9. Cemburu Lagi

624 Words
King dan Nilam masuk ke rumah, mereka melintasi keluarga Sanjaya yang saat ini sedang berbincang, Nenek Lena paham situasinya karena melihat tatapan mata King barusan. Nenek Lena kembali mengajak Rudi dan Wanda berbincang, tak peduli dengan King dan Nilam. Nilam masuk ke kamarnya lalu berdiri di dekat teras kamarnya, dimana memperlihatkan taman yang indah yang dipenuhi dengan bunga-bunga. Nilam merasa tenang dan membaik jika dia di sini. Tak lama kemudian, suara ponselnya bergetar, Nilam meraih ponselnya dan melihat notifikasi uang masuk 6 juta. Dan dekskripsi notifikasi itu adalah gajinya di resto tempatnya bekerja. Ini lumayan banyak. Seharusnya gajinya hanya 3 juta. Lalu 3 jutanya? Nilam mendapatkan pesan dari owner resto, beliau meminta maaf kepada Nilam dan telah mengirimkan 3 juta untuk biaya kompensasi. Nilam bersyukur sekali, karena ada King, namun ia tidak mungkin terlalu berlebihan menganggap pertolongan King. Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka, Nilam menoleh dan melihat King tengah berjalan menghampirinya. King duduk di sofa dan berkata, “Nenek menyuruh saya menanyakan, apa kamu sudah minum vitamin?” “Heem? Vitamin? Sudah dari pagi. Nenek melihat saya meminumnya.” “Mungkin Nenek lupa,” kata King mengelus telinganya. “Saya mau mengucapkan terima kasih,” kata Nilam menunduk. “Tuan sudah membuat saya mendapatkan gaji saya dan biaya kompensasi.” “Saya juga—” “Saya tahu, Tuan melakukan ini demi anak yang saya kandung, tapi saya bersyukur karena saya telah mendapatkan hak saya. Saya minta maaf jika berlebihan tadi.” “Oh iya,” angguk King mengelus dagunya. “Jadi, kamu sudah puas?” “Sudah, Tuan. Terima kasih,” ucap Nilam lagi. Tiba-tiba saja, Nilam mual, ia pun segera ke kamar mandi, tak lama kemudian King datang dan mengelus punggungnya. Nilam merasa diperhatikan, merasa di sayang, walau ia orang ketiga, namun ia mendapatkan kasih sayang yang cukup di saat hamil. “Tuan, lebih baik Tuan keluar saja, nanti Mbak Eren datang dan melihat Tuan di sini,” kata Nilam. “Bagaimana mualnya? Masih?” “Sudah tidak,” jawab Nilam. King membantu Nilam ke ranjang, ia mendudukkan Nilam dan berkata, “Ini karena kamu kecapean, menjadi OG itu tidak mudah. Pasti lelah.” “Tapi saya ingin bekerja,” kata Nilam. “Kenapa kamu ingin bekerja? Berapa uang yang kamu butuhkan?” tanya King. “Sudah saya katakan kalau saya bekerja untuk membiayai pengobatan Ibu saya dan saya ingin bekerja mendapatkannya.” “Baiklah. Jika itu mau kamu, saya bisa mempekerjakan kamu di kantor.” “Kantor?” “Iya.” “Tapi saya hanya tamatan sekolah menengah.” “Tidak masalah. Bekerja di departemen marketing saja. Sesuai dengan sekolah menengah yang kamu pegang. Karena bekerja berat diluar itu hanya akan membuatmu lelah dan ingat kamu saat ini sedang hamil. Istirahat dan bekerja seadanya bisa membuatmu lebih refresh.” “Ini serius?” tanya Nilam. “Iya. Serius. Kenapa? Kamu tidak percaya?” “Saya mau. Saya mau bekerja.” “Ya sudah besok ke kantor saja.” Nilam tersenyum, usia kandungannya juga masih muda, jadi ia masih bisa beraktifitas. Daripada tinggal di rumah dan menjadi benalu keluarga Sanjaya. Sudah pasti akan sangat memalukan. Setidaknya ia punya kegiatan dan ia bisa melakukan apa saja. Terlebih lagi Ibu angkatnya bisa berobat sampai sembuh. Nilam duduk disamping suaminya, membuat King terkejut karena Nilam mulai blak-blakkan manja kepadanya. "Terima kasih, ya," ucap Nilam. "Kamu berterima kasih pada saya?" "Iya. Karena Tuan sudah mau melakukan ini untuk saya." Jantung King berubah menjadi labil, ia berusaha tenang. King lalu bangkit dari duduknya dan berkata, "Saya ke kamar Eren dulu." Tiba-tiba saja wajah Nilam berubah ekspresi karena menganggap King membahas istrinya ketika sedang senang. Ya Nilam tak seharusnya cemburu. "Kamu istirahat yang cukup. Jangan banyak pikiran." King lalu melangkah pergi meninggalkan Nilam yang sendirian di kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD