“Mau saya antar?" tawar Euis. "Enggak usah, Neng Euis. Nini sudah biasa jalan. Biar tetap sehat." "Ya sudah kalo begitu. Saya pamit dulu, Nini," ucap Euis sambil menyalami dan mencium punggung tangannya. Nini Wari tak menjawab apa-apa lalu terus berjalan. Gerakannya sangat pelan. Kapan dia akan sampai? Tanya Euis dalam hati. Euis menghidupkan mesin motor dan bergerak meninggalkan si nini lalu berbelok ke arah warung tempat Kang Engkus membeli rokok. Dalam otak Euis masih bersemayam beberapa pertanyaan seputar fenomena aneh yang dialami sepanjang jalan ini. Jalan ini baru pertama kali dilalui oleh Euis. Kalau bukan karena Kang Engkus, bisa jadi ia tidak akan pernah mengetahuinya. Benar-benar sebuah daerah yang aneh dan membingungkan. Dari awal melewati jalan, lebih tepatnya sejak dari w

