Prolog

367 Words
"Kamu beneran nggak ingat saya?" "Ingatlah, Pak Melon kan bos saya. Gimana sih?!" "Maksud saya, apa kamu benar-benar lupa siapa saya di masa lalu kamu?" "Hah? Gimana gimana?" Rana terlihat masih bingung. "Kamu beneran amnesia soal saya?" "Aduh, apaan sih, Pak?! Jangan bikin saya tambah bingung deh! To the point bisa kan? Jelaskan biar saya paham." Pria itu menghela nafas dalam-dalam, mengembuskannya perlahan sembari mengusap rambut yang masih tertata rapi efek gel pomade mahalnya. "Ingat M. Sagara? Kakak kelasmu waktu di SMA? Ingat waktu pertama kali ketemu? Jadwal olahraga kelas kalian barengan. Kamu main bola sepak, dan bolanya ketendang ke lapangan basket. Terus diambilin dan dianterin bolanya ke kamu. Bukan disepak. Suka diem-diem nunggu di depan gerbang sekolah, kadang di parkiran motor, cuma buat lihat kakak kelasmu lewat sebelum pulang. Ingat?" Gadis itu terdiam kelu, mencoba menafsirkan tiap kenangan yang dilontarkan oleh bosnya secara mendetail. Bahkan Rana sendiri susah payah melupakan kepingan memori tersebut dari pikirannya. Berharap bisa melepas cinta pertama dengan seikhlas-ikhlasnya dan menapaki masa depan tanpa perlu terjebak kubangan kenangan lalu. "Ah ya, kamu sering menemani dia sms-an kalau dia lagi suntuk berat dulu. Kamu juga menyebutnya dengan nama panggilan Aa Handsome. Lupa?" "Tunggu... darimana Pak Melon tau semua itu?" Akhirnya Rana buka suara. Menahan gejolak dalam dadanya yang memburu tak menentu. Kisah lalunya memang terlalu indah untuk diulas kembali. Walau demikian, tak bisa dipungkiri bahwa hatinya pernah terluka karena terlalu mengagumi. Cinta ditolak bisa ia terima dengan lapang d**a, tapi pergi tanpa pamit rasanya sulit untuk dianggap biasa saja. Pria itu menyodorkan map milik Rana. "Kamu bahkan mencatat semua sms kalian dulu di sini." Segera Rana menyabet map yang ia cari-cari sampai kamarnya diobrak-abrik semalam suntuk. Ia baru sadar kalau dirinya keliru meletakkan dokumen di atas meja bosnya. Pantas saja dokumen yang dipinta Saga tempo lalu masih bertengger di atas meja Rana. Dan ia harus diingatkan kembali oleh temannya karena belum menyerahkan dokumen tersebut ke atasan. Beberapa saat Rana kembali membisu. Mengamati sosok di hadapannya dengan lebih seksama. Semakin dipandang lekat, semakin ia menyadari sesuatu. Hatinya terketuk kembali untuk membuka kunci yang sempat ia musiumkan di dalam jiwanya. "Pak Melon...? Nggak mungkin kan...?!" Rana membekap bibirnya sendiri. "Ya. Saya adalah dia." ♡== KejarTargetJodohKudapat ==♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD