"Sayang, aku memang tampan, tapi kau tidak perlu menatapku seperti itu," ucap Geo tanpa menoleh. Ariana mulai salah tingkah karena tertangkap basah. "Sekarang kita keluar, Miss. Kau dan aku harus ganti baju yang lebih santai. Setelah ini kita akan berkencan sesuka hati. Waktu kita tinggal 22 jam lagi." Geo membuka pintu mobil samping kemudi lalu mengulurkan tangan seperti sebelumnya.
Apa pria Eropa memang bersikap manis seperti ini pada wanita? batin Ariana.
Tak lupa Geo menggandeng tangan Ariana memasuki sebuah butik besar. Saat pintu kaca terbuka, Ariana langsung terpukau dengan interiornya. Design modern yang terkesan elegan, karena lampu besar menggantung di tengah berbentuk persegi yang menjuntai ke bawah, terlihat sangat cantik.
Pemiliknya pasti wanita, pikir Ariana. Pandangannya beralih melihat sekeliling, banyak baju-baju menggantung maupun yang terpasang di patung. Dari sekian banyak baju di sini, ia yakin tidak ada harga ratusan ribu melainkan jutaan jika dirupiahkan.
Seketika Ariana sadar beberapa saat lalu Geo mengatakan mereka akan ganti baju. Ia mengeratkan pegangannya pada tangan mereka yang tertaut mengisyaratkan untuk berhenti. "Kau akan membelikan aku baju di butik ini?"
"Kita tidak membelinya, tapi mengambil beberapa yang cocok karena tempat ini milik ibuku. Jadi kau bisa mencari baju yang kau inginkan—tidak-tidak, aku akan menyuruh seseorang untuk memilihkan baju untukmu." Geo melihat penampilan Ariana dari kepala hingga kaki. "Duduklah di sini sebentar atau kau bisa melihat-lihat. Jika sofanya kurang nyaman, tolong dimaklumi karena belum diganti dari dua tahun lalu. Aku akan ke atas sebentar."
Belum sempat mengatakan sesuatu, Geo sudah meninggalkan Ariana sendirian setelah memanggil seorang pria berkepribadian wanita untuk menemaninya mencari pakaian, lalu memandang punggung Geo menghilang menaiki tangga.
Langkah Geo langsung menuju ruangan Alisa, mengecek keberadaan ibunya. Sebelum membuka knop pintu, ada yang memanggilnya membuat tangan Geo terhenti sejenak.
"Geo, tumben kau kemari?" sapa wanita berambut panjang sepunggung itu beranjak dari meja kerjanya. Wanita bernama Yeri ini begitu semangat mendekati Geo karena ada sesuatu yang ingin ditanyakan.
Yeri adalah sepupu Geo dari Korea Selatan, anak terakhir dari kakak kandung Alisa yang kini menetap di Prancis dari tahun lalu. Kecintaannya dengan dunia fashion membuat Yeri memilih memperdalam pengetahuannya dengan mengambil sekolah fashion dan bergabung untuk bekerja sama di butik Alisa. Butik yang sudah berdiri enam tahun dirintis oleh Alisa sendiri dari hanya memiliki satu penjahit, kini sudah ada 170 pekerja untuk butiknya.
"Mama tidak ada 'kan?" tanya Geo pada Yeri yang sudah berdiri di sampingnya sambil membuka knop pintu.
"Kau berharap aku tidak ada di butikku sendiri?" Alisa melepas kacamata menghampiri putra laknatnya yang sudah meninggalkannya sendirian di toko mabel.
"Hai, Ma! Aku hanya bertanya pada Yeri. Kupikir Mama belum datang karena sofa di bawah belum diganti." Geo memeluknya lalu mengecup pipi Alisa.
Dengan cepat Alisa mengusap pipinya yang tertinggal air liur bekas kecupan Geo. "Aish! Kau selalu ada maunya jika berdekatan dengan Mama! Sofanya sedang diperjalanan kemari." Mata Alisa menyipit curiga, "kau terlihat senang. Tidak seperti biasanya bertemu dengan wanita itu kau selalu kesal karena mendengar cerita mengenai kekasihnya."
Okay, sepertinya sudah cukup jelas dari mana Geo mendapatkan sifat menyebalkan. Ia merubah ekspresinya dengan jengah, "Rena, Ma. Namanya Re-na, Mama selalu menyebutnya dengan wanita itu."
"Terserah siapa pun yang kau sebut, aku tidak peduli. Sekarang katakan, untuk apa kau kemari? Setelah kau meninggalkanku di toko mabel demi wanita itu, lalu sekarang ke sini untuk meminta sesuatu padaku karena dia juga?" Alisa siap menyemprotkan omelannya yang hampir meledak, jika putranya mengatakan "iya" atau berusaha membujuknya, tetapi Geo kembali tersenyum seperti orang bodoh membuatnya bingung.
Alisa dan Geo selalu berdebat jika permasalahan mereka berkaitan dengan Rena. Alisa tidak menyukai Rena sejak mengetahui motif wanita itu sangat pintar memanfaatkan putranya. Dari sekian banyak wanita pernah dekat dengan Geo, hanya Rena yang selalu diungkit sebagai alasan apa pun. Seperti meninggalkan Alisa tadi siang sudah sering terjadi, dan paling membuatnya geram putranya pergi dari acara-acara penting atau hari peringatan keluarga hanya demi memenuhi keinginan Rena yang membutuhkan Geo untuk mendengarkan keluh kesah.
Suaminya Gio selalu menenangkan Alisa dengan mengatakan kalau putra mereka hanya belum menemukan sesuatu yang terpenting dalam hidupnya. Terlena dengan hidup nyaman karena belum pernah memperjuangan sesuatu yang membuatnya merasa putus asa. Dan Rena bukanlah jawaban dari perkataan suaminya, pikir Alisa. Dari sudut pandang seorang ibu yang peka, ia tahu Geo hanya fokus pada Rena karena mereka sudah lama berteman.
Tahu tak akan ada ujungnya dan mempersingkat waktu, Geo memilih mengganti topik menghindari pertikaian hari ini. Karena saat ini ia sedang memiliki kekasih sampai 22 jam mendatang, dan berusaha untuk tidak mengacaukannya. "Aku hanya ingin mengambil beberapa baju untukku dan kekasih baruku, Ma."
Perasaan kesal masih bersemanyam di d**a Alisa karena ocehannya tertahan di tenggorokan. "Ambil yang sudah digantung saja! Jangan yang belum disteamer—apa... kekasih baru?"
Geo mengangguk dengan senyum lebar, Alisa menyadari perkataannya. Pencapaian yang luar biasa untuk dirinya sendiri walau Karessa wanita yang aneh, kekasih satu harinya itu patut untuk dibanggakan. Terutama pada Alisa, ia penasaran bagaimana reaksinya. Yang Geo tahu hanya wajah dingin tak tersentuh ditunjukkan Alisa saat bertemu dengan Rena.
"Ya! Bukannya kau kemarin berkencan dengan Stella?" Ternyata Sepupunya Yeri ikut masuk ke ruangan ini dan mendengarkan pembicaraannya.
"Siapa yang menyuruh kaumasuk dan menguping? Aku dan Stella tidak pernah berkencan. Aku hanya pernah mengajaknya makan siang karena aku tahu dia teman yang pernah kau ajak kemari." Geo menatap Yeri curiga, "atau kau membuntutiku untuk menanyakan tentang Sello? Kalaupun aku benar, aku tidak akan menjawabnya karena aku Geo Albert Roussel, bukan Sello Knight!" Geo mengibaskan tangannya ke udara untuk mengusir Yeri.
Diantara malu dan kesal karena tebakan Geo tepat sasaran, Yeri keluar dari ruangan dengan bantingan pintu.
"Tumben sekali kau mengenalkan kekasihmu padaku. Apa ini kekasih pertamamu? Kekasih baru, itu artinya dia bukan wanita itu, bukan? Jika benar dia, aku lebih baik melanjutkan pekerjaan daripada membuang-buang waktu."
"Tenang saja, aku tidak memaksa Mama untuk menemui Karessa. Aku hanya ingin memberitahu kalau aku memiliki kekasih baru dan akan berkencan dengannya seharian penuh. Jadi Mama jangan mencariku. Oh iya, aku pinjam mobil Mama untuk berkencan karena bemper depan mobilku rusak, tidak sengaja menabrak mobil orang saat di lampu merah."
"Oh astaga, lagi-lagi kau membuat darahku naik! Apa kau tidak bisa mengemudi dengan benar?! Apa ada bagian tubuhmu yang sakit?"
Omelan dilapisi dengan kekhawatiran, Geo tersenyum lalu kembali mengecup pipi Alisa. "Tidak ada yang lecet, Ma. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Geo mengambil celana jin selutut lalu memakainya di ruang ganti. Setelah berpakaian, ia berjalan ke bawah menghampiri Ariana dan ternyata Alisa menunggunya. Geo tau ibunya akan membuntuti karena penasaran. Sesampai di bawah ia menghampiri Nik yang sedang merapikan tata-an rambut Ariana.
"Sudah?" tanya Geo pada Nik.
"Oui, Boss! Lihatlah, dia terlihat lebih santai dari sebelumnya." Will membalikkan tubuh Ariana agar menghadap Geo.
Ariana berdiri sedikit risih mengenakan celana hot pants. Seumur hidupnya belum pernah memakai celana sependek ini. Pakaian sebelumnya, kini diganti dengan yang baru. Baju berlengan panjang berbahan rajut terlihat mempas di tubuhnya, begitu cocok dipadukan dengan hot pants. Rambutnya juga dibiarkan tergerai, dan diberi jepit rambut tepat di atas pelipisnya.
Dan satu fakta yang membuatnya kaget, butik ini milik Ibu Roussel. Tidak heran pria itu memiliki mobil mewah. Ariana jadi penasaran pekerjaan ayahnya, seorang pejabat atau pekerja kantoran dengan posisi tinggi? Yang pasti ia tidak akan mendapatkan jawaban memenuhi rasa penasarannya, karena pertanyaan hal pribadi sebuah peringatan yang harus Ariana hindari.
Penampilan Ariana yang lebih santai seperti ini saja sudah mengeluarkan aura berbeda. Bagaimana jika mengenakan gaun? Geo mengangguk santai seolah tidak terpengaruh dengan perubahan mode pakaian wanita itu, terutama rambut panjang yang menjuntai bebas.
"Apa harus mengenakan celana sependek ini? Memangnya kencan macam apa yang kau maksud?"
"Harus," jawab Geo cepat. "Karena kita akan pergi ke suatu tempat dan pakaian ini cocok untukmu." Geo mendekati Ariana untuk meraih pinggang ramping itu menggunakan tangan besarnya lalu berbalik menghadap ibunya.
"Ma, perkenalkan ini Karessa, kekasihku saat ini."
Alisa yang sejak tadi memerhatikan Ariana di balik tubuh Geo, mulai tertarik dengan poster tubuh Ariana mirip seperti dirinya. Mungil tapi mempunyai lekukan tubuh yang oke. Wanita Asia, pikirnya. Anggap saja Alisa sedang memuji dirinya sendiri.
Ariana mematung kaget lalu mendongak menatap Geo. Mama? Apa itu artinya Geo mengenalkan Ariana pada orangtuanya? Geo hanya menampilkan senyum seolah itu bukan hal besar. Ia tidak pernah berkenalan dengan orangtua kekasihnya sebelumnya.
"Karessa... siapa nama lengkapmu, Nak?" Tanya lembut Alisa pada Ariana.
Respons ibunya membuat senyum Geo memudar. Apa pendengarannya salah? Dengan Geo, putranya sendiri, Alisa sangat jarang mengeluarkan suara selembut itu. Benar-benar di luar dugaan. Perasaan tidak terima tiba-tiba muncul tanpa alasan.
"N-nama lengkap saya—"
"Nanti saja kalian berkenalan, aku dan Karessa tidak punya banyak waktu, Ma." Geo langsung berpamitan dan mulai beranjak sambil menyeret Ariana pergi meninggalkan tempat.
"Dasar anak tidak sopan!" teriak Alisa kesal.
Ariana menarik tangannya sebelum menaiki mobil berwarna putih, lebih rendah dan kecil dari mobil sebelumnya. "Roussel, kau sangat tidak sopan pada ibumu!"
"Kau tenang saja, Mama memang seperti itu. Waktu kita tidak banyak, Sayang. Sekarang naiklah, kita akan berpiknik. Dulu aku hanya menebak-nebak bagaimana rasanya berpiknik bersama kekasih saat melihat teman-temanku memamerkan di sosial medianya, dan akhirnya itu terwujud bersamamu."
Setelah memasuki mobil Alisa, Geo kembali mencuri kecupan di bibir Ariana sebelum menjalankannya. Lagi-lagi Ariana terkejut, perlakuan Geo sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Hal seperti ini belum pernah terjadi pada Ariana, mendapatkan kecupan-kecupan kecil saat berkencan. Di Indonesia, itu adalah hal tabu untuk umum.
"Ayolah, Baby, kau harus terbiasa dengan kecupan-kecupan itu agar semuanya berjalan dengan lancar."
Perkataan Geo benar, Ariana harus membiasakan diri. Padahal sebelumnya mereka sudah berciuman beberapa kali. Bukankah tujuan utamanya untuk melupakan kesialan yang terjadi hari dan demi tiket pulang ke tanah air?
Mata Ariana tertutup sambil menghela nafas perlahan, mencoba meresapi perannya. Ia mulai membayangkan kalau mereka sudah lama menjalin hubungan dan telah melalui banyak hal bersama. Membayangkan dirinya berada di kehidupan lain. Saat ini hanya ada wanita bernama Karessa tinggal di Prancis, negara penuh mode fashion yang bergengsi di dunia. Memiliki kekasih yang menyebalkan, namun tampan dan kaya raya seperti di novel-novel romantis yang pernah ia baca. Dan Ariana si wanita aneh tidak ada di kehidupan ini.
Di sisi lain Geo melirik Ariana sedang menutup mata, lalu kembali menatap jalanan. "Are you okay?"
Perlahan mata Ariana terbuka menatap jalanan di depannya. Rasanya seperti hidup kembali dengan kehidupan yang berbeda.
"Apa ciumanku berdampak buruk untukmu?"
"Tidak, hanya saja..." Ariana menoleh pada Geo. "Aku tidak menyangka mempunyai kekasih sepertimu," ucapnya bangga dan binar di matanya.
Ketika Geo menoleh, wanita itu sedang menaruh dagunya di telapak tangan. Terang-terangan menikmati ketampanan dirinya dengan jarak dekat, hanya beberapa jengkal dari wajahnya. Ia tersenyum miring, wanita itu kembali bertingkah aneh. Penuh kejutan, dan ekspresinya selalu gampang berubah, entah apa yang dipikirkannya.
"Wajahmu terlalu dekat, Bodoh! Aku sedang menyetir!" Geo menjauhkan wajah Ariana menggunakan telunjuk di bagian kening.
Ariana merengut, "aku ingin menciummu, tapi tidak peka sama sekali!"
Geo menampilkan smirk andalannya dan langsung menepikan mobil. Ia melepas seatbelt mendekatkan wajahnya pada Ariana.
"Ya ampun, bisa kau pelan-pelan saja menepinya? Kau hampir membuat jantungku copot!"
"Aku sedang mengemudi, Sayang. Jika kau ingin merayuku, jangan di saat aku sedang berkonsentrasi. Kau tidak ingin kita mati konyol karena berciuman saat mengemudi, bukan? Jelas aku tidak mau karena beberapa saat yang lalu aku sudah menabrak mobil orang hingga mobilku lecet. Dan aku tidak ingin mengulanginya."
Tatapan datar mengintimidasi Geo hanya membuat Ariana sedikit takut, tapi ia langsung menepisnya. "Baiklah, maafkan aku. Kau cukup menyeramkan saat marah... tapi aku suka." Ariana membasahi bibirnya yang kering sembaring mengalungkan kedua tangannya di leher Geo.
Kali ini Ariana yang mencium Geo lebih dulu. Tentu dengan senang hati Geo melayani ciuman manis bibir Ariana. Mereka juga tersenyum disela-sela ciuman menikmati momen sesaat sebelum melanjutkan perjalanan.
Seperti yang diharapkan, tidak ada kecanggungan lagi di antara keduanya. Layaknya pasangan baru yang saling mencintai, seperti kesepakatan mereka. Dan Ariana berjanji akan menjalankan perannya sebaik mungkin. Melupakan dunia nyatanya sejenak.