3

1127 Words
'Ihhh Aya capek~ dari tadi jalan mulu, kapan si nemu kerjaan, nanti kalo nggak dapat kerja, Tante Anis pasti marah-marah, ihhh pasti ngeri kalo Tante marah-marah udah kayak kerbau ngamuk, hihihihi,' lirih Aya sambil terkikik geli membayangkan tantenya yang berubah menjadi kerbau. Aya terus menyusuri jalan raya yang ramai ini, matanya tak henti-henti mencari toko atau cafe yang mencari karyawan, hingga matanya tak sengaja menangkap sebuah kertas bertulisan lowongan kerja tertempel di depan Toko. Aya langsung melangkahkn kakinya ke toko itu. "Permisi Pak," sapa Aya. "Iya?" "Pak saya lihat pengumuman didepan, katanya toko ini lagi mencari karyawan ya?" Tanya Aya. "Iya benar," jawab Bapak itu. "Apa masih ada Pak?, saya ingin melamar pekerjaan disini Pak jika masih ada" "Boleh saya lihat berkasnya dulu?" Ucap bapak pemilik toko itu. Aya menyerahkan map yang berisi berkas lamarannya. "Maaf Dik, kami mencari paling minimal lulusan Sekolah menengah atas (SMA) atau Sekolah menengah kejuruan (SMK)" "Yaaah pak, masa saya gak bisa sih? Jadi tukang sapu juga gak papa kok Pak," "Maaf Dik, tetap tidak bisa." "Yaudah kalo gitu, Aya permisi, Assalamualaikum," "Waalaikumsallam." Aya berjalan gontai meninggalkan toko itu. 'Huuuuuh susah banget si cari kerjaan dengan modal ijazah sekolah menengah pertama (SMP), Aya sudah cape ni jalan, mana haus lagi,' monolog Aya dalam hati. Aya beristirahat di sebuah bangku, tak sengaja matanya melihat sebuah cafe dan resto yang besar, mata Aya langsung berbinar senang. 'Gede banget, pasti disana banyak ngebutuhin karyawan, Aya coba tanya aja ahh, siapa tau ada lowongan dan di terima.' Ucap Aya dalam hati. Aya mulai melangkahkan kakinya yang terasa pegal, tujuannya sekarang adalah cafe dan resto besar yang dilihatnya tadi. * "Permisi Kak, maaf di sini lagi butuh karyawan gak Kak?" Tanya Aya pada pegawai cafe tersebut. "Aduhhh, maaf ya Dik, saya juga gak tau, soalnyakan saya hanya pegawai saja di sini." "Emmm, kalo gitu saya boleh ketemu sama atasan Kakak gak? Siapa tau ada lowongan, soalnya saya butuh banget ni Kak." Ucap Aya sambil mengluarkan jurus puppy eyes andalannya. "Pemilik café ini jarang ada di sini Dik, maklum orang sibuk, hanya sewaktu-waktu saja dia ada di sini." Jawab karyawan itu. "Kalo gitu saya titip lamaran saya ke Kakak boleh ya Kak? Missalnya ada atasan Kakak datang ke sini Kakak bisa kasihkan lamaran saya ke atasan Kakak, eh-eh gak jadi deh Kak." Ucap Aya sambil nyengir kuda. Kakak pegawai cafe itu mengerutkan kening, kebingungan akan sikap aya. "Kakak simpen nomor handphone Aya aja ya, jadi nanti kalau ada atasan Kakak datang kesini Kakak hubungi Aya, jadi nanti Aya langsung datang ke sini, gimana Kak, bisakan Kak? " Lelaki itu nampak menimbang-nimbang, ia melihat penampilan Aya yang begitu menyedihkan, ia merasa iba dan kasiahan pada Aya. "Iya deh nanti saya hubungi jika atasan saya ada datang ke sini." Jawabnya. Aya tersenyum senang "Makasih ya Kak, Aya pamit dulu." Aya mulai melangkahkan kakinya menjauh dari cafe itu dan meneruskan perjalanannya. Aya memutuskan untuk beristirahat di sebuah taman. "Badan Aya rasa remuk, kaya dipukul orang sekampung." Ucapnya pelan. 'Udah siang aja, Aya lapar lagi.' Lirihnya dalam hati. Aya membuka dompet 'Mana Aya udah gak ada uang, uang Aya kan udah diambil sama Tante Anis.' Lirih Aya. Aya teringat Tante Anis yang kejam padanya. 'Ya Tuhan, semoga Aya dapat kerjaan, kalo nggak dapat kerja, dapat uang juga gak papa hihihii,' ia terkekeh sendiri sambil membayangkan ia mendapat uang dijalan. * 'GILA, parah banget Mami, Papi, ya kali gua di suruh nikah cepat, pake acara ngancam segala, stresss gua lama-lama.' Alex memukul-mukul setir mobilnya, untuk meluapkan masalah. 'Mana bisa gua nikah sama yang lain, gua masih nunggu lo,' lirih Alex sambil menatap layar handphonenya, lebih tepatnya menatap foto kekasihnya yang di jadikan wallpaper handphonenya. *flas back* "Alex!" panggil papinya. "Ada apa Pi?" Tanya Alex. "Duduk sini Nak, Papi sama Mami mau ngomong sama kamu." Ucap maminya. "Papi ingin kamu segera menikah!" ucap papinya tegas. Alex kaget dan langsung menolaknya mentah-mentah. "Pi, Alex kan masih muda umur Alex baru dua puluh lima tahun, kenapa harus cepat-cepat menikah, lagi pula Alex juga belum siap untuk menikah!" "Belum siap kata mu!? Tapi kamu siap bermain-main dengan w************n mu itu? IYA?!" Bentak papinya. Alex hanya diam menunduk. 'Dari mana Papi tau masalah itu, arghhh tamat riwayat gua.' Batin Alex. "Jangan kamu kira Papi gak tau apa kelakuan kamu selama ini, gonta ganti pasangan, kamu pikir itu tidak memiliki dampak buruk? Jika publik tau kebenarannya, bagaimana nasib perusahaan besar kita, kamu cukup dewasa untuk mengerti itu Alex, jadi Papi minta menikahlah segara, untuk menghindari rumor yang berdampak buruk pada perusahaan, Papi akan memberi waktu kamu selama satu minggu untuk mencari pasangan, tapi jika dalam satu minggu kamu tidak dapat menemukan wanita untuk pendampingmu maka bersiap lah untuk papi jodohkan dengan anak sahabat Papi!" "Pi, Alex bisa berenti tidak main-main lagi dengan wanita, tapi Alex mohon, Alex gak mau nikah dulu Pi, Alex belum siap!'' mohon Alex pada Papi nya. "Papi tidak yakin kamu bisa membuang kelakuan burukmu itu, jadi Papi tidak akan merubah keputusan Papi!" "Oke Alex turuti permintaan Papi, Alex akan cari pendamping Alex sendiri, Alex gak mau di jodohin!" ucapnya seraya bangkit menuju kamar. "Alex!" Panggil papinya. Alex berenti sebentar. "Papi tidak mau, dan tidak menerima menantu seperti wanita-w***********g mu itu!" Alex langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar tanpa menjawab papinya. tok tok tok "Lex ini Mami," "Masuk aja Mi!" ucap Alex dari dalam. Mami Alex masuk ke dalam kamar. "Lex, apa kamu masih nunggu dia?" Tanya maminya. "Mi, aku sudah lama bersma dengannya, gak mudah buat lupain semuanya," lirih Alex. "Lex Mami tau, tapi dia sudah meninggalkan kamu sayang," "Mi Alex gak tau apa alasan dia pergi, bisa jadi dia terpaksa ngelakukan itu." Mami menatap anak nya itu. "Buka matamu Lex, jika dia sungguh-sungguh mencintaimu, dia tidak akan meninggalkanmu kan?" Ucap mami Alex hanya diam tidak menjawab ucapan maminya mami bangkit dari duduknya. "Mami gak bisa cegah keputusan Papi mu, jadi sebaiknya cari lah pengganti dia, jika memang kamu tidak ingin di jodohkan." Ucap mami seraya pergi meninggal kan kamar Alex. "Arghhhhh!!" teriak Alex frustasi. "Kenapa jadi runyam gini sih!!!!, gua gak mau nikah dengan yang lain, apa lagi dijodohkan!! f**k lahhh!" ucap nya kesal. Alex menelpon seseorang. "Lo gua pecat!!!!" 'Tapi pak apa salah saya?' tanya orang di sebrang sana. "Lo ga becus tau gak!! papi tau semua yang gua lakukan diluar, tugas Lo apa gua tanya?! Gua suruh Lo buat jaga privasi gua kan, jangan sampai ada yang tau! tapi apa?! " Bentak Alex. 'Pak saya sudah berusaha sekuat tenaga, tapi Tuan besar memang sangat jeli' "Emang Lo nya doang yang gak becus, mulai sekarang Lo gua pecat!" Tut. Alex memutuskan panggilannya secara sepihak. 'Arghhh punya anak buah gak guna!! ngurus gitu aja gak bisa, percuma gua bayar mahal-mahal!' "Gimana caranya gua ngehindar dari ini sih." Teriaknya dalam kamar. * Flashback of*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD