bc

Menggantikan Sepupuku Menikahi Pria Angkuh

book_age16+
494
FOLLOW
2.5K
READ
revenge
HE
arranged marriage
badboy
drama
city
like
intro-logo
Blurb

Aruna adalah seorang gadis dengan masa depan cerah, namun ketika dia tiba-tiba diminta untuk menggantikan sepupunya yaitu menjadi pengantin pengganti dengan menikahi seorang laki-laki yang dijodohkan dengannya, dia terkejut. Ternyata lebih buruk dari dugaannya, karena laki-laki itu adalah Evan – laki-laki yang sangat angkuh dan juga bosnya di tempat kerja. Lebih parahnya lagi, Evan seperti membenci Aruna dengan alasan yang tidak bisa gadis itu mengerti. Seiring kemajuan pernikahan mereka, Aruna harus mencari cara untuk merubah sikap Evan kepadanya, meskipun lelaki itu jelas-jelas meremehkannya.

Apa yang akan terjadi pada pernikahan mereka? Baca hanya di Innovel dan Dreame.

chap-preview
Free preview
1. Perjodohan
"Bagaimana di kantor? Apakah ada masalah?" seorang pria bertanya, menatap pria yang lebih muda yang duduk di seberangnya. "Seperti biasa, Yah. Berjalan dengan lancar. Dan kalaupun ada masalah aku akan segera menyelesaikannya" jawab pria itu, menundukkan kepala dan menatap sepiring makanan di depannya. Ia adalah Evano Farzan Bagaskara, anak tunggal di keluarganya. "Bagus" pria itu mengangguk. "Kamu sudah dewasa jadi sudah sepantasnya kamu bisa menangani masalahmu terutama masalah di kantor" katanya beralih menatap sepiring makanan yang masih tersisa. Evan hanya mengangguk, menyendok makanan dari dalam piring dan memasukkan ke dalam mulutnya. "Ayah hampir lupa" tambah pria itu, membuat Evan beralih menatapnya. "Ada yang ingin Ayah bicarakan dengan kamu" "Kalau begitu bicarakan saja, Yah. Aku akan mendengarkannya" jawab Evan menganggukkan kepala. "Tapi ini ada kaitannya dengan masa depan kamu" pria itu berkata dan Evan mengangkat satu alis. "Ayah berencana untuk menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah" "APA?" Evan membulatkan mata. "Ayah ingin menjodohkan aku?" tanyanya terlihat tidak percaya. "Enggak, Yah! Aku enggak mau dijodohkan!" katanya menggelengkan kepala. "Kenapa kamu enggak mau?" pria itu bertanya dan mengerutkan dahi. "Kamu belum bertemu dengan wanita yang akan dijodohkan denganmu tapi kenapa kamu langsung menolak?" "Karena aku enggak mau dijodohkan" jawab Evan beralih menatap sepiring makanan yang tersisa. "Lagipula sekarang sudah jaman modern, Yah. Enggak jaman yang namanya perjodohan. Selain itu aku juga bisa mencari pendamping sendiri tanpa harus dijodohkan. Apalagi dengan seseorang yang sama sekali enggak aku kenal" "Maka dari itu kamu harus bertemu dengan wanita itu terlebih dahulu agar kalian bisa saling mengenal satu sama lain" pria itu berkata tanpa melepaskan pandangan dari anaknya. "Benar" wanita yang duduk di sebelah pria itu mengangguk. "Ibu setuju dengan Ayahmu. Lagipula wanita yang akan dijodohkan denganmu adalah seorang wanita yang baik dan cantik. Dia bukan hanya cantik di luar tapi juga di dalam. Dan kami yakin, kamu enggak akan menyesal jika menikah dengannya" "Maaf, Bu, tapi aku tetap enggak setuju" jawab Evan menggelengkan kepala. "Aku enggak bisa menikah dengan seseorang yang sama sekali enggak aku cinta" "Soal cinta itu urusan belakangan" pria itu berkata dan Evan beralih menatapnya. "Kamu harus tahu, Ayah memiliki seorang teman yang menikah dengan seorang wanita yang dijodohkan dengannya. Ya, awalnya mereka memang enggak saling mencintai satu sama lain. Tapi dengan berjalannya waktu mereka mulai jatuh cinta dan mereka hidup bahagia sampai sekarang. Bahkan mereka sudah dikarunia tiga orang anak" "Jadi Ayah ingin aku seperti teman Ayah itu?" Evan bertanya dan mengangkat satu alis. "Maaf, Yah, tapi aku enggak bisa" katanya, menggelengkan kepala dan mengambil segelas air mineral di dekatnya. "Baik, enggak apa-apa jika kamu enggak setuju" jawab pria itu menganggukkan kepala. "Sekarang mana kunci mobil kamu?" "Kunci mobil?" Evan mengerutkan dahi. "Untuk apa, Yah? Memang mobil Ayah kenapa?" "Enggak usah banyak tanya, mana kunci mobil kamu?" pria itu mengangkat satu alis dan menengadahkan tangan ke arah Evan. Segera Evan merogoh saku celananya dan mengambil kunci mobil yang ia simpan di dalam sana. Lalu tanpa mengatakan apa-apa ia memberikannya pada ayahnya. Pria itu mengangguk dan meletakkan benda itu di atas meja makan. "Mulai hari ini kamu enggak boleh naik mobil" katanya melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. "Aku enggak boleh naik mobil?" Evan mengerutkan dahi dan mengulangi perkataan ayahnya. "Tapi Yah, aku kan harus pergi ke kantor, nanti aku naik apa?" "Kamu bisa menggunakan kendaraan lain seperti taksi atau ojek online" jawab pria itu acuh tanpa menoleh ke arah Evan. "Tapi kenapa aku enggak boleh naik mobil?" Evan bertanya tanpa melepaskan pandangan dari Ayahnya. "Itu kan mobil aku dan aku membelinya dengan uangku" "Benar, kamu memang membelinya dengan uangmu" pria itu mengangguk dan beralih menatap Evan. "Tapi ingat, kamu mendapatkan uang itu dari salah satu perusahaan Ayah yang kamu kelola dan itu berarti mobil itu bukan sepenuhnya milik kamu. Dan Ayah akan menyitanya sampai kamu setuju dengan perjodohan ini" Evan menghela nafas, mengalihkan pandangan dan terlihat frustasi. Ia tidak tahu apa yang ada di pikiran ayahnya, sehingga ia begitu ingin menjodohkannya dengan anak temannya. *** Evan terdiam, menoleh ke sisi kiri dan memperhatikan jalan yang hampir dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan. Sudah hampir setengah jam taksi yang ia tumpangi diam di tempat dan tidak jalan. Sekalinya jalan hanya sebentar dan kemudian berhenti lagi cukup lama. Karena jalan yang begitu macet. "Pak, apa enggak ada jalan lain?" Evan bertanya dan terlihat mulai jenuh menghadapi kemacetan di Ibukota. "Enggak ada, Mas. Jalan lain juga sama, macet juga. Maklum, namanya juga hari kerja jadi setiap hari ya macet begini" jawab supir taksi yang ia tumpangi. "Iya, saya tahu. Tapi saya harus buru-buru ke kantor, Pak. Saya ini seorang Bos, malu kalau sampai datang telat. Nanti apa kata karyawan saya?" Evan berkata dan menatap supir taksi itu yang duduk di depannya. "Maaf, Mas, tapi memang enggak ada jalan lain. Karena hampir semua jalan macet. Kalau Mas enggak mau telat sebaiknya Mas naik ojek saja" supir taksi itu berkata dan menatap lurus ke depan. "APA? Naik ojek?" Evan bertanya dan terlihat tidak percaya. "Pak, saya ini bos besar, lho. Bukan sembarang bos. Masa seorang bos besar naik ojek. Malu lah sama karyawan saya. Apalagi kalau ada rekan bisnis saya yang lihat. Nanti muka saya mau ditaruh di mana?" "Saya hanya memberi saran saja, Mas. Enggak memaksa, terserah Mas mau atau enggak. Tapi kalau Mas mau cepat sampai di tempat tujuan lebih baik Mas naik ojek" supir taksi itu berkata dan menoleh ke arah Evan. Evan menghela nafas dan mengalihkan pandangan tanpa mengatakan apa-apa. Ia memilih untuk diam dan tidak menanggapi lagi, sebab ia enggan untuk berdebat dengan supir taksi itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook