Part 1

2204 Words
Part 1  Tuhan tidak pernah salah menciptakan sepasang tulang rusuk. Yang salah hanyalah waktu dan keadaannya.  *** Namaku, Bella Ar-Rasyid. Si bungsu yang begitu di sayangi keluarga dan dunia. Kenapa dunia? Salah kan saja Kakek dan Opa ku yang menjodohkan aku dengan lelaki yang sangat aku benci kehadirannya. Lelaki yang sangat dicintai dunia dan sering di sebut sebagai suami nasional karena sikap wibawanya, kecerdasannya serta sikap-sikap baiknya yang membuatku sangat amat muak! Bayangkan saja, kalian dijodohkan dengan lelaki yang setiap saat suka mencuri kecupan di bibir kalian, pasti sangat menjengkelkan bukan? Itulah yang aku rasakan. Tapi, yang anehnya ada bagian dalam diriku menyukai sikapnya. Bukankah aku gila? Jelas-jelas aku menyukai orang lain. Ya, pasti aku gila karena terus memikirkannya sampai detik ini. "Sudah lah terima saja, Alden. Anggap balas budi kepada Kakeknya yang menolong Mommy dan akhirnya berhasil melahirkan kita berdua, meski Barry juga ikut menjaga kita. Anggaplah ini balas budi kamu kepada mereka berdua," kata lelaki yang masuk ke dalam kamarku tanpa permisi lewat pintu penghubung di sana. "Kak Billy yang aku sayangi, lelaki yang aku cintai hanya Daddy! Jadi, jangan paksa aku untuk mencintai orang lain." Billy Ar-Rasyid adalah kembaran yang Tuhan kirimkan untuk menemaniku. Walau Kakak tertua kami--Barry Ar-Rasyid harus pergi untuk selamanya. Karena Kakakku itu melindungi kami dari luka-luka yang dibuat oleh Marisa dan Gionino dulu. Dua nama yang sangat tidak ingin aku dengar, terutama Gionino. Karena lelaki itu, Tante Marisa jadi memusuhi keluarganya dan melakukan hal buruk tanpa mendengarkan penjelasan keluargaku sebelumnya. Sangat mengesalkan dan rasanya aku mengutuk manusia bernama Gionino itu, karena bisa-bisanya meretakkan hubungan darah keluargaku! Awas saja akan aku balas lelaki tua itu. Ah bicara lelaki yang aku sukai, ya Daddyku. Karena apa pun yang aku mau selalu dia turuti asal aku juga menuruti kemauannya dan tidak melupakan chek up ku nantinya. Ya, aku itu memiliki darah rendah, yang mengharuskan aku untuk minum obat bahkan sampai donor darah kalau hb ku di bawah kata normal. Yang aku tahu semua bermula ketika aku pingsan dan hampir koma. Tidak berhenti di sana, aku memiliki suatu hal yang aneh di mana jika Billy terluka aku bisa merasakan sakitnya. Maka dari itu, Billy selalu menemaniku bahkan memberikan perhatian lebih selama di sekolah. Bisa dikatakan kami berdua satu paket yang tidak bisa pisahkan kecuali situasi tertentu. "Aishhh... anak satu ini! Kalau Daddy kan memang harus kamu cintai dan sayangi karena dia ayah kita. Dan bentuk cintanya juga berbeda. Kalau Alden kan seseorang yang nantinya akan menemani masa tua kamu, dan ini beda juga bentuk cintanya. Sudah lah baiknya kamu terima saja, toh baru tunangan kan? Kalau kamu tidak cocok bisa katakan pada yang lainnya untuk tidak meneruskan hubungan kalian. Yang terpenting saat ini, kamu bahagia dengan bagaimana cara kamu menciptakan kebahagiaan itu." Aku salut dengan kembaranku saat ini. Bisa-bisanya dia berkata hal tersebut dengan mudah. Padahal dia sendiri saja belum memiliki kekasih. Atau bisa saja sudah tapi di sembuyikan olehnya. Bisa saja bukan? "Kenapa tidak Kakak saja?" pertanyaanku membuat dia mendengus kesal. Dia tiduran di kasurku dan aku ikut melakukan hal yang sama. Bahkan aku juga memeluknya saat ini, membuat suara nyaring yang sangat ingin aku tendang ke pluto muncul. "Bella Ar-Rasyid! Bisa-bisanya ya kamu berduaan di sini sama si jomblo ini. Cepat berpakaian dan bersih-bersih karena kita harus berangkat ke sekolah." Ah. Aku lupa! Usiaku saat ini 16 tahun. Aku masih anak sekolah yang duduk di kelas 2 senior high school. Ya, kalau di bandung mungkin bilangnya kelas 2 SMA. Nah, tahun ini adalah tahun ajaran baru, di mana kami harus segera tiba di sekolah tepat waktu. Sedangkan lelaki yang berteriak tadi bernama Alden Jhonson. Lelaki tampan yang sangat di sayangi perempuan di keluargaku sampai dunia. Lelaki yang sebentar lagi lulus dari tempat kami bersekolah termasuk kembaranku. Jangan salah, walau usia kami sama, dia mengambil jalur cepat supaya satu kelas dengan Kak Bian. Nah, nanti aku ceritakan manusia satu itu sepertinya dia sudah berangkat lebih awal. Secara dia kan anak perserikatan siswa gitu, ya semacam OSIS lah ya. Jadi, dia sibuk mengurusi anak-anak baru. Sedangkan aku dan mereka berdua, tidak ada kepentingan sama sekali di sana. Kita bertiga hanya orang-orang yang suka mencari keributan, terutama lelaki yang mengelus pipiku saat ini. "Sayang, kenapa diam saja? Kan aku suruh kamu mandi." aku memang masih menggunakan pakaian tidur karena baru bangun, sedangkan kembaranku baru selesai mandi karena tercium dari bau tubuhnya yang aku peluk tadi. "Bawel banget si, aku malas sekol--" "Mandi, Bella." penekanan suaranya membuat aku mendengus kesal. Kenapa aku selalu kalah dengan tatapan matanya! Karena kesal, sengaja saja aku hentak-hentakkan kakiku ke lantai, supaya dia tahu kalau aku sangat marah padanya. Lihat saja akan aku buat dia merasakan kekesalan yang sama. **** "Kamu ini gimana si, Al. Taklukin Bella yang benar," kata Billy yang beranjak ke kamarnya hanya untuk mengambil seragam sekolah dan perkakasnya, dan kembali ke kamar adiknya untuk berganti di sana. Tentu saja, Billy tidak akan membiarkan manusia seperti Alden sendirian di kamar kembarannya, bisa-bisa Alden khilaf pada adiknya yang sangat cantik itu. Billy mengambil pakaian Bella tanpa malu sedikit pun. Bahkan lelaki itu beranjak dari tempatnya demi memberikan pakaian yang harus Bella pakai hari ini. "Kamu selalu melakukan hal itu?" tanya Alden dengan nada sinisnya. Billy tahu, Alden pasti tidak menyukai sikapnya. Habis bagaimana lagi, sudah menjadi kebiasannya memperhatikan adik kesayangannya. "Nanti kita latihan kaya biasa?" bukan menjawab, Billy malah mengajukan sebuah pertanyaan pada Alden yang mendengus sambil menatap ponsel genggamnya. Mungkin dia tengah melihat laporan perusahaannya. Ya, walau usia Alden sangat muda dia sudah di percaya untuk memegang perusahaan bersama kembarannya, Aidan Jhonson. Nah, si Aidan ini satu organisasi dengan Sepupu Bella--Bian S Ar-Rasyid. Wajar dua manusia itu tidak ada karena mereka pasti sibuk di sekolah. Mengurus murid baru, yang kali saja bisa menarik perhatian keduanya. Ah, jangan lupakan kami semua sudah lulus dari sekolah menengah atas, karena harus menyamar demi melindungi para perempuan kami harus totalitas bukan? Sebab bagi lelaki secerdas mereka sangat mudah lulus perkuliahan dan cepat, wajar jika Billy dan yang lainnya selalu merahasikan semuanya bahkan dari orang tua mereka sekali pun. Karena mereka tidak mau di anggap sebagai anak yang bergantung pada orang tua, makanya Billy akhir-akhir ini tengah sibuk mengurus segalanya serapih mungkin supaya tidak ada yang tahu akan penyamaran mereka. "Kamu lupa? Kita seharian di sekolah karena masa orientasi siswa itu. Jadi, latihan aku undur di weekend. Mengingat jadwal Bella kosong juga di sana." perkataan Alden mengingatkan Billy pada suatu hal yang harus kalian semua tahu. Alden itu manusia yang posesif. Cara posesifnya Alden itu dengan meminta jadwal kegiatan Bella pada manajernya Bella, yang juga sahabat kecilnya--Angel Anderson. Adik bungsu dari Arkan ini memang dekat dengan Bella. Apalagi sejak pembullyannya dulu. Mereka berdua malah jadi duta wanita anti bullying. Dan di sekolah ini, keduanya di anggap malaikat karena selalu melindungi orang-orang lemah. Banyak sekali kasus pembullyan di sekolah mereka, tapi manajemen sekolah seakan diam saja. Membuat mereka para pelajar selalu sulit menghentikan aksi pembullyan, ingin sekali mereka melaporkan pada Marcelle selaku pemegang kendali atas semua kekuasaan milik keluarganya, tapi Bella melarang. Bocah itu selalu berharap bisa melakukannya dengan baik. Kembali pada jadwal Bella. Jadi, Angel itu selalu membuat jadwal Bella sesuai dengan Alden. Alasannya supaya Bella bukan hanya mendapat perlindungan dari kembarannya melainkan juga mendapat perlindungan dari kekasihnya. Itulah mengapa Angel selalu memberikan jadwal Bella pada Alden, supaya lelaki itu bisa mengubah dan menambahkan masukan padanya untuk kegiatan Bella setiap harinya. "Kalau kamu sudah mengaturnya, kita akan latihan bukan? Kam--" "Ayok kita berangkat!" ajakan Bella yang baru saja keluar dari kamar mandi di tahan oleh Alden Jhonson yang menatapnya dingin. "Ganti pakaian kamu." Tiga kata yang membuat adik Billy itu menginjak kaki Alden dan berlari keluar dari kamarnya. Membuat Billy tertawa di tempatnya. "See? Selamat menikmati pembalasan dari adikku," tepuk Billy pada bahu Alden dan berjalan keluar menyusul adiknya. "Cih, inilah kenapa aku meminta kalian menyamar." **** Aku tertawa saat melihat wajah marah Alden di kamar tadi. Siapa suruh dia menyebalkan. Jadi, biarkan saja lelaki itu menyesali perbuatannya hari ini. "Sayang, sini sarapan dul--" "Aku langsung berangkat! Bye Mom!" aku mengambil sandwich buatan Mommy dan menenggak s**u yang dia buat secepat kilat. Dan berlari keluar rumah meninggalkan Alden di sana. "Ayo, Ngel! Kita berangkat." Sahabatku, Angel hanya mendengus sebal, tapi dia tetap menjalankan mobil kesayangannya. Ya, semester baru, harus semangat baru! "Aku pikir kamu bakal di jemput Ka Aidan," kataku saat kami menikmati pagi hari di kota kelahiranku, Berlin. Kota yang tidak ingin ditinggali oleh kami karena berbagai histori yang terjadi di tempat ini. Walau manusia laknatt itu ada di sini, tidak menutup kemungkinan suatu saat dia akan terdepak dari ini. Secara Alden dan keluarganya orang penting di sini, mudah bagi mereka menghancurkan para musuhnya. "Bel, sebucinnya aku sama Ka Aidan. Aku masih sadar diri manusia dingin itu tidak akan melihat ke arahku, lebih baik aku move on saja. Dengan begitu aku akan bisa menemukan cinta sejatiku," katanya dengan nada sok riang padahal aku tahu Angel tidak akan pernah bisa melakukan semua itu. "Kak Aidan itu menyukai kamu, terlihat jelas bagaimana tindakannya. Cara mudah supaya kamu tahu dia menyukai kamu adalah..." "Apa?" tanya Angel penasaran sambil menatap kedua mataku serius. "Pancing kemarahannya, dengan ganti pakaian kamu sama sepertiku. Ingat, kita hari ini pengisi acara bukan? Buat Jhonson memanas hari ini." perkataanku membuat Angel tersenyum. Percayalah, aku dan Angel itu satu irama dalam hal ini, ah jangan lupakan sahabatku yang lain. "Ahh.. Arasoo. Akan aku balas manusia dingin itu!" "Andai Alana ada di sini. Mungkin kita tidak hanya membuat Jhonson memanas melainkan Kakakku juga," kataku membayangkan. "Sayangnya, Kak Bian terlalu takut mendekati Alana." Ya, sayangnya seperti ini. Kakakku itu tidak akan pernah mau berdekatan dengan wanita setelah dia tahu bagaimana ibunya dulu memperlakukan ayahnya dan mommyku. Padahal kalau aku dengar, itu kan bukan kesalahannya. Tante Caca hanya di hasut makanya bisa melakukan hal buruk seperti itu, kalau tidak? Mana mungkin dia melakukannya. "Sampai juga, kita langsung ke kamar mandi! Kamu harus berganti," kataku "Siap, Bos!" **** Aidan Jhonson dan Bian S Ar-Rasyid sudah ada di sekolah sejak pagi buta. Mereka bersama anggotanya mempersiapkan semuanya dengan semaksimal mungkin. Bayangkan saja Aidan yang biasanya menjemput Angel, pagi tadi tidak melakukannya karena sosok wanita yang ada di depannya menyuruh dia untuk segera tiba di sini. "Dan, kayanya cewek ini suka sama kamu?" bisik Bian. "Itu lah alasannya kenapa aku meminta kamu ke sini secepat mungkin. Medusa ini pasti mau cari gara-gara." jawaban Aidan membuat Bian mengangguk paham. Medusa adalah sebutan untuk wanita bernama Putri. Wanita yang menjadi salah satu donatur terbesar di sini suka semena-mena dengan mereka semua termasuk adiknya. Itulah kenapa mereka tidak menyukainya, apalagi manajemen sekolah ini seakan memihak pada wanita itu bukankah sangat menyebalkan. "Bian kamu urus yang di sana saja," perintah Putri yang membuat Bian memilih pergi dari sana daripada sakit kepala. Sepeninggalan Bian, Putri melangsungkan aksinya. Karena menurut antek-anteknya, Angel dan Bella baru saja tiba dan jika mereka melihat lelaki di depannya dia cium, pasti mereka akan mengamuk dan dia akan membuat kedua wanita yang selalu mengganggu aksinya itu menyesal telah mempermalukannya. "Aidan kamu tam--" "Jangan sentuh wajahku dengan tangan kotormu!" bentakan Aidan sepertinya menarik perhatian semua orang termasuk Bian yang sejak tadi duduk di kursinya meminta adik dan kembaran Aidan datang ke sini secepat mungkin. Atau kalau tidak peperangan akan terjadi. "See? Dia bilang jangan sentuh wajahnya dengan tangan kotormu! Karena Aidan milikku, hanya aku yang bisa menyentuhnya. Bukan begitu sayang?" jangan kalian pikir itu adalah suara Bella, kerena biasanya kalau kejadian seperti ini Bella lah yang maju dan berakhir Aidan dan Alden saling menyindir satu sama lain. Hari ini berbeda, karena Angel yang melakukannya. Bahkan wanita itu mengecup bekas jejak tangan Putri pada pipi kiri Aidan. Yang membuat lelaki itu terdiam sambil memahan emosinya saat melihat pakaian Angel yang sangat mengundang siapa saja. "Hem." Aidan hanya menjawab singkat sambil menatap Bella dengan tatapan permusuhannya. Pasti bocah ini yang membuat Angel terlihat liar sekarang. Terkutuklah calon istri Alden ini! "Aku pikir aku akan mengotori tanganku lagi, Sweety." Alden muncul sambil memeluk Bella dari belakang dan jangan lupakan di ruangan panitia acara, Alden berani mencium Bella dengan sensual. Membuat kedua Kakak Bella membiarkan saja, toh marah atau pun tidak hasilnya akan sama saja. Lelaki bernama Alden sangat berjasa akan hidup ibu mereka saat ini. Lagi pula Bella menyukainya, tapi bocah itu gengsinya tinggi sekali seperti ayah mereka. "Cih, murahan sekali kamu, Bella! Mau di sentuh lelaki mana pun!" Alden menahan tubuh kekasihnya. Ia tahu Bella pasti mau menghajar wanita di depannya. Enak saja! Alden harus menghukumnya! "Kamu punya kacakan? Perkataan kamu tadi sangat cocok dengan kamu, b***h!" lepas mengatakan hal itu, Alden menarik Bella menuju ruangan pribadinya. Ruangan yang selalu dia jadikan tempat bersama dengan Bella. "Kenapa pada diam? Kerja! Ingat kita harus memperkenalkan sekolah ini pada murid baru, jangan sampai sampah seperti dia merusaknya." suara Aidan membuat semua orang bergegas kembali melakukan tugasnya, sedangkan Putri menatap mereka dengan penuh kebencian. "Lihat saja tunggu pembalasanku!" Aidan tidak peduli dengan perkataan wanita itu karena Angel membuatnya sangat sengsara saat ini. "Pakai, jaketku sampai acara selesai, atau kamu terima hukumannya!" Aidan melepaskan almamaternya demi menutupi aset yang harusnya hanya boleh dia lihat. "Gemes banget si sama kamu, Kak. Kalau sayang sama aku tuh bilang dong! Perempuan tuh butuh kepas--" Cupp... "Aidan sialan!!! Siapa yang menyuruh kamu mencuri ciuman pertamaku hah?!" ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD