Seperti kata sebagian orang yang menyebutku ‘kembang desa’ mungkin namaku cukup dikenal, apalagi dengan berbagai insiden yang membuntutiku beberapa waktu belakangan. Satu persatu teman-teman lamaku yang laki-laki muncul menghubungiku. Seperti bongkahan es di laut Antartika yang muncul ke permukaan laut yang sudah mencair. Entah dari mana mereka mengetahui nomor w******p ku tiba-tiba ada-ada saja yang menyapaku setiap harinya. Tak ada yang terlalu serius kutanggapi bahkan ada yang sama sekali tak kubaca pesannya, begini beberapa contohnya
+62852678289xx
Assalamualaikum Aisyah
Waalaikum sallam warahmatullah
Ini siapa?
Ini Rahmat temen SMP kamu dulu
Kamu inget?
Rahmat Hartono yang dulu pingsan kena bola basket?
Hehe
Iya
Kamu lagi apa?
Enggak lagi apa-apa
Kita jalan yuk ke alun-alun
Ada konser band ARMADA
Maaf aku gak bisa
Ah sombong nih
Bisa ya
Ya
Ya
Aisyah
Aisyah
Sayang
Sombong ih
Itu tadi Rahmat, temen SMP ku. Orangnya konyol tapi PD. Pernah buat heboh guru-guru karena pingsan saat bermain bola basket. Nah sekarang lain lagi, dia juga temanku semasa SD. Hebatnya dia sudah 2x menikah dan 2x cerai. Setiap menikah dia dikaruniai 1 orang anak, meski umurnya masih muda, anaknya sekarang sudah 2. Dulu dia putus sekolah karena MBA lalu bercerai 4 tahun kemudian, menikah lagi 6 bulan setelah putusan cerai yang pertama kemudian cerai lagi 2 tahun kemudian, ‘playboy kere’ orang-orang menyebutnya.
+62823463677xx
Hay Aisyah, Apa kabar?
Alhamdulillah baik
Ini siapa ya ?
Aku pangeran di pagi hari
Rembulan dikala malam
Aku Alex P
Oh, iya
Kenapa lex?
Kamu lagi apa?
Karena malas dengan obrolan basa-basi seperti itu aku tak mau membalasnya. Meski berulang-ulang si Alex menghubungiku baik pesan, telpon maupun video call. Karena merasa terganggu akhirnya aku memblok nomor Alex sang playboy desa.
Kalo yang satu ini lain ceritanya, ini adalah pesan w******p yang dititip mama, ceritanya waktu dipasar mama ketemu sama ibu kades, ibu kades bilang bahwa Billy memuji kecantikanku terus menerus dirumah. Ia juga sering membicarakanku didepan ibu dan bapak kades, dia bilang selain cantik aku juga soleha. Ibu kades lalu meminta nomer wa ku dari mama, mama langsung memberinya karena menurut ibu-ibu desa Billy itu seperti anak sulung pak SBY, ‘sempurna’. Mama memberiku ‘ultimatum’ untuk tidak sombong kepada Billy, untuk menjawab pesan w******p nya dan berteman dengannya. Eh, malamnya si Billy benar-benar mengirimiku pesan
+62823465666xx
Aisyah
Iya
Gimana tawaranku kemaren?
Mau?
Maaf Billy, aku tidak bisa
Loh kenapa?
Ini ya aku kirim ke kamu spot-spot foto
Yang bagus di Jogja, Bali,
Bandung dan Jakarta
Kamu pasti suka
Lalu dia mengirimiku banyak sekali foto-fotonya dengan teman-temannya. Foto lagi di depan candi Borobudur, foto di kafe dengan meja penuh bir, foto di Bali dengan dia Cuma mengenakan celana pendek dan beberapa teman bulenya pake bikini super seksi, foto di kawah Bandung dengan teman laki-lakinya yang rambutnya di cat-cat, juga foto di kota tua Jakarta dengan teman-teman wanitanya yang bajunya diatas pusat. Aku tak membalas satupun kata dari gambar-gambar yang ia kirim. Tertarik? Tentu saja tidak! Besoknya ia mengirimiku pesan lagi
+62823465666xx
Selamat pagi Aisyah
Kamu lagi apa?
Tak kunjung kujawab besok malamnya ia mengirimu pesan lagi
Kamu marah ya?
Iya maaf aku tak akan mengajakmu pergi keluar kota lagi
kamu lagi apa?
Kita makan yuk?
Atau mau aku anterin makanan?
Kamu pengen dibawain apa
Mendengar hp yang berbunyi runut dan kuintip ternyata pesan dari Billy aku diam saja, bahkan tidak aku read sedikitpun. Besok nalamnya ia mengirimiklu pesan lagi
+62823465666xx
Aisyah
Lagi apa?
Udah makan?
Hey
Hey
Woy
Woy jawab donk loe
Anji** loe ya
Wanita desa
Wanita udik
Kampungan
Emang loe pikir cewek cantik Cuma loe doang?
Banyak kali
Yang cantik dan murah juga banyak
Sok mahal lu!
Ta*
Merasa benci dan marah, aku ingin sekali membalas pesan yang dikirimkannya, tapi aku masih bersabar dan memilih memblokir saja nomernya . turun kebawah mencari mama. Kuperlihatkan semua pesan whatsaapp yang dikirimkan pangeran desa itu ke mama. Ia diam saja, lalu aku juga memberitahukan pesan itu ke papa bang Hen dan juga adikku. Kubuka semua aibnya didepan keluargaku agar mereka tau siapa Billy sebenarnya.
Sebenarnya selain yang 3 itu masih banyak laki-laki desa lain yang menghubungiku, sepertinya nomer hp ku sudah menyebar dari hulu sampai ke hilir desa kami. Rasanya ingin sekali aku mengganti nomer w******p ku Cuma aku khawatir teman-temanku dikota tidak dapat menghubungiku. Jadi satu-satunya solusi bagiku yaitu memblokir nomer-nomer yang aku rasa tidak penting