Bab 7 - Beda Kamar?

1588 Words
Setibanya di apartemen Jay, Asa langsung turun sementara Jay langsung bergegas masuk ke dalam lalu membuka garasi mobil yang berada tepat di sebelah kiri apartemennya. Ia pun memasuki mobilnya ke dalam garasi. Setelah Jay memasukkan mobilnya ke dalam garasi, ia pun melangkahkan kakinya ke ruang tamu dan mendapati Asa sedang duduk di sofa sembari mengucek matanya dan menguap sesekali. “Kamu sudah mengantuk?” tanya Jay yang terlihat berdiri tidak jauh dari posisi Asa saat ini. Asa pun melirik Jay dengan mata yang turun dan bibir yang sedikit mengerucut, ia pun berdiri lalu menghampiri Jay, “Iya Om, aku mengantuk. Aku harus tidur di mana?” “Tidur di kamar saya yang berada di lantai 2, kita tidur bersama.” Seketika mata Asa membulat dan langsung menatap Jay dengan tatapan tidak percaya, “Aku tidur sama Om? Satu kamar?” “Iya. Memangnya kenapa? Bukankah kita sudah sah menjadi pasangan suami istri dan kurasa itu hal yang wajar. Lagipula barang-barangmu sudah di sana. Ayo ke kamar,” tutur Jay lalu langsung berbalik dan melangkahkan kaki duluan meninggalkan Asa yang masih belum bergeming. Sekian detik kemudian, Asa pun tersadar dari lamunannya lalu segera mengejar Jay ke lantai 2. Saat tiba di lantai 2 terdapat ada dua kamar di atas sana, dan Asa melihat Jay sedang berdiri di depan pintu berwarna coklat tua lalu ia pun segera menghampirinya. Jay membuka pintu perlahan, ia pun masuk bersama Asa. Mata Asa tampak berkeliling menatap kamar tidur Jay yang begitu luas nan mewah. Kamarnya bernuansa hitam putih dengan dekorasi kekinian anak laki-laki. Ranjangnya berukuran king size dan dilengkapi dengan sprei biru tua. Di sebelahnya tampak ada meja nakas kecil di mana ada lampu tidur dan juga beberapa buku. Ada sebuah lemari pakaian besar yang terbuat dari kayu jati yang kokoh juga di sana, sebuah kamar mandi dan juga kursi pijat. Semuanya benar-benar sangat lengkap dan mewah di sini hingga membuat Asa membulatkan matanya dengan bibir yang terbuka, “Woahhh ... Kamar Om Bagus sekali. Dari dulu aku ingin sekali punya kamar yang luas dan mewah seperti ini.” “Dan sekarang kamu sudah mendapatkannya 'kan? Jadi, lebih baik kamu tidur sekarang.” Jay pun tampak membuka Jas yang masih membalut tubuhnya lalu menaruhnya ke dalam keranjang cucian yang berada di sebelah meja nakas. “Om, apakah kita harus tidur seranjang?” tanya Asa hingga membuat Jay yang sedang membuka kancing kemeja pertamanya langsung mengalihkan atensinya pada si penanya, “Apa maksudmu? Bukankah kamu sudah SMA, kamu seharusnya tahu jika pasangan suami istri itu biasa jika tidur seranjang. Apa kamu tidak mau?” “Eh, bu-bukan begitu Om, Maksudnya a-aku hanya belum terbiasa tidur dengan seseorang. Karena biasanya di rumah aku hanya tidur sendirian.” jawab Asa sedikit gugup sembari menunduk dan mengigit bibir bawahnya pelan, ia takut jika Jay marah karena mendengar alasannya. “Oh, di sebelah ada kamar. Tapi, kamarnya tidak selengkap di sini dan juga tidak ada kamar mandi. Jadi, bagaiamana?” “Hm, gak apa-apa Om, aku boleh tidur di kamar sebelah aja ngga Om? Maaf banget ya, aku masih belum terbiasa.” Jay tanpa berpikir sejenak sebelum akhirnya mengiyakan permintaan Asa, ia mengangguk pelan lalu kakinya pun melangkah untuk mengambil sesuatu di laci meja nakas. “Ini, kunci kamar sebelah dan jangan lupa bawa kopermu,” ujar Jay seraya menyerahkan sebuah kunci kamar kepada Asa dan juga mengisyaratkan untuk membawa koper berwarna pink dengan motif es krim full print yang berada di dekat lemari dengan lirikan matanya. “Oh, iya Om. Makasih ya Om,” Asa pun pergi mengambil kopernya seraya mengengam kunci tersebut. “Aku keluar ya Om, selamat malam.” “Hm,” Asa pun keluar dari kamar Jay lalu menutupnya pelan, sementara Jay tampak memandang pintu yang ditutup itu dengan tatapan tanpa ekspresi. Hingga akhirnya ia pun memilih untuk mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuhnya. Asa pun melangkahkan kakinya ke kamar yang tepat berada di sebelah kamar Jay, warna pintunya terlihat sama, apakah isi di dalamnya akan sama seperti kamar Jay juga. Setelah membuka kunci kamar, ia pun membuka perlahan kamar tersebut. Bibirnya sontak terbuka dengan mulut yang ternganga. Bagaimana tidak, kamar ini hampir terlihat sama dengan kamar Jay. Bedanya hanya di ranjangnya berukuran single size, hanya ada satu lemari plastik dan kamarnya juga tidak ada kamar mandi. “Tapi, ini udah lebih dari cukup kok. Hm... Maaf ya Om, aku ngga belum bisa tidur denganmu, aku belum terbiasa tidur dengan orang lain, apalagi dengan Om-om.” gumam Asa dan tanpa sadar ia memajukan bibir bagian bawahnya. Ia pun akhirnya memilih untuk mengganti pakaiannya sekaligus menata pakaiannya ke lemari. *** Keesokan paginya, Asa tampak turun dari lantai 2 dengan tergesa-gesa, ia tampak telah rapi dengan setelan seragam sekolahnya, rambutnya hari ini tampak di ikat dua dengan ikat rambut lucu. Saat tiba di bawah tepatnya di ruang tamu, ia mendapati Jay sedang duduk bersantai sembari menyeruput kopi panasnya. Jay juga tampak telah rapi dengan setelan jas kerjanya yang bernuansa hitam putih. “Om! Om! Om, udah mau berangkat kerja ya?” Asa terlihat bertanya pada Jay dengan terburu-buru. “Iya, sebentar lagi saya akan berangkat.” “Om, sebelum berangkat kerja, antarin aku ke sekolah dulu ya,” pinta Asa yang kini sedang memakai sepatu sekolahnya. “Ngga bisa, saya sibuk. Kamu naik sepeda aja,” ujar Jay dan dengan santainya sembari mencomot sandwich yang telah dibuatnya sebelumnya lalu mengunyahnya tanpa melirik ke arah Asa. “Tapi, sepeda aku 'kan belum dibawa ke sini Om,” “Sudah ada di sini, lihat aja di depan.” Asa pun terdiam ketika mendengar penuturan dari Jay, seingatnya ia dan suaminya itu belum menjemput sepedanya dari rumah orangtuanya dan sekian detik kemudian, ia pun bangkit dari posisinya lalu pergi keluar untuk memeriksa kebenaran yang dikatakan Jay barusan. Saat Asa membuka pintu, sudut bibirnya pun terangkat membentuk senyuman lebar, “Aaaaaa ... Sepeda kesayanganku~” Ia bahkan tampak memeluk sepedanya dan sesekali menciumnya. Ia terlihat begitu bahagia ketika mendapati sepeda pink-putih kesayangannya itu telah terparkir di depan apartemen. “Bisa 'kan kamu berangkat sendiri? Saya harus ke perusahaan sekarang.” celetuk Jay yang terlihat berdiri di ambang pintu sembari memandang ke arah Asa yang masih asik memeluk sepedanya. “Bisa Om! Eh, tapi Om, kok sepedaku udah ada di sini aja?” tanya Asa lalu berjalan mendekati Jay. “Saya suruh orang suruhan saya untuk membawanya ke sini.” “Oh, orang suruhan itu kayak mata-mata ya Om? Atau bodyguard, asisten?” Asa mencoba menerka-nerka yang di maksud dengan orang suruhan seperti kata Jay tadi. “Asisten pribadi saya,” Asa pun mengangguk-anggukan kepalanya dengan bibir yang membentuk huruf O. “Ya udah, kamu berangkat sekarang sana, nanti telat lagi.” lanjut Jay dengan nada suara memerintah. Asa tidak menjawab dan malah menadahkan sebelah tangannya ke arah Jay, itupun membuat Jay mengernyitkan dahinya, “Apa?” “Minta duit jajan dong Om,” jawab Asa disertai dengan cengiran lebar dan mata yang berkedip-kedip menatap suaminya. Jay pun merapatkan bibirnya lalu mengambil dompet yang berada di saku celananya. Ia pun memberikan uang 10 ribu ke tangan Asa. “Loh, kok cuma 10 ribu sih Om? Ini mah cuma bisa beli makanan doang, untuk beli minumannya mana?” protes Asa lalu kembali menadahkan tangannya. Jay pun menghela napas berat lalu kembali membuka dompetnya, dan ia pun kembali menambahkan uang 10 ribu pada Asa. “Sudah, jangan minta lagi. Bocah dilarang jajan banyak-banyak.” “Oke, siap Om!” Asa pun menyimpan uang jajannya di saku roknya lalu setelah itu ia kembali menadahkan sebelah tangannya pada Jay. “Apa lagi?” “Salam Om, aku mau berangkat sekolah nih,” Jay pun memberikan sebelah tangannya pada Asa dan kemudian Asa pun mencium tangan suaminya itu, “Aku pergi Om, bye byee ....” Setelah berpamitan, Asa pun bergegas menaiki sepedanya lalu mengayuhnya dengan semangat menuju sekolahnya. 'Dia itu sebenarnya istriku atau anakku suh,' batin Jay seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Asa. Ia pun kembali ke dalam untuk mengambil tas kerja dan juga kunci mobilnya dan setelah itu ia pun mengemudikan mobilnya menuju perusahaan milik Papanya. Setibanya di sekolahnya, seperti baisa Asa langsung memarkirkan sepedanya di area parkir roda dua. Setelah itu ia pun melangkahkan kakinya dengan ceria seperti biasanya menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Ia memasuki kelasnya yang terlihat telah ramai dengan teman-temannya yang sudah datang. Ia pun mengambil duduk di kursinya dan terlihat di sana teman sebangkunya, Yenny tidak ada di sana, namun tasnya ada di sana. ‘Ke mana Yenny?’ batin Asa seraya celingak-celinguk mencari Yenny di ruang kelasnya. Selang beberapa menit kemudian, Yenny masuk ke kelas dengan permen tangkai rasa coklat di tangannya, ia tampak berjalan ke arah kursinya. “Pagi Asaa ....” sapanya dengan keras lalu duduk di kursinya. “Pagi Yenny ... Dari mana aja lo?” tanya Asa. “Habis beli permen di kantin. Lo mau ngga?” ujar Yenny seraya menunjukkan permen yang sedang diemutnya ke hadapan wajah Asa. “Yeuu ... Jangan bekas lo juga dong. Gue mau yang baru.” “Siapa juga yang mau ngasih lo yang bekas!” Yenny pun tampak mengeluarkan semua permen tangkai yang berada di dalam saku cardigannya. Terlihat ada 6 buah permen tangkai dengan berbagai macam rasa. Sontak mata Asa terlihat berbinar-binar, ia memang penggemar cemilan manis semacam itu. “Gue mau yang stroberi sama coklat ya, ya yaa ....” “Iya, ambil deh Sa. Gue lagi mode baik nih, hehehe ....” “Asikk! Thanks ya Yen,” Asa pun mencomot dua permen yang berada di atas meja. “Oke. Oh, iya Sa. Lo kemarin kok ngga bisa dihubungi ya? lo ada acara ya? ‘kan biasanya kalau lo ngga bisa dihubungi itu karena ada acara.” tutur Yenny hingga membuat Asa sontak mengalihkan atensinya ke orang yang baru saja bertanya. Asa terlihat bingung untuk menjawabnya, Pasalnya ia tidak pernah menceritakan tentang Jay dan juga perjodohannya kepada teman satunya itu, bahkan penghuni sekolahnya pun tidak ada yang tahu bila ia sudah menikah. Ia tidak mau orang-orang di sekolah tahu jika dia sudah menikah di usia muda seperti ini. “Hm ....” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD