Reaksi pertama yang ku berikan pada Gilang setelah semua pertanyaan beruntunnya adalah, tertawa canggung, garing, atau apa pun sebutannya. Lantas dengan ekspresi wajah terpaksa-yang lebih mirip seperti orang yang sudah tidak bisa ke toilet selama seminggu-aku membalas sapaannya, "Ha ha, hai, Nyuk. Gue.. seperti yang lo liat. Lo sendiri apa kabar?" masih dengan tawa garing sambil menepuk-nepuk pundaknya sok akrab. Padahal aku sedang balas dendam dengan memukulnya cukup keras karena masih berani memanggilku dengan panggilan laknat itu. "Gila, tenaga lo masih kayak babon ya, Bel? Eh btw, lo belum jawab pertanyaan gue. Lo mau ke mana dan sama siapa?" Gilang menyingkirkan tanganku dari pundaknya dengan pertarungan tenaga di antara kami. Terlihat sekali bahwa pembicaraan dan cara kami berintera

