Bab 6 - Hari Pernikahan

1381 Words
2 bulan kemudian, hari pernikahan Jay dan Asa pun akhirnya tiba. Pernikahan mereka akan dilaksanakan hari ini di sebuah hotel berbintang di daerah Jakarta. Mereka akan melakukan ijab qobul dan juga resepsi di sana. Acara diadakan di ballroom lantai 6 pada hotel tersebut. Dalam ruang tersebut telah ramai oleh para tamu undangan dan juga seluruh keluarga dari kedua belah pihak. Di depan para tamu tampak kedua mempelai dengan outfit pengantin yang bernuansa hitam putih sedang duduk bersebelahan di hadapan seorang penghulu. Orangtua mereka juga tampak berada di sisi mereka. Mereka bersiap untuk melakukan ijab qobul. Lily, Mama Jay pun memasangkan selendang putih di atas kepala kedua mempelai. Jay dan Asa tampak bertatapan, Asa tampak mencoba menunjukkan senyum tipisnya walaupun sebenarnya di dalam hatinya ia merasa sangat gugup dan tidak jauh berbeda dengan Jay yang tampak sama sekali tidak menunjukkan senyumnya, ia hanya menghela napas pelan sembari menatap ke arah semua tamu yang telah hadir di depannya dengan tatapan tanpa ekspresi. Mereka berdua tampak gugup karena sebentar lagi mereka akan melepaskan masa lajang mereka dan akan memulai kehidupan baru bersama. “Baiklah, apakah ananda Jay sudah siap?” tanya sang penghulu sebelum memulai melakukan ijab Qabul “Siap pak,” jawab Jay mantap. Pak penghulu pun mengulurkan tangannya ke hadapan Jay. “Baik, silakan jabat tangan saya,” Jay pun menurutinya lalu menyambut tangan penghulu dengan semangat. “Ananda Jay Fernando bin Reno Fernando, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Yassa Prisicillia binti Samsul Hadi dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dibayar tunai.” tutur penghulu tersebut. “Saya terima nikah dan kawinnya Yassa Prisicillia binti Samsul Hadi dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar tunai.” tutur Jay dengan sekali tarikan napas hingga membuat Asa sejenak mengalihkan pandangannya pada pria di sebelahnya yang sangat lancar mengucapkan ijab Qabul-nya walaupun masih dengan tampang tanpa ekspresi. Ia masih tidak percaya saja bila Jay bisa melakukan itu dengan sekali tarikan napas saja. “Bagaimana para saksi? sah?” tanya pak penghulu pada beberapa saksi yang hadir. “Sah!” seru semua saksi dan mereka pun akhirnya mengucapkan, “Alhamdullilah!” Mereka pun memanjatkan doa kepada Allah SWT atas kelancaran acara pernikahan hari ini. Setelah itu kedua mempelai pun dipersilakan untuk mencium pasangannya. Perlahan Jay tampak mengahadap ke arah Asa yang terlihat sudah menatap ke arahnya. Jay tampak menatap wajah sejenak dengan tatapan ekspresi namun matanya saja yang bergerak memperhatikan wajah di hadapannya hingga akhirnya ia sedikit berdiri dan melayangkan kecupan singkat di dahi Asa. Asa mengedipkan matanya berkali-kali, masih tidak percaya dengan yang dialaminya sekarang dan setelah itu Asa pun mencium tangan Jay yang kini menjadi suami sahnya dan itupun menandakan bila kini mereka telah sah menjadi sepasang suami istri. Semua orang berseru dan memberikan tepuk tangan yang meriah melihat suasana yang indah dan sakral yang mereka saksikan, para tamu tampak ikut turut bahagia melihat Jay dan Asa melepas masa lajang mereka, tapi tidak untuk seorang wanita yang duduk di kursi tamu bagian tengah. Sedari tadi ia terus menatap pemandangan di depannya dengan tatapan tidak suka dan tangan yang bersedekap, ia memandang tepat ke arah Asa dan sekian detik kemudian smirk muncul di bibirnya. ‘Aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia Asa, kau harus menebus kesalahan Papamu di masa lalu.’ Setelah ijab qobul usai, resepsi pernikahan pun dimulai, para tamu diperbolehkan untuk memberikan selamat ataupun berfoto bersama dengan kedua mempelai. Namun, tetap harus dalam antrian yang teratur. Jay dan Asa tampak sedang duduk berdua di pelaminan, sedari tadi Jay hanya diam dan matanya terus fokus ke depan memperhatikan para tamu, “Om!” panggil Asa seraya menyenggol lengan Jay hingga membuat Jay mengalihkan pandangannya pada sang pelaku. “Apa?” “Nyanyi bareng yuk, kita nyumbang lagu juga.” ajak Asa “Saya ngga mau, kamu saja sana.” Jay kembali mengalihkan pandangannya ke depan. “Ayolah Om, nyanyi satu lagu aja.” “Saya ngga ada hapal lirik lagu apapun.” Asa tampak menyatukan alisnya dengan bibir bawah yang dimajukan ketika mendengar penuturan dari Jay barusan. “Ah, masa iya Om, satupun lagu ngga ada yang hapal? Kalau ngga kita lihat lirik lagu di hp aja. Ayolah, pleasee ....” tutur Asa sembari menarik-narik lengan jas hitam yang Jay kenakan. “Saya bilang saya ngga mau bocah! lepasin tangan kamu dari Jas saya,” Jay berusaha untuk melepaskan tangan Asa yang bertengger di lengan Jas-nya. Mereka pun terlibat adegan tarik menarik, hingga. “Baiklah, untuk kali ini saya akan mengundang kedua mempelai untuk menyanyikan lagu favoritnya!” Seru seorang pembawa acara dengan tiba-tiba hingga sontak membuat dua orang yang sibuk tarik menarik itu mendonggakkan kepalanya. Asa tampak menyunggingkan senyum bahagianya sedangkan Jay tampak menunjukan wajah kesalnya. “Asik, akhirnya diwakilkan juga. Ayo Om!” Asa langsung berdiri lebih dulu dan disusul langsung dengan Jay yang terlihat memutar bola matanya malas seraya mengatupkan bibirnya rapat. Jay dan Asa pun melangkahkan kakinya beberapa langkah ke depan. Mereka pun tampak mengeluarkan ponselnya untuk melihat lirik lagu. “Mau nyanyi lagu apa?” tanya Jay. “Lagu payung teduh yang judulnya akad aja Om, cari aja liriknya di google ada tuh.” jawab Asa yang tampak fokus menatap layar ponselnya. Jay pun akhirnya mencari lirik lagu akad, payung teduh di google. Sang pembawa acara pun memberikan mic satu persatu kepada Jay dan Asa lalu alunan musik dari lagu akad dari payung teduh pun terdengar setelah Asa memberitahukan pada pihak pengatur musik terlebih dahulu. Mereka pun perlahan mulai menyanyikan lagu tersebut dengan dimulai dari Asa yang menyanyikan bagian pertama. Betapa bahagianya hatiku saat ~ Ku duduk berdua denganmu~ Berjalan bersamamu~ Menarilah denganku~ Asa menyanyi dengan suara lembutnya dan sesekali melirik ke arah Jay yang juga terlihat meliriknya. Hingga pada bagian chorus, Jay pun mulai mengeluarkan suaranya. Bila nanti saatnya telah tiba~ Kuingin kau menjadi istriku~ Berjalan bersamamu dalam teriknya hujan~ Berlarian ke sana kemari dan tertawa~ Jay tampak menyanyi dengan matanya yang terus fokus ke layar ponselnya. Ia benar-benar tidak tahu lirik lagu ini, sehingga membuatnya terus melihat lirik di ponselnya. Sementara itu Asa tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika mendengar suara merdu Jay yang mengalun lembut masuk hingga ke hatinya. Setelah satu lagu selesai, tepuk tangan meriah pun terdengar keras hingga ke seluruh ruangan. Jay dan Asa pun kembali duduk di kursi pelaminan. Jam pun terus berganti, para tamu undangan satu persatu pamit meninggalkan acara setelah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai dan juga berfoto bersama. Hingga tak terasa sore pun tiba dan acara pun usai. Kini hanya tinggal kedua mempelai dan juga keluarga dekat dari kedua mempelai yang masih berada di sana. “Asa, karena acara pernikahan sudah usai. Jadi, bagaiamana apa kamu bisa langsung tinggal di apartemen Jay?” tanya Lily. “Hmm ....” Asa ragu untuk menjawabnya, sedari tadi bola matanya tampak melirik ke arah orangtuanya, seolah-olah meminta bantuan mereka untuk menjawabnya. “Hm, Asa bisa langsung tinggal dengan Jay kok malam ini. Lagipula bukankah barang-barang Asa juga sudah dipindahkan 'kan sebelumnya?” Wati pun mengambil alih untuk menjawab. “Terus, sekolahku gimana besok Ma?” tanya Asa yang sempat-sempatnya masih terpikir dengan sekolahnya. “Iya, tapi sebaiknya kamu langsung tinggal dengan Jay, Asa. Kalau soal sekolah kamu 'kan bisa berangkat dari apartemen Jay. Kalau perlu Jay yang langsung ngantar kamu.” jawab Lily kali ini. “Oh, iya Tante.” “Eh, kok masih panggil Tante sih? Panggil Mama dong, ini 'kan mama mertuamu sekarang Asa,” “Oh, iya Tan—eh Maama.” ucap Asa sedikit gelagapan, sepertinya ia belum terbiasa. “Ya udah, karena hari juga semakin malam. Bagaimana kalau kita langsung pulang sekarang?” usul Reno. “Kalian berdua hati-hati ya, pulang dengan hati-hati dan langsung istirahat.” Sam memberikan nasihat kepada anak dan menantunya sebelum pulang. “Iya Pa,” jawab Asa dan Jay tampak hanya mengangguk sembari menunjukkan senyum tipis. “Iya ingat itu pesan Pak Sam langsung istirahat. Kalau soal malam pertama itu bisa ditunda, tidak usah dipikirkan.” tutur Reno jahil hingga membuat semua orang yang tersisa di sana kecuali kedua mempelai menahan senyumnya sembari melirik Jay dan Asa. “Apaan sih Pa,” ujar Jay menahan malu. “Ya udah, lebih baik sekarang kita pulang.” ujar Reno kembali. Mereka pun akhirnya meninggalkan lokasi acara dengan mobil masing-masing. Asa pulang ke apartemen Jay bersama Jay dengan mobilnya. Di perjalanan, Jay dan Asa terlihat sama-sama sibuk sendiri. Jay terlihat fokus memperhatikan jalanan sedangkan Asa tampak sibuk dengan ponselnya. Sesekali Jay tampak melirik Asa yang terus merubah raut wajahnya ketika menatap layar ponselnya, ia terlihat mengerucutkan bibirnya dan sekian detik kemudian ia mempoutkan bibirnya lalu menautkan alisnya hingga membuat Jay hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah gadis belia yang kini sah menjadi istrinya itu. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD