bc

SINGLE FATHER NUMBER 225

book_age18+
555
FOLLOW
5.8K
READ
family
mate
scandal
badgirl
independent
bxg
city
sassy
love at the first sight
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Berawal ingin pergi jauh dari mantan pacarnya, Jullie pindah ke perumahan Mutiara Bersinar Indah Regency Nomor 224 Blok A-A. Jullie bertetangga dengan seorang duda anak dua yang merubah hidupnya.

Dari pertemuan-pertemuan kecil, obrolan sederhana merubah kehidupan mereka berdua. Jullie tidak mengira dia akan jatuh cinta pada laki-laki sederhana yang jauh dari kriterianya, entah kenapa dia merasa hanya dengan laki-laki ini dia bisa melangkah maju. Tapi tunggu dulu, bagaimana dengan Lukman ? Tidak semudah itu dia melupakan mendiang istrinya….

Lawan Jullie selamanya adalah memori Lukman dengan mendiang istrinya…, kisah cinta Lukman dengan almarhum Rosa, Jullie tahu dia tidak bisa mengacak-acak kenangan itu.

chap-preview
Free preview
RUMAH NOMOR 225
Hai aku Jullie, kalian lagi baca ceritaku. Beberapa minggu lalu aku pindah ke salah satu perumahan di Jakarta Barat, perumahan yang dihuni oleh keluarga-keluarga hangat yang lengkap. Nggak apa-apa aku sendirian, maksudnya aku terbiasa sendiri, papa dan mamaku cerai. Yah, biasa latar belakang broken home yang membuatku mandiri sejak dulu. Habisan ya mau gimana? mama sudah menikah lalu papa juga sudah punya keluarga baru yang hangat sejak aku SMA. Apa yang aku harapkan? Kasih sayang lengkap kedua orang tuaku? tidak mungkin, dan tidak apa-apa. Sungguh aku baik-baik aja. Sendiri bukan berarti aku kesepian ya, hidupku cukup tenang dan damai, aku nggak sering direbetin masalah keluarga dan te*tek bengeknya. Secara teknis aku memilih meninggalkan mereka untuk kebahagiaanku sendiri. Boleh dong? mereka aja boleh bahagia, kok ya aku nggak. Aku suka tersenyum sendiri mendengar cerita teman-temanku tentang papa dan mama mereka yang romantis, melihat postingan keromantisan anniversary kedua orang tua mereka, aku tidak diberkahi momen seperti itu di hidupku. Sejak dulu, sejak aku SMP aku sudah tahu My Parent is't Hero they are just like me. Berharap pada mereka seringkali membuatku kecewa, jadi aku memilih mandiri, ditempa hidup itu lebih menyenangkan daripada dipeluk kasih sayang dan tidak pernah tahu dirimu seperti apa. Aku cukup mengenali diriku, aku tahu apa yang aku mau. Dan aku egois. Rumahku bernomor 224 dan setelah pindah kemari aku memiliki rutinitas baru yaitu mengamati tetanggaku di rumah nomor 225. Setiap pagi aku akan duduk di depan jendela sambil mengamati interaksi keluarga itu, keluarga yang kusebut keluarga sinetron. Yang menarik dari keluarga itu bukan cuma keharmonisannya, tetapi kepala keluarganya. Iya, namanya Lukman dia adalah suami, ayah dari dua anak dan laki-laki paling guanteng yang pernah aku lihat. Lukman lebih cakep dari crush yang sampai saat ini tidak bisa aku miliki, dia juga lebih menarik dari artis idolaku, se-cakep itu asal kalian tahu… Yah. beginilah rutinitasku setiap pagi sebelum berangkat menjadi juru makeup, menyeruput kopi sambil ngintipin suami orang. Sinting memang,, "Minggu-minggu kerja aja kamu Jull." Aku tersenyum kecil pada Rosa. Dia sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke dalam mobil new fortuner, sepertinya mereka akan pergi berekreasi. Dia melirik koper makeup bawaanku "Minggu malah banyak kerjaan ya?" Aku mengangguk."Bisa sampe malem banget kadang." "Wah, pengen deh aku dimakeup sekali aja sama kamu" Aku mengangkat alisku "Ada duitnya nggak?" Rosa tertawa terbahak-bahak, di belakangnya suaminya mengerling agak tersinggung dengan ucapanku. Ya maaf, aku nggak menyeka kuas ke wajah wanita kalau nggak dibayar. "Nggak jadi deh, dua anakku mau masuk sekolah, bayaranmu kan mahal banget," katanya diselingi tawa. "Sudah sana ini mau jam 7!" Dia mengibarkan tangan mengusirku "Kamu nggak boleh telat kan? nanti bayaranmu kurang lagi." Rosa perempuan baik, sangat baik, ramah dan sederhana, kesederhanaan yang tidak akan pernah kumiliki, dia seorang ibu yang merelakan kehidupannya untuk dua anaknya. Aku tidak akan bisa seperti dia, ya ampun mikir mau ngurusin dua anak dan meninggalkan pekerjaanku demi seorang laki-laki membuatku merinding. Aku memeluk diriku dan masuk ke mobil. Lukman masih memperhatikanku ketika aku naik mobil, mukanya agak masam, sepertinya dia tersinggung dengan candaan ku tadi. Yah.... cakep doang tapi baperan... *** Hari ini gue ada job untuk merias seorang penyanyi bernama Miranda di acara pernikahannya, sebelum go to the job gue harus menjemput asisten gue Zya, perkara jemput Zya lah yang membuat pagi gue sedikit ribet karena harus muter, rasanya kayak mau ke Bogor. Miranda sudah menelpon dua kali untuk memastikan gue datang sebelum jam 11. Gue nyetir sambil makan, hidup di Jakarta yang super macet ini membuat gue bisa mengendalikan mobil sambil menikmati sarapan. Zia mendesah begitu masuk ke dalam mobil gue. "Lo ini berantakkan banget sih." Gue nyengir aja, dia memang suka ngomel kayak buk-ibuk. Jangan heran kalau dia kelihatan lebih tua dari gue, beban hidupnya dibuat sendiri sama keribetannya, kasian mana masih muda. "Duduk aja duduk, lo tinggal duduk Zya. Ampun deh, untung gue baik mau jemput lo." "Tau mobil lo bau sampah gue mending naik MRT, paling parah naik bajaj juga nggak sebauk ini" Gue memukul mukanya pelan dengan kertas kontrak yang gue ambil dari dasbor mobil. Seenak-enaknya! "Cowok lo yang doyan jajan itu lo suruh sekali waktu bersihin mobil lo. Jadi cowok nggak berguna banget." "Lo kenapa nyalahin Archie?" Dia memutar bola matanya kesal dengan cara gue manggil Archie kaya manggil nama anaknya Harry dan Megan "Lo tuh, cari cowok yang bener deh, lo tu udah mau tiga puluh tahun begok, lo nggak selamanya muda." "Gue nggak mau nikah, lo ya! Tolong dong Zya, lo jangan ngelewatin batas. Gue ini bos lo ya, nggak gue kasi perbulan lo tahu rasa." "Eh, perempuan bebas! Gue kasih tahu lo ya, nggak selamanya lo bakal kayak gini terus suatu hari lo akan merasa kesepian, suatu hari lo bakal butuh teman buat meratapi hidup." "Gue bukan peretap kayak lo.." "Jullie, ada waktunya ketika lo butuh gue. Ketika lo nangis-nangis sambil teler gue nggak selamanya bisa nemenin lo, karena sejujurnya lo bukan prioritas di hidup gue" "Tahu ah, sebel gue ngomong sama lo" Gue tancap gas dengan kasar membuat dia memegang pegangan tangan di atasnya dengan syok. Dia memukul lengan ku. "Keterlaluan lo, nyawa ni yang lo bawa, begok !" *** Karena mobil gue dihina habis-habisan sama Zya, akhirnya gue berhenti di tempat cuci mobil sehabis merias Miranda. Gue post di sosial media dan yang komen udah sampai jutaan dalam beberapa menit saja. Netijen club panglingpangling look, mengomentari riasan gue, ada yang bilang manglingin, ada juga yang bilang si Miranda kelihatan lebih tua karena lipstik warna tua yang dipakai, manusia-manusia berjari-jari racun dan toxic ini kayak pada nggak nyari rizki aja lo pada di dunia ini. Gue menghela nafas tapi gue berhenti pada satu akun yang kayaknya gue kenal. @rosaDia, gue buka dah tu akun, eh ternyata dia mengajukan pertemanan ke gue. maklum gue kan makeup artis ye. Sosial media gue lumayan rame, jadi kalo aku nggak verified biasanya gue nggak gubris apalagi akun yang followernya cuma 300 orang. Adooh, sedihnya gue ngebuka sosial medianya si Rosa, yang ngelike cuma 50 orang, 20 orang. Gue memegangi bagian bawah leher gue, mengelus bagian itu karena perasaan sedih, eh tapi nggak jadi sedih deh begitu nyekrol sedikit ke bawah gue bisa liatin suaminya. Gue tekan sekali. Eh ke love. Anjay...ng Gue panik melihat kanan-kiri. Ini gimana sekarang, gue nge-love foto suami orang. Gue sesak nafas. Gue butuh minum, mana minum. "Mana minum?" "Gimana mbak?" Si abang-abang karyawan tempat cuci mobil itu kebingungan. Gue nyengir karena malu. "Ada punya air putih nggak bang? aku haus." Si abang nunjuk minimarket di depan jalan. "Itu ke minimarket aja." Sapi! Gue semakin terpuruk malu. Gue yakin muka gue udah merah banget. Gue berjalan tertunduk-tunduk malu. Maksudnya, gue minta air galon aja masak nggak ada di tempat cucian mobil, eh lagian gue yang begok kenapa nggak liat di depan ada minimarket. Heh. Sampai di rumah, gue takut-takut waktu markirin mobil, takut salah satu nyapa gue, dan bilang, "Ngapain stolking?" Begok! Peduli amat mereka sama gue, mereka pasti sibuk nggak mungkin mantengin media sosial dan ngeliat banget love gue, paling nggak dianggap juga ah udahlah, nggak usah dipikirin, pasti nggak apa-apa kok. Lampu rumah sudah dimatikan, mobil new fortuner sudah terparkir rapih, sepedah anak-anak tergantung rapi di tembok, sisa lampu di teras aja yang masih menyala. Gue menghela nafas. Turun dari mobil dengan tenang, tapi eh tunggu. Ada Lukman, dia lagi nelpon. Gue liatin di antara kegelapan itu mata kami bertemu. Walaupun gak ada cahaya, gue tetap bisa melihat warna bola matanya yang coklat seperti coklat yang meleleh, melelehkan jiwa raga gue juga. Dia melihat gue tanpa ekspresi apa-apa. "Nggak ma, semuanya oke, mama..." Oh, lagi nelpon mamanya. Gue berbalik masuk ke dalam rumah untuk melepas lelah. Gue mengambil handphone lagi dan liat sosial medianya Rosa. Yah, udah gue like nggak mungkin gue batalin like gue, percuma juga. Gue liat sekali lagi foto yang gue like, cakep banget sumpah! Sumpah! Gue zoom hampir 30 kali buat mastiin di foto itu manusia apa bukan. Jadi, itu sebuah foto ucapan selamat ulang tahun gitu buat suaminya, Lukman sendiri nggak punya sosial media, di foto itu Lukman menggunakan kemeja kotak-kota biru, rambutnya jatuh-jatuh sudah agak panjang, dia menggunakan kacamata baca yang terlihat sempurna membingkai wajahnya. Biasanya dia nggak pakai kaca mata, apa karena foto itu diambil sehabis kerja ya? Aku juga nggak tahu yang jelas ganteng, gitu aja wes. titik. Malam itu gue sekalian aja stalking sosial media dan kehidupan keluarganya. sudah ketahuan stalking juga.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook