bc

Queen Of The Mask Emperor

book_age16+
1.3K
FOLLOW
9.6K
READ
love-triangle
mate
arrogant
dominant
manipulative
goodgirl
king
queen
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Keluarga besar bangsawan Selomitha yang bergelut di bidang perdagangan itu menerima surat khusus dari kerajaan, yang berisi perintah untuk segera mengirimkan seluruh gadis dari keluarga mereka yang telah memenuhi persyaratan untuk diseleksi menjadi seorang ratu dari negara bagian Eropa tersebut.

Anehnya, surat itu hanya diterima oleh keluarga besar Selomitha sebagai salah satu dari ratusan garis bangsawan lainnya.

Ellia dan Sophia adalah dua orang gadis saling ber-sepupu dan telah memenuhi persyaratan kerajaan, untuk dikirim sebagai bentuk kepatuhan dan kesetiaan kepada kerajaan.

Yang tidak diketahui oleh kedua orang gadis tersebut bahwa salah satu di antara mereka telah dipilih sejak awal oleh sang Raja sendiri, sebagai pendamping dari sang Raja yang memiliki sebuah konspirasi terkenal dan berbahaya. Sementara salah satu gadis tersebut hanya sebuah pion.

"Perempuan itu adalah senjata yang paling berbahaya untuknya, tapi perempuan itu juga yang paling di inginkannya melebihi dunia ini."

chap-preview
Free preview
PROLOG
"Bersembunyilah kedalam hutan. Disaat keadaan telah aman, aku akan kembali mencari kalian." terlihat pria berambut cokelat itu memegang erat kedua pundak isterinya sebelum beralih mencium keningnya. Lalu beralih mengecup kening sebuah tubuh mungil yang berada dalam gendongan ibundanya. Kedua bola mata Jayde polos itu menatap kedua bola mata cokelat milik ayahnya sebelum berkata "Apa ayah akan menyusul piknik kami nantinya?" tanyanya polos membuat pria tersebut memasang senyum menenangkan dan mengusap kedua pipi bulatnya yang memerah karena keadaan dingin yang menerpa akibat turunnya salju. Puteri kecil tersebut tidak tahu bahwa ditengah malam ini mereka tidak melakukan perjalanan untuk melakukam piknik keluarga, melainkan untuk menyelamatkan diri dari kegemparan bahaya yang sedang mengawasi mereka. Kerajaan sedang mengalami peperangan besar akibat dari pemberontakan seseorang yang berhianat dari dalam istana, berusaha mengambil alih kerajaan. Semua rakyat yang berada di bawah kepemimpinan kerajaan tersebut terkena imbasnya akibat pemberontakan tersebut. Rakyat miskin mulai mengalami pembunuhan akibat tentara - tentara pemberontak dan para bangsawan berusaha menyelamatkan keluarga mereka, sebelum mereka di temukan dan di paksa untuk mengakui pemerimtahan baru yang berarti berhianat atau mati. Beberapa bangsawan telah memutuskan untuk berhianat pada pemerintahan Raja Dolder tetapi, beberapa bangsawan yang bijak memilih menghindar dan melihat situasi lebih dahulu. Disaat Raja Dolder tidak berhasil digulingkan maka para bangsawan yang telah setuju berkhianat aka terputus tali keturunan mereka hingga 8 turunan.  Tetapi, disaat peperangan ini dimenangkan oleh pemberontak maka para bangsawan yang lain baru akan mengakui pemerintahan baru ini. Untuk sesaat mereka harus melihat kesempatan lebih besar. "Ya sayang. Jangan khawatir. Pergilah mencari tempat untuk piknik minggu depan kita bersama ibu dan kakak. Mengerti ?" Suara ramah dari ayahnya yang mencoba menjelaskan kepada puteri kecilnya dengan berbohong, agar puteri kecil berusia 5 tahunnya itu tidak merasa ketakutan. "Aku, kakak, dan ibu akan menemukan tempat yang bagus." ucap puteri kecil tersebut dengan nersemangat membuat ibunya merasa khawatir memikirkan kemungkinan saat subuh nanti puterinya ini tidak bisa lagi tersenyum seperti ini, membuatnya mengecup pipi merah tersebut. Setelah berhasil menenagkan kedua orang berharga baginya yang berjenis kelamim perempuan itu, Duke Aldo kini membungkuk menatap anak laki - laki sulungnya yang baru setinggi pingganya karena baru berumur 10 tahun. "Boy. Ayah mempercayakan ibu dan adikmu padamu. Jaga mereka selama ayah pergi." pesannya membuat anak sulungnya itu menatapnya dengan mata Jayde yang sama dengan ibunya, penuh ketekatan yang kuat dan sebuah kabut kesedihan  yang berusaha di tutupinya, meskipun dengan tidak begitu baik dan masih terbaca oleh ayahnya sendiri yang kini memeluknya. Dirinya sudah mengetahui situasi ini. Dan kini di usia 10 tahunnya sebagai keturuanan laki - laki dari bangsawan Selomitha dirinya tidak boleh lemah. Ayahnya yang sesama lelaki itu memberinya tugas untuk menjaga keluarga mereka dan dirinya akan menepatinya. "Jangan khawatir, ayah. Aku akan menjaga mereka ayah. Kembalilah dengan selamat, kami akan menunggumu." Duke Aldo menganggukan kepalanya sebelum melerai pelukan tersebut dengan puteranya Elde,o lalu beralih menepuk bahu anakanya dengan tegas. "Bagus, boy. Ayah memegang ucapanmu." Melihat hubungan perpisahan itu, entah untuk waktu sebentar atau mungkin selamanya membuat perempuan yang berlaku sebagai seorang isteri dan ibu itu, tidak bisa menahan kesedihannya yang mengalir melalui sela - sela matanya. Melihat isterinya Duchess Roseline menangis kembali membuat Duke Aldo mendekatinya dan mulai melap air mata tersebut. "Jangan menangis. Anak - anak akan khawatir." ucapnya sambil melap air mata tersebut dari pipinya. "Kau harus kembali. Aku tidak tahu harus menjelaskan apa pada anak - anak nantninya." Mendengar ucapan Duchess Roseline membuat suaminya tersenyum lembut. "Aku akan kembali. Sekarang pergilah." perintahnya dengan kembali mendaratkan sebuah kecupan di keningnya. "Ronal kau beserta enam orang lainnya akan pergi menemani isteri beserta anak - anakku." perintahnya ke arah bawahannya yang bekerja padanya, yang sedaritadi hanya diam.  "Lalu bagaimana dengan anda Tuan ? Apa tidak harus saya ikut dengan anda ?" jawab pria yang berperawakan tinggi sama dengan Duke Aldo dan telah bertahun - tahun bekerja padanya. "Tidak perlu. Aku akan pergi dengan empat orang lainnya. Aku akan merasa tenang jika kau pergi bersama keluargaku." Mendengar hal tersebur membuat pemuda tersebut akhirnya mengangguk. "Duchess Roseline, mari. Kita harus bergegas." ucapnya berjalan lebih dahulu mempin jalan dengan 2 orang lainnya yang memegang obor, membuat keluarga bangsawan tersebut mengikutinya di belakang dengan 4 orang lainnya lagi di belakang bangsawan tersebut, menjaga. Melihat keluarganya telah pergi, mulai menacri tempat persembunyian membuat Duke Aldo mulai kembali bergerak dengan arah yang bertolak belakang dengan keluarganya. "Ayo." perintahnya pada 4 orang lainnya dengan masing - masih obor di tangan mereka. Duchess Roseline menurunkan puterinya dari gendongan saat Ronal, kepercayaan suaminya itu mempersilahkan mereka duduk di salah satu pohon yang telah di tebang dengan api unggun di depan mereka, mencoba menghangatkan mereka di tengah - tengah turunnya salju kecil tersebut. "Apa kau baik - baik saja sayang ?" tanya Duchess Roseline sembari mengeratkan mantel cokelat yang di pakai puterinya Ellia, saat mendengar nya terbatuk. Puterinya itu akan segera terkena demam jika begini, pikirnya. Berbalik menatap puteranya yang berdiri dekat dengan mereka sembari menatap sekeliling hutan, melihat situasi. Perilaku yang sangat mirip dengan ayahnya membuat Duchess Roseline tersenyum sebelum memanggil puterenya agar menatapnya. "Eldeo. Kemarilah duduk, sayang. Kita sudah berjalan cukup jauh. Istrahatlah." Mendengar ucapan sang ibunda membuatnya mendekati Duchess Roseline beserta adiknya yang menatapnya dengan bola mata yang sama dengannya, Jayde sebelum melempar senyum sayang pada kakak sulungnya. Memuat Eldeo menggenggam kedua tangan mungil milik adiknya yang dingin dan mulai menghangatkannya. "Aku akan menjaga kalian, ibunda. Jangan khawatir. Ayah mempercayaiku karena ayah tahu aku mampu." ucapnya dengan terus berusaha menghengatkan kedua tangan adiknya itu, membuat Duchess Roseline yang mendengar ucapan dewasa anak sulungnya itu dan bagaimaan dengan dirinya yang menjaga adiknya, mampu membuatnya mengelus rambut cokelat berkilau itu. "Ibunda tahu dan terimakasih." Duchess Roseline berjalan meninggalkan kedua anaknya, mendekati Ronal yang terlihat berbincang - bincang dengan bawahan mereka yang lainnya. "Ronal." sapanya membuat bawahan tersebut menengok ke arahnya dan sedikit membungkuk hormat bersama yang lainnya, sebelum permisi berlalu. "Duchess Roseline. Apa ada yang anda butuhkan ?" "Terimakasih, Ronal. Tapi, tidak perlu. Aku hanya ingin mengajukan pertanyaan saja." ucapnya sembari melirik ke arah Eldeo dan Ellia yang kini terlihat bermain, terlihat dari kedua anaknya yang saling tertawa dan mencoba menggelitik. "Silahkan Duchess Roseline, saya akan menjawab semampu saya." hormatnya mempersilahkan. "Apa keadaan kerajaan sangat kacau ? Apa yang terjadi sebenarnya dengan pemerintahan ?" "Seperti yang anda tahu seseorang dalam kerajaan berusaha menggulingkan Raja Dolder dari pemerintahan. Pembersihan secara besar - besaran akan dilakukan demi pemerinrahan orde baru. Maka dengan itu dibutuhkan dukungan para bangsawan, yang nantinya tidak akan menolak mosi pengangkatan saat penggulingam berhasil." jelasnya panjang lebar membuat Duchess Roseline yang mendengarkan semuanya menganggukan kepala. Politik. Dirinya tidak mengetahui banyak tentang itu. "Hanya langkah yang di ambil para bangsawan tidak mudah. Jika Raja Dolder gagal digulingkan maka para bangsawan yang setuju akan mati."jelas Duchess Roseline memastikan maksud yang di tangkapnya dari semua penjelasan tersebut. "Benar. Maka dari itu Duke Aldo beserta keluarga besar Selomatha yang lainnya mencoba bertahan hidup dan memutuskan di akhir, pada siapa keluarga besar anada akan tunduk. Karena itu Duke Aldo pergi dan melihat situasi dengan baik, agar nantinya kita tidak salah jalan yang berujung kematian." jelas Ronal kembali membuat Duchess Roseline menghela nafas dan terus menggenggam liontin kalung pemberian suaminya. "Siapapun nantinya yang akan memegang pemerintahan, Ronal. Aku hanya berharap bahwa Duke Aldo suamiku, kembali dengan selamat." "IBUNDA. ELLIA MENGHILANG !" Ellia mulai menangis ketakutan saat dirinya telah berada jauh dari ibunda dan kakaknya itu. Dirinya terus membolak - balikan tubuhnya menatap sekeliling, hanya sebuah kegelapan yang mengelilinginya tanpa ujung dan hanya sebuah penerangan kecil dari api yang meneranginya. Entah bagaimana dirinya bisa mejauh dari keluarganya itu, dirinya hanya mengikuri seekor kelinci yang terdapat dalam penglihatannya, berniat menagkap kelinci tersebut dan menjadikannya peliharaan saat kakaknya Eldeo pergi mengambil kayu tambahan untuk di bakar lagi agar dirinya tidak kedinginan. Saat api telah mulai habis melahap satu buah kayu ringan yang tidak sengaja di ambilnya sebelum mengejar kelinci itu, mulai habis dan mulai merambat ketangan kecilnya membuat Ellia spontan membuang kayu tersebut. Hingga apinys padam, menyisakan Ellia yang semakin ketakutan dalam gelap gulita. Dirinya tidak berhenti menangis dengan terus memeluk erat kedua kakinya saambil terus memanggil ibu dan kakaknya dengan suara kecil, berharap kedua orang tersebut segera menemukannya. 30 menit mulai berlalu dan tidak ada tanda - tanda bahwa ibunda dan kakaknya akan menemukannya, membuatnya semakin ketakutan bersama dengan dirinya mulai menggigil kedinginan. Sebuah suara dari gerakan derap langkah membuatnya nya mendongakan kepalanya, berharap suara itu dikeluarkan oleh keluarganya. Sesaat derap langkah yang lumayan bayak dengan pencahayaan dari obor melewati semak - semak yang membatasinya dari orang - orang tersebur kembali melewatinya. Berpikir bahwa mereka adalah keluarganya yang sedaritadi ditunggunya membuat Ellia bangkit dan mulai berlari kecil mengejar orang - orang tersebut. "Ibu. Kakak." panggilnya dengan suara pelan efek dari kedinginan yang dirasanna membuat suaranya mengecil dan serak. Dirinya terus mengejar pemilik langkah kaki didepannya dengan obor di tangannya, hingga dirinya menembus sebuah semak - semak yang penuh dengan duri, matanya mencari keberadaan sosok ibundanya dan kakanya diantara pria - pria yang memakai sebuah perisai besi untuk perang di tubuh mereka. Ellia berpikir bahwa orang itu adalah bagian dari mereka yang tadi bersama - sama dengannya melarikan diri, membuatnya ingin mendekati sekumpulan pria tersebut untuk menanyakan keberadaan ibunda beserta kakak laki - lakinya. Langkah kecil yang di ambilnya terhenti saat melihat seorang anak kecil yang terlihat dengan tubuh kecilnya itu diseret dan dihempaskan dengan keras ke atas tanah di tengah - tengah pria yang mengelilinginya. Tubuhnya setinggi kakanya dan anak tersebut memakai sebuah jubah berwarna emas ditubuhnya dengan kedua tangannya yang di ikat dibelakang punggungnya. Salah satu di antara pria tersebut mendekat lalu melepas dengan kasar karung dari kepala anak laki - laki itu, sayangnya Ellia hanya melihat sesosok tubuh anak tersebut dari bagian belakangnya saja. Mata Jayde polos itu masih menatap polos apa yang di lakukan oleh orang - orang dewasa kepada anak remaja tersebut, seolah memastikan sesuatu dengan terus meneliti wajahnya. Hingga tanpa sadar nata jayde miliknya membulat dan secara spontan dirinya termundur kaget hingga terjatuh ke atas tanah. Mata polos itu kini berubah takut dan gemetar dengan kedua tangan yang menutup mulutnya, takut mengeluarkan suara tangisnya atau mereka akan memenggal kepalamya seperti anak remaja itu yang kini kepalanya menggelinding dengan mata yang terbuka. Ketakutan menjalari seluruh tubuh Ellia membuatnya diam mematung dengan terus terduduk di atas tanah. Hingga kumpulan orang dewasa tersebut kembali membungkuk memberi hormat saat melihat seorang anak lelaki lainnya yang berjalan mendekati tubuh tak bernyawa anak lelaki berpakaian emas itu yang berbeda dengannya, hanya memakai pakaian bangsawan biasa saja seperti kakaknya atau bahkan sedikit lebih dari kakaknya. Terlihat bahwa anak remaja berambut hitam itu seperti memastikan bahwa tubuh anak itu telah tak bernyawa dengan terus memandanginya sebelum berganti menatap pria dewasa yang tadi mengeluarkan pedangmya untuk memotong kepala anak berbaju emas itu dan mulai berbicara.  Entah bagaiamana tatapan mata berwarna orange itu mendapati tubuh kecil Ellia di antara semak - semak, membuat Ellia semakin bergemetar ketakutan saat mata itu menyipit memastikan penglihatannya pada sosok anak perempuan kecil yang juga berbalik menatapnya dengan mata polosnya yang penuh ketakutan, mengetahui bahwa dirinya di temukan. Terlihat bahwa anak itu berbalik dengan cepat dan kembali berbicara pada pria dewasa disampingnya sembari menunjuk tempat Ellia dengan dagunya, membuat pria dewasa tersebut dengan waspada berbalik mengkuti arah pandang anak remaja itu. Dengan gemetar dan penuh ketakutan Ellia bangkit dari duduknya dan mulai berlari menjauhi mereka, membuatnya beberapa kali terjatuh. Jantung gadis kecil tersebut seakan bertalu dengan cepat saat mendengar beberapa langkah kaki yang mengejarnya dibelakang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Not Dating

read
550.1K
bc

Romantic Ghost

read
162.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.4K
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
450.8K
bc

Just Friendship Marriage

read
507.5K
bc

Papah Mertua

read
530.4K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook