Lelaki Penuh Kuasa

1511 Words
"Jangan terlalu dalam memasuki hatiku, sebab disana begitu rimbun dan gelap. Telah ku pagari halamannya dengan pagar berduri. Hingga kelak nanti siapapun yang mencoba untuk masuk akan terlebih dulu menemui luka sebelum cinta yang di pinta." Dee, Stuck With You Cengkraman tangan Darren di lehernya membuat jantung Aurora berdebar memukul, semakin kencang dan kuat seolah hendak pecah berkeping-keping. Napasnya tercekat karena udara terhalang masuk mengisi paru-parunya yang malang. Aurora meronta, menggerakkan kakinya untuk menyerang Darren. Namun semua usahanya hanya sia-sia, sebab lelaki itu sama sekali tidak bergerak. Tubuh Aurora hampir kaku seiring dengan semakin kuatnya cekikikan Darren di lehernya. Mata Aurora terbelalak sementara pelupuk matanya bersiap untuk menjatuhkan jejak sungai kecil dan panas di pipinya. Di detik ketika Aurora memasrahkan dirinya untuk tergeletak di bawah kekuasaan Darren, pada saat itulah dia memaksakan matanya untuk melihat ke dalam mata Darren. Sungguh sepasang mata yang indah. Birunya yang berkilau mengingatkan ku pada sebuah alam yang terpantul oleh sinar matahari pagi. Aurora melepaskan tangannya dari tangan Darren, tidak lagi berusaha untuk meloloskan diri, telinganya berdenging sementara matanya hampir terpejam bersiap untuk bertemu pada kegelapan yang abadi. Tetapi sebelum semua itu terjadi, indera pendengaran Aurora sempat mendengar suara tangis bersahutan yang disusul dengan teriakan. "Ayah!" Cleo berlari sambil menangis tersedu-sedu, tangannya yang kecil dan lemah menarik-narik jas berwarna biru Darren sementara kepalanya mendongak dan matanya berisi permohonan yang sangat. "Tolong lepaskan ibu. Jangan sakiti dia." begitu pilu suara itu terdengar menyayat dan pada akhirnya mampu meluluhkan hati Darren. "Lepaskan ayah Cleo. Jangan menangis karena perempuan sialan ini." sambil menguatkan tangannya di leher Aurora, Darren berucap. "Tidak!" Cleo menjerit keras ketika melihat wajah Aurora yang sudah berubah pucat pasi. "Lepaskan Aurora ayah! Aku akan sangat membenci mu jika terjadi sesuatu padanya." Begitu Cleo menyelesaikan kalimatnya dengan amarah yang menggebu, tubuh Darren langsung membeku kaku. Dan tanpa sadar dia melepaskan tangannya dari leher Aurora dan membuat tubuh perempuan itu seketika terjatuh di lantai. Dengan perlahan Darren menoleh ke arah Cleo lalu membungkukkan badannya sebelum kemudian berjongkok di depan lelaki kecil itu. "Jaga bicaramu Cleo." desis Darren mengancam. "Apa kau sedang menantang ayah saat ini?" Sejenak ada ketakutan yang menghayuti benak Cleo. Sebab kali ini mata biru ayahnya tidak lagi bersinar penuh cinta melainkan bersinar dengan sebuah kemarahan berapi yang siap membakar. Tetapi Cleo menekan hatinya, membisikkan kata ketenangan berharap sang jantung yang berdetak kencang tidak menghalangi bibirnya untuk kemudian berucap. "Ya." sahut Cleo singkat namun penuh penegasan. "Siapapun yang berani melukai Aurora maka dia akan menjadi musuhku, termasuk ayah di dalamnya." Keheningan membentang di area sekolah itu seolah menyedot seluruh udara di sekeliling, hampir membuat d**a yang malang terhimpit karena kesesakan. Aurora yang masih sibuk meraup napas sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang sesak seketika tertegun ketika mendengar kalimat pembelaan yang nyata dari Cleo. Sementara tangannya yang tadi sibuk untuk mengusap tangan Shasa dan memberi ketenangan pada perempuan kecil itu pun turut berhenti. Aurora merasakan kelegaan di dadanya dan mata coklatnya balas menatap Cleo dan membuat pandangan mereka terkunci. Lelaki kecil itu menatapnya dengan sorot penuh cinta meskipun mata biru itu tampak basah oleh air mata. Perlahan Aurora bangkit, merauh tangan Shasa dengan lembut lalu menarik tubuh bergetar perempuan kecil itu untuk menempel di depan perutnya. Dan Aurora menyusuri punggung Darren yang kaku sebelum kemudian kembali menatap kepada Cleo. Sementara Darren menggertakkan giginya kuat-kuat berusaha sekuat tenaga untuk tidak melampiaskan kemarahannya pada Cleo. Darren menghela napas panjang, berusaha untuk meredakan emosinya. "Ayo kita pulang." putusnya lalu bangkit dari posisi berjongkok. "Tidak mau. Aku masih ingin bersama ibu." sahut Cleo penuh penolakan. Darren mengerutkan dahinya, kebingungan tampak nyata di matanya. "Siapa yang kau panggil ibu." ucap Darren penuh rasa ingin tahu. "Perempuan cantik itu. Dia adalah ibuku." tangan Cleo menunjuk ke arah Aurora sementara bibirnya tersenyum lebar. Aurora yang ditunjuk sedemikian gamblang hanya bisa menelan ludah. Entah apa yang akan dilakukan lelaki gila itu pada dirinya lagi nanti dan sungguh membuat jantungnya kembali berdegup kencang ketika melihat Darren membalikkan punggung lalu menoleh ke arahnya. Aurora menarik tubuh Shasa semakin merapat padanya, sikapnya berubah waspada. Darren menipiskan bibir, rupanya kesombongan Aurora sudah luntur dan hal itu membuatnya senang. Memang sudah seharusnya dunia harus tunduk di bawah kakinya yang penuh kuasa begitupun dengan perempuan angkuh ini. "Ibu eh?" Darren berucap dengan nada mengejek, "Lelucon apa yang sudah kau mainkan pada putraku sehingga membuatnya menjadi bodoh seperti ini." "Ayah!" Cleo menyela cepat, melempar tatapan marah pada Darren. Namun Darren mengabaikan kemarahan Cleo, dia melangkah mendekati ke arah Aurora untuk kemudian berdiri di hadapannya. "Mengapa kau tampak seperti rusa yang malang? Aku bahkan belum menerkam mu tetapi kau sudah memasang sikap menyedihkan seperti itu." Darren mengamati leher Aurora, sudut bibirnya terangkat ketika melihat jejak merah yang sebentar lagi akan berubah keunguan disana. Menyadari arah tatapan Darren, tangan Aurora refleks terangkat dengan sigap untuk menutupi lehernya. Kakinya perlahan melangkah mundur, menciptakan jarak terjauh di antara mereka. "Kau lelaki iblis! Kau mencekik kakak ku dan menyiksanya!" Mata Aurora melebar di penuhi syok bercampur kaget luar biasa ketika menyadari bahwa Shasa tidak lagi berada di sisinya. Di detik yang sama jantung Aurora seperti ditarik paksa saat melihat perempuan kecil itu tengah beradu pandang dengan Darren. Tubuh Aurora melemas seolah seluruh tulang yang menempel di tubuhnya tercabut. Darren menunduk, menatap Shasa dengan meremehkan. Ada senyum geli yang samar di wajahnya ketika menyadari keberanian perempuan kecil ini. "Minggir perempuan kecil. Aku tidak ingin menyakiti mu." ucap Darren dengan suara datar. "Shasa." Aurora menarik tubuh Shasa lalu menyembunyikan tubuh perempuan kecil itu di belakangnya. "Dia hanya seorang anak kecil. Tidak sepantasnya kau mengancam Shasa." sambil mendongak ke arah Darren, dia berujar. Darren mengangkat alis, melempar pandangan mencemooh. "Aku tidak tertarik untuk menyakiti perempuan kecil ini. Sebab tubuhnya akan sangat tidak sanggup untuk menjadi santapan penghuni air tawar ku." Aurora menipiskan bibirnya, berucap dengan suara menohok. "Tuan Light yang terhormat, kau bisa saja menundukkan dunia dengan kekejaman mu, menginjak harga diri mereka di bawah kekuasaan mu tetapi tidak dengan ku. Aku memang hanya perempuan miskin dan malang di dunia ini tetapi kekuasaan mu itu sama sekali tidak akan pernah membuat ku untuk tunduk di bawah kaki mu. Lebih baik aku menjadi santapan penghuni air tawar mu daripada harus menyerahkan harga diriku pada lelaki seperti mu." ucapnya dengan tenang namun berhasil membangkitkan kembali amarah Darren. "Lelaki sepertiku katamu?" jemari Darren bergegas untuk meraih rahang Aurora, menekan ujung kukunya hingga menciptakan kesakitan yang sangat disana. "Perempuan sialan. Daripada tubuhmu menjadi santapan penghuni air tawar ku akan sangat lebih baik jika tubuh ini menjadi santapan para lelaki penyuka kenikmatan sesaat. Kau punya wajah yang cantik, tubuh yang ideal dan bibir mu yang tajam ini pasti akan sangat nikmat jika dicicipi. Bagaimana? Jika kau tertarik hubungi saja, aku memiliki banyak kolega bisnis yang suka mengoleksi barang antik seperti mu." jawab Darren kemudian dengan penghinaan yang kental. Mendengar hal itu, entah kekuatan darimana Aurora berhasil mendorong d**a Darren menjauh darinya. Sebelum lelaki itu sempat menyadari jarak yang tercipta, tangan Aurora sudah terlebih dulu melayangkan sebuah tamparan keras di pipi Darren. Sedetik. Hanya sedetik saja keheningan melanda begitu mencekam sebelum Aurora memaksakan bibirnya yang bergetar untuk berucap. "Tutup mulutmu. Lelaki sampah seperti mu jangan berani menghina permata seperti ku. Kau tidak punya rasa malu, memperdagangkan harga diri perempuan seolah kau tidak tumbuh dan lahir dari seorang perempuan." ada jeda sejenak hanya untuk menatap ekspresi Darren, "Perlu anda ketahui satu hal tuan Light yang terhormat, tidak semua perempuan menyukai kemewahan dan rela membuka kakinya demi segepok uang. Jika kau terbiasa dengan dunia yang seperti itu, maka hari ini kau sungguh beruntung bertemu dengan ku. Sebab perempuan yang baru saja kau hina ini adalah bukti nyata dari perkataan ku tadi. Terserah padamu menyebut ku sebagai perempuan sombong karena aku sama sekali tidak peduli penilaian mu akan diriku. Harga diriku adalah milikku dan tidak dapat ditukar oleh apapun termasuk dengan uang mu tuan Light. Camkan itu baik-baik." tambahnya kemudian dengan menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya. Dan setelahnya Aurora menarik tangan Shasa sebelum kemudian melangkah bersama ke arah gerbang tanpa menoleh sedikitpun pada Cleo yang saat itu menatapnya dengan ekspresi wajah menyedihkan. Sementara Darren tidak lagi menahan diri, habis sudah batas sabarnya. Perempuan sialan itu kini telah mengangkat bendera perang padanya, dan sebagai balasannya Darren akan sangat bermurah hati untuk menghujam kekalahan telak pada Aurora. Menaklukkan perempuan itu dan mengubahnya menjadi seekor anjing betina. Darren menipiskan bibirnya, ada senyum licik yang muncul di sana ketika bibir itu memberi perintah tegas tak terbantah. "Anthonio, aku ingin informasi lengkap mengenai seorang perempuan bernama Aurora. Sebelum matahari terbenam informasi itu harus sudah berada di tanganku." Ekspresi Darren menggelap ketika tangannya menaruh kembali ponsel itu ke dalam saku jasnya. Hai hai.... Kami kembali, hihihi Teman- teman jangan lupa tap love yah, gak maksa sih. Kalau menarik di hati readers sekalian gpp dong love nya di tap.? Maaf kalau gak post tiap hari sebenarnya lagi nunggu ACC kontrak dulu. Doain yah cepat Clear, biar up terus deh.... Oh iah kalau ada saran dan masukan boleh banget loh, dipersembahkan untuk memberikan komentar yang positif di novel ini. Terimakasih semuanya, sampai jumpa di next chapter ✌️?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD