Ariana Karessa, wanita berumur 23 tahun memiliki semangat berlebih dan itu membuatnya selalu ceroboh.
Sebagian orang menganggap Ariana pembawa sial untuk siapa pun. Karena itulah ia hanya memiliki satu teman sejak kecil yang sedang mengejar S2 di luar negeri. Yang lainnya sekadar 'say hi', termasuk dua kekasih yang bertahan hanya selama seminggu terjalin.
Sebuah keberuntungan bagai sebuah keajaiban yang jarang terjadi pada Ariana, ia bisa bekerja di sebuah perusahaan jasa design grafis yang bernama Landor cabang Jakarta.
Salah satu perusahaan terbesar di dunia yang telah mendesign logo bahkan kemasan-kemasan produk di dunia. Ariana sangat senang ketika mendapat kabar bahwa ia diterima walau pekerjaannya sangat-sangat melelahkan, tapi tidak mengurangi semangatnya sama sekali.
Seusai mandi dan berpakaian setelan rapi, Ariana mengikat rambutnya kuncir kuda dengan rapi. Tahap terakhir ia memoles lipstik berwarna pink nude di bibirnya dan... done, Ariana sudah siap berangkat ke kantor. Sebelum keluar kamar, Ariana meraih tas kerja pemberian seorang pria beberapa hari yang lalu.
Ariana tersenyum malu mengingat rekan kerjanya-Tian, memberikan tas ini entah alasan apa. Tanpa repot-repot berpikir negatif, ia menerima dengan senang hati dan sepertinya Tian ingin mendekatinya. Rasanya sudah hampir satu tahun Ariana tidak merasakan seperti ini, dalam masa pendekatan.
Tidak sia-sia ia mencoba merubah penampilan dan belajar memoles wajah dengan sedikit makeup sejak mulai bekerja. Ariana akan menikmati masa pendekatan ini. Karena hanya Tian yang berani mendekatinya setelah tiga bulan bekerja di Landor, dan besyukur memiliki satu teman dekat di kantor-atau nanti mereka akan menjadi sepasang kekasih? Oh astaga, membayangkannya saja membuat pipi Ariana merona.
Saat melangkah keluar kamar, tak biasanya rumahnya sepi. Ayah dan adiknya tidak terlihat bangun pagi untuk beraktifitas. Mereka bertiga terbiasa bangun dengan alarm masing-masing. Tanpa curiga sedikitpun Ariana berjalan keluar rumah setelah mengambil kunci mobil sang ayah.
Bukan mobil mewah, hanya mobil berukuran kecil khusus keluarga yang bisa menampung ayah serta adik laki-lakinya-Lucas. Jika kalian bertanya di mana ibunya, telah meninggal dunia lima tahun yang lalu akibat penyakit gagal ginjal diderita sejak lama.
Selama 45 menit di perjalanan di tengah kota, Ariana bersenandung menggambarkan perasaannya yang berbunga-bunga, menanti berpapasan dengan Tian nanti. Rasanya sangat menakjubkan menemukan rekan kerja pria tampan mendekatimu dan di tempat kerja impian. Ariana seperti menaiki masa puber kembali walau usianya sudah melewati itu. Bagai taman bunga disuguhi sinar matahari pagi yang menyegarkan.
Sepertinya masa dewasa menjadi favorit Ariana, lebih mangasyikan dan berbanding jauh dari masa sekolahnya. Menjadi bahan bully bukan impian semua anak sekolah, hanya dirinya dipandang aneh karena selalu ceroboh.
Sesampai di area parkir kantornya, Ariana keluar dari mobil. Satu alisnya terangkat bingung merasa ada yang janggal melihat sekelilingnya hanya ada beberapa mobil yang terparkir, tidak penuh seperti biasanya.
Ariana berjalan memasuki gedung kantor tempat ia bekerja yang menjulang tinggi sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan hampir ke angka 9 pagi. Sesampai di lobi utama hanya ada petugas kebersihan membersihkan meja resepsionis yang kosong.
Masih bingung dengan apa yang terjadi, ia bertemu dengan Tian terlihat bergegas keluar dari lift. Jantung Ariana mulai berdetak tak karuan. Seketika ia merapikan anak rambut ke belakang telinga saat pria itu mulai mendekat padanya.
"Ariana, kenapa kamu ke kantor?"
"Bukannya kerja 'kan?" Alis Ariana kembali berkerut bingung. "Ini weekday, kenapa terlihat sepi? Apa ada rapat seluruh karyawan atau semacamnya?"
"Kamu nggak lihat kalender? Hari ini tanggal merah, Sayang."
Akhir kata Tian sungguh tidak baik untuk jantung Ariana. Tapi yang lebih mengejutkan lagi-hari ini tanggal merah? Ariana mematung karena malu terutama di depan Tian yang kini menatapnya geli. Kenapa ia tidak mengetahui ini?! Rasanya Ariana ingin mengubur diri sekarang juga! Ia berharap Tian tidak ilfeel padanya karena hal ini.
Apa lo bisa gak bodoh sehari aja, Ari?!
"Oh iya, bulan depan beberapa karyawan ditugaskan ke Prancis karena ada rapat antar negara, dan aku termasuk ikut ke sana. Apa kamu salah satunya?"
"Kayaknya nggak. Emangnya kenapa, Tian?"
"Yah, sayang banget. Hmm... gimana kamu ikut? Biar ada teman jalan-jalan di sana. Kalo aku sendirian keliatan ngenes banget akunya." Tian meringis mengasihani diri sendiri.
Ajakan Tian membuat Ariana mendongak menatapnya terkejut. "K-kamu m-mengajak aku?" batinnya merutukki diri sendiri karena terdengar gagap. Ariana yakin dirinya terlihat semakin aneh di depan Tian.
Namun, ia tidak menyangka akan mendapatkan respon langsung diangguki oleh Tian dengan senyuman yang hangat. Biasanya Ariana akan mendapatkan respon tidak mengenakkan karena kekikukkannya.
"Tapi, kamu harus pakai uang sendiri dulu. Nanti pas kita kembali ke Jakarta, uang kamu pasti diganti oleh pihak kantor."
"Beneran? Aku mau! Kayaknya tabungan aku cukup. Pasti di kembalikan oleh kantor 'kan?"
Seolah mendapat pencerahan, Tian bersemangat mendengarnya. "Tentu! Kalau boleh tau, berapa tabungan kamu? Boleh aku pinjam buat pergi ke sana juga? Bulan ini pengeluaranku banyak karena mobilku di bengkel. Kita harus memesan tiket dari sekarang. Dan tiketku juga pasti diganti oleh pihak kantor."
"Kapan kita berangkatnya? Aku balum punya passpor, padahal manager sudah memperingatkan aku untuk membuatnya bulan kemarin." Tiba-tiba Ariana menjadi bersemangat membayangkan kencan sebentar di sela waktu luang jam kerja di negara romantis bersama Tian.
"Dua hari sebelum rapat, kita masih ada waktu mengurus visa dan passpor kamu dulu."
Mata Ariana melotot. "Apa masih sempat?"
"Masih,dan aku akan menemanimu mengurus semuanya." Tian tersenyum sangat manismembuat Ariana meleleh.