalam kostum merah muda ini sangat menyedihkan. Rambut lepek dan tubuh berbau seperti sampah. Memohon seperti ini membuat hatinya kebas, karena sudah menjadi makhluk paling kotor dan hina di ruangan itu di mata semua orang. Rasanya, seluruh dunia memusuhinya.... Kenap bisa berakhir seperti ini? Kesedihan memeluk hatinya, ingin menangis, tapi isi kepalanya sudah seperti telur kocok. Tidak bisa berpikir jernih! Kepala sang pria dimiringkan penuh minat, masih dengan senyum dinginnya. Tidak ada tanda-tanda akan melunak, meski Casilda sudah begitu tidak berdaya, dan meski semula dia sendiri tampak terguncang dengan ide berciuman dari tamu sebelumnya. "Bukankah kamu ingin uang? Sangat suka uang? Bekerja sangat keras karenanya?" sindirnya dingin dan tajam, mata merendah kejam, membuat Casilda membeku hebat. Aura gelap membungkus tubuh pria ini, begitu tinggi dan menakutkan. Langkah kaki Arkan kemudian berhenti tepat di depan Casilda, lalu berlutut dengan satu kaki, bergaya angkuh sembari meraih dagunya dengan lembut. Kedua bola mata Casilda yang mengecil bergetar kalut, kini terkunci pada bola mata hitam di balik topeng merah menakutkan itu. Apakah dia akan berubah pikiran? Casilda tertawa miris dalam hati, tentu saja menertawai diri sendiri. Setelah semua hal konyol dan bodoh yang dilakukannya, dia masih tidak serius? Masih ingin mempermainkannya? Kapan dia akan sungguh-sungguh memberikan uang 500 juta itu? Saat adiknya sudah mati? Begitu? Lava panas menuruni dadanya yang sedang sedih dan kecewa berat. Sorot mata Casilda juga sudah mulai bingung dan tidak fokus. Akal sehatnya perlahan mulai terganggu, bukan hanya karena demam yang menguasai tubuhnya, tapi juga siksaan psikologis mulai meruntuhkan pertahanannya sedikit demi sedikit. Sendirian di antara para serigala yang siap mencabik-cabik tubuhnya tanpa belas kasihan, membuat Casilda menciut dan tertekan secara mental. Selama ini, dia tak pernah sekali pun berharap ada seseorang yang datang menolongnya dan membawanya pergi dari masalah. Sekarang, apa pun sepertinya rela Casilda berikan agar bisa keluar dari masalah satu ini. Sayangnya, itu hanya harapan kosong semata, karena pada akhirnya, dia harus berjuang seorang diri seperti biasa.... Tenggorokannya tercekat, bibir terkatup rapat. Datang ke mansion Arkan, sepertinya adalah pilihan paling buruk seumur hidup Casilda. “Bagaimana? Kita buat saja hal ini menjadi sederhana, aku tidak akan memaksamu melakukan hal itu. Jadi, tidak ada hal-hal yang melanggar hukum malam ini. Semua keputusan kembali padamu. Dapat uang dariku, tapi harus patuh seperti anjing sampai pesta selesai. Jadi, ini hanya sebuah bisnis, bukan? Tapi, menolaknya harus berani menerima konsekuensi, karena sudah membuatku merasakan kerugian puluhan juta dalam semalam.” Tiba-tiba saja Arkan mendekat pada Casilda yang masih syok, hidung dijepit menahan bau dari sang badut pribadinya, bermaksud menyindirnya, lalu berbisik jahat di telinga sang wanita, "Pakai akal sehatmu, Casilda. Kamu pikir, 500 juta bisa dengan mudah kamu dapatkan begitu saja tanpa mengorbankan hal berharga? Ini bahkan belum termasuk acara utama. Jika kamu tidak kuat dengan tawaran ini, aku tidak yakin kamu bisa lolos di tahap berikutnya. Kamu tahu? Aku tidak ingin rugi sedikit pun. Saat aku bilang turuti semua perkataanku, maka itu adalah mutlak. Jika kamu menolak, maka perjanjian kita akan batal." Mata mereka kemudian saling bertatapan, dagu ditekan kuat-kuat hingga sang wanita meringis kesakitan. “Kamu serius? Apa kamu sudah gila? Atau tidak punya perasaan?” gugup Casilda, bertanya dengan nada tidak percaya. Rohnya seolah sudah melayang keluar, bahu melorot. “Jika dilakukan sukarela, bukankah tidak akan ada masalah? Kita akan sama-sama untung, bukan? Kami terhibur, kamu bisa bersenang-senang dalam timbunan uang menjijikkanmu itu.” Perasaan Casilda menciut, berpilin seperti tornado. Dia tidak mau bersenang-senang! Pria bodoh! Dia mau menyelamatkan adiknya! Kenapa pria ini terus berpikir dirinya adalah wanita mata duitan? Apakah karena dirinya miskin, jadi predikat itu menempel padanya secara otomatis? Arkan mendengus kecil, mengejek pelan dengan tawa puas, “heh.... kupikir, kamu bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan uang. Tapi, sepertinya ditantang seperti ini pun, kamu sudah tidak sanggup. Apa kamu tidak tahu enaknya ciuman? Membuat seluruh tubuhmu panas dan melayang keenakan.” Kalimat terakhirnya diucapkan terdengar sangat mesra. Entah disengaja atau tidak oleh Arkan sang Top Star, dan ibu jari pria ini menyentuh bibir bawah Casilda dengan gerakan lembut. Semua tindakan itu menciptakan geleyar aneh bermain di mata pria ini saat menatap bibir wanita di depannya, tapi hanya sekilas dan Casilda yang menggelap pucat, tidak sempat melihatnya saking syoknya dengan godaan menghina itu. Casilda terlalu fokus pada senyuman licik dan menawan milik pria itu, senyuman yang sudah melukai harga dirinya berkali-kali. Tidak ada hal bagus jika sebuah senyuman diberikan oleh Arkan untuknya, pasti ada hal buruk di dalamnya. Sama seperti sekarang ini. Hati Casilda panas menyengat, sakit hati. Pandangan wanita ini sudah mulai berbayang hebat akibat tekanan mental yang diberikan kepadanya, hidungnya terisak pelan dan air mata mengalir di pipinya tanpa diminta. Apakah masih layak dirinya disiksa sedemikian rupa demi menolong adiknya yang tengah sekarat? Tetap maju? Atau menyerah melepas 500 juta itu demi harga dirinya? Tiba-tiba saja, dalam hatinya ingin menghentikan semuanya, tapi... tapi... Rasanya dia tengah berdiri di tepi jurang. Jika dia menuruti semua kemauan Arkan, maka hidupnya akan hancur untuk selamanya. Tapi... adiknya... adiknya... apakah adiknya benar-benar bisa tertolong jika hidupnya hancur? Casilda sangat bimbang, tidak tahu harus mengambil keputusan seperti apa di saat krisis begini. Wanita berkepang satu ini menyadari dirinya sudah dijebak mentah-mentah oleh pria tampan di depannya tanpa bisa bernapas lega. Jika memutuskan pergi dari tempat mengerikan itu, banyak konsekuensi buruk yang harus dipikulnya. Dengan suara susah payah dikeluarkan dari bibir yang gemetar, entah karena takut atau pun menggigil putus asa, raut wajah Casilda memohon dengan linglung kepada sang iblis di atasnya, suara gemetar lemas, dia pun membalas: "Baiklah.... Aku setuju.” “Apa?” Bola mata Arkan membesar syok. Tertegun hebat seolah disambar oleh petir. Di balik topengnya, dalam diam, ekspresi Arkan berganti-ganti dengan cepat, mata hitamnya menatap tanpa kedip, lalu ada sekilas kebingungan bermain di sana. Dalam sekejap mata, ekspresinya mengeras menutupi hal itu dari pandangan lawan bicaranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD