Kehilangan

1306 Words
"Jadi begini bapak dan ibu, Ibu Amelia ini mengalami Kehamilan kosong (blighted ovum). Yaitu dimana kondisi terbentuknya kantung kehamilan, tapi tidak terdapat embrio di dalamnya. Hal ini terjadi apabila sel telur di dalam rahim sudah dibuahi, tapi tidak berkembang ke tahap selanjutnya menjadi embrio (bakal janin)." Dokter itu menjeda ucapannya dan menatap ke arah kami, sepertinya memastikan jika penjelasannya dapat kami mengerti. "Pada kasus janin tidak berkembang, sel telur yang telah dibuahi (zigot) gagal membelah diri menjadi embrio. Kehamilan kosong juga bisa terjadi ketika pembelahan sel zigot berhenti setelah menempel pada dinding rahim. Penyebab janin tidak berkembang adalah kelainan kromosom pada zigot. Hal ini bisa jadi karena kualitas sel telur atau sperm* yang kurang baik. "Maksudnya sel telur istri saya atau sperm* saya yang mungkin kurang bagus, Dokter?" sela mas Damar memotong perkataan dokter itu. "Tidak pak, itu hanya salah satu faktor saja. Untuk mengetahuinya harus di lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, janin tidak berkembang juga bisa disebabkan karena infeksi, efek samping obat-obatan, konsumsi alkohol, atau kelainan bentuk rahim." ucapnya meneruskan penjelasan. "Janin tidak berkembang biasanya baru disadari pada minggu ke-8 atau minggu ke-13. Meski tidak terdapat janin, hasil test pack bisa menunjukkan positif dan menstruasi terhenti. Makanya saat ibu Amelia melakukan tes dengan alat kehamilan hasilnya positif kan?" "Iya dokter," jawabku sambil mengangguk. Bahkan aku melakukan tes dua kali. Saat pertama kali di pom bensin dan keduanya saat disuruh mas Damar. "Selain itu, wanita yang mengalaminya juga akan mengalami mual, muntah, dan nyeri payudar*, seperti kehamilan pada umumnya. Namun, saat zigot berhenti tumbuh dan hormon kehamilan menurun, gejala kehamilan akan hilang. Selanjutnya gejala akan mengarah pada keguguran, seperti pendarahan v****a dan nyeri perut bagian bawah. Namun ada juga wanita yang tidak mengalami gejala keguguran." Dokter itu menyudahi penjelasan tentang hamil kosong. "Jadi tidak ada bayi dalam kandungan istri saya, dokter?" tanya mas Damar dengan nada lemas. "Iya pak, hanya ada kantong kehamilan saja," jawabnya. "Jadi saya harus bagaimana, Dok?" tanyaku. "Yang bisa menjadi pilihan adalah, menunggu sampai keguguran alami terjadi, mengkonsumsi obat untuk merangsang peluruhan embrio, atau kuretase untuk menghilangkan jaringan plasenta dari rahim." Dokter itu menjelaskan tiga pilihan yang bisa di lakukan. "Namun bisa jadi pilihan, menunggu keguguran alami memiliki risiko. Keguguran alami dapat terjadi cukup lama sehingga harus terus di bawah pantuan dokter.Selian itu jika masih ada jaringan yang tertinggal di rahim pasca keguguran alami, kuretase tetap dibutuhkan untuk menghindari infeksi," paparnya. "Bisakah saya memilih pilihan ke dua, dok? Saya akan mengkonsumsi obat saja . Bagaimana mas?" tanyaku meminta pendapat pada suamiku. "Bagaimana baiknya saja," sahut mas Damar. Rasa kehilangan sepertinya menghampirinya, membuatnya hilang semangat. Satu bulan lalu bagaimana kebahagiaan menghampiri mas Damar dan keluarganya, kebahagiaan semu. Kali ini mereka mungkin akan bersedih. Tapi bagiku ini adalah karunia, bagaimanapun juga anak yang tidak bernasab pada ayahnya akan hidup seperti apa. Jika dia anak laki-laki mungkin saja aku bisa merahasiakan dari anak itu tentang bagaimana dia terlahir ke dunia. Tapi jika dia wanita pasti dia akan banyak bertanya, belum lagi jika dia menikah pasti pasangannya juga akan tahu tentang asal usulnya. "Maafkan aku nak, inilah yang terbaik bagi dirimu. Kehadiranmu ke dunia bisa saja membuatmu menderita. Nak? bahkan mungkin kamu tidak pernah ada dalam rahimku," aku berkata dalam hati. Dokter menyerahkan selembar resep obat yang harus aku minum untuk meluruhkan jaringan yang ada di rahimku. "Pastikan untuk kontrol kembali ya Bu," pesan dokter spesialis kandungan itu. "Baik, dokter," jawabku. Kami keluar dari ruangan itu lalu menebus obat, setelah itu pulang kembali ke rumah. "Maafkan aku mas," lirihku. Kami sedang dalam perjalanan pulang, Mas Damar berkendara dalam diam. Matanya seperti berkaca-kaca. "Bukan salah kamu Amel, seharusnya aku yang menguatkan dirimu. Bukan malah kamu yang meminta maaf padaku." Kami berkendara dalam diam, hingga sampai rumah tidak ada percakapan diantara kami. Apa kamu akan semakin membenciku jika kamu tahu segalanya Mas. Sekarang tidak ada lagi yang membuatku harus menyembunyikan dosaku. Apa aku tidak perlu lagi menunggu untuk berkata jujur. Sampai di rumah, ibu menyambut kedatangan kami. Mas Damar duduk di ruang tamu yang ada di rumah utama, akupun duduk mengikutinya. "Bagaimana keadaan calon anak kalian?" tanya ibu. Mas Damar menarik nafas dalam-dalam, "Amelia hamil kosong Bu, janin dalam perutnya tidak berkembang, hanya ada kantong kehamilan," ucap Mas Damar. Ibu berpindah duduk di sampingku, "Tidak apa-apa kalian masih sama-sama muda, masih ada banyak waktu untuk hamil lagi," ucapnya menguatkan diriku. Tiba-tiba saja aku merasa rumah ini menjadi sunyi. Setelah menasehati dan menguatkanku, ibu menyuruhku untuk beristirahat di kamar dan aku menurutinya. *** Seminggu setelah kejadian itu, aku mengajak Mas Damar untuk pulang lagi ke kota. Aku bilang ingin pulang dan merindukan mama, lelaki baik hati itu menyetujuinya dan akhirnya kami pulang lagi ke kota setelah sempat tertunda karena kehamilanku. Sesampainya di kota, kami langsung pergi ke rumah kami sendiri. Rumah yang sudah di beli dan di persiapkan oleh Mas Damar sebelum pernikahan kami, mama yang akan menjenguk kami ke rumah setelah kami tiba. Mama datang dan memberikan semangat dan nasehat buatku, sebenarnya aku ingin mengatakan kepada mama tentang yang sudah aku lakukan dengan Zayden. Tapi bibirku rasanya terkunci rapat, aku masih memilih waktu yang tepat untuk itu. Kehidupanku mulai berjalan normal kembali, kadang kala teman-temanku datang ke rumah ini jika hari libur karena mereka semua sudah bekerja. Sedangkan aku sendiri masih tetap di rumah, kadang kala mengikuti suamiku pergi mengawasi bisnisnya. Mas Damar tidak keberatan dengan keberadaan teman-temanku, malah kadang dia ikut berbincang bersama kami. Tenyata suamiku bisa tebar pesona juga, mungkin setelah menikah dia jadi tahu bagaimanapun menghadapi wanita dan membuat mereka terpesona. Seperti halnya diriku yang terpesona olehnya setelah kami menikah dan semakin terpesona sekarang. Aku seperti mulai lupa dengan janji yang akan mengatakan pada mas Damar tentang masa laluku. Kehidupanan kami begitu bahagia seperti layaknya pasangan baru, aku makin mencintainya dan dia juga sayang padaku. Sepertinya tidak ada lagi yang harus aku khawatirkan. Hingga suatu hari aku mendengar ceramah dari dalam televisi saat berberes rumah. Tentang janji yang harus di tempati, apa lagi janji kepada Allah bisa di sebut sebuah nazar. Yaa, saat aku bersujud dan menangis dalam doaku, aku berjanji padaNya jika aku akan mengatakan tentang perzinahan yang aku lakukan dalam mantan kekasihku. Tapi hingga sekarang aku tidak mengatakan karena dibuai oleh kesenangan yang aku lewati bersama suamiku. Haruskah aku mengatakannya, sudah siapkah hatiku kehilangan suami yang aku cintai. Apakah dia akan menerima kesalahanku, berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hatiku, membuatku tidak bisa mengerjakan apapun seharian. *** Malam ini, aku bertekad untuk mengatakan semuanya. Kupakai baju yang terbaik dan memakai wewangian saat menyambutnya pulang dari bekerja. Kami makan bersama seperti biasanya, setelah itu kami akan bercengkrama seperti biasanya sebelum tidur. "Mas, aku mau mengatakan sesuatu," ucapku sambil memilin ujung atasan yang kupakai. "Ada apa?" tanyanya. Lelaki yang sejak tadi fokus menatap kearah televisi layar datar itu memalingkan wajahnya ke arahku. "A-aku, aku ...." ucapku terbata-bata. "Ada apa dek?" tanyanya sambil mendekatiku. Mas Damar kadang memanggil hanya namaku saja, tapi kadang memanggil 'dek' padaku. "Aku ... Akhh ...." Aku tersentak kaget karena tiba-tiba saja dia meraih tubuhku dan menggendongnya. "Aku tahu yang kamu mau," ucapnya sambil membawaku ke arah kamar tidur kami. "Bukan itu Mas, turunkan aku." Lelakiku tidak mendengarkan perkataanku lagi, dia membawaku ke dalam kamar dan jika sudah seperti itu maka yang terjadi adalah aktivitas yang biasa dilakukan suami istri. *** Mas Damar memeluk tubuhku yang hanya berbalut selimut, badanku memunggunginya. Aku salah strategi, dia pikir aku sengaja menggodanya jadi bukannya mengobrol kami akhirnya malah bercinta. Kupikir sekarang adalah saat yang tepat. Setelah melakukan hubungan suami istri, biasanya pikiran lelaki jauh lebih tenang. Mungkin saja jika aku mengatakannya sekarang Mas Damar tidak akan terlalu marah padaku. "Mas ...." panggilku. "Hemmm," laki-laki di belakangku ini menjawab dengan gumaman. "Sebenar aku," Aku menjeda ucapanku. Kutarik nafas dalam-dalam, kuisi paru-paruku dengan banyak udara. "Sebenarnya aku sudah berzina sebelum kita menikah," lirihku. Setelah mengatakannya hatiku terasa ringan, namun jantungku berdebar-debar menunggu reaksi mas Damar. ***.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD