Paras Cantikmu

1194 Words
Ada denting nada sepi kala ingatan mengalun padamu Aku merindu diatas luka, berteman bayangmu yang tak tersentuh Telah ku coba melangkah pergi, membisikkan benci mengakar di relung hati Namun sialnya hati berhianat. Kecewa, tersiksa, menderita Segala ruang yang kutemui kini berjumpa sunyi dan kekosongan Sesungging senyum pedih terpasung di bibirku Mencintaimu adalah luka yang ku rindu ______________DEE, STUCK WITH YOU. Happy Reading Guys "Apa yang sedang kau pikirkan?" Aurora langsung membalikkan badan ketika sebuah suara lembut menyapa indera pendengarannya. Bibir mungilnya yang ranum seketika mengulas senyum menawan. Cahaya rembulan menerpa tepat diatas kepala membuat rambut panjang legamnya tampak sedikit berkilau. Keindahan yang sungguh nyata, Amira tidak mampu menyembunyikan rasa kekaguman pada pesona Aurora. Meskipun Amira bukan kali pertama menyaksikan kecantikan alami perempuan ini tetapi tetap saja dirinya terpukau. Kuli Aurora yang putih sangat kontras dengan sentuhan sinar rembulan membuat kadar kecantikannya semakin bertambah. Amira mengerjapkan mata, menarik paksa kesadarannya. Kemudian dia melangkah maju lalu berdiri di depan Aurora. "Kau melamun?" tanyanya setelah berhasil menguasai diri. Aurora terkekeh kecil, menyembunyikan kecemasan yang sempat berhasil ditampilkan di mata coklat terangnya. ‘'Tidak. Aku hanya menatap sang rembulan yang tampak gagah di langit kosong.” Ujar Aurora dengan lembut, mengulas senyum menenangkan. Amira mengerutkan kening, mengangkat kepala untuk menatap langit malam. “Dia tidak sendiri, ada bintang-bintang yang menemaninya disana.” Aurora membalikkan badan, turut serta memandangi bintang-bintang yang tampak enggan bersinar malam ini. “Bintang hanya penghias malam ibu bukan untuk menerangi malam. Rembulanlah yang bertugas menerangi malam.” Ucap Aurora terdengar sedih yang ditangkap jelas oleh telinga Amira. “Sebenarnya apa yang membuatmu tampak berbeda malam ini. Kau bahkan hanya terdiam sejak pesta ulang tahun Shasa.” Ujar Amira lambat-lambat dengan menilai. Aurora menoleh kesamping menatap ke arah Amira. “Aku bertemu dengan lelaki kejam itu ibu.” “Lelaki kejam?” sahut Amira cepat tidak membiarkan kebingungan terlalu lama, “Siapa yang kau maksud lelaki kejam.” Aurora menatap ragu, menimbang-nimbang kata yang tepat dari lidahnya yang kelu. “Darren Chriss Light, aku bertemu dengan lelaki itu hari ini.” Hening Begitu Lama Begitu mencekam Desau angin yang menyibakan helain rambut Aurora menutupi wajahnya hingga membuat pandangannya sedikit terhalangi untuk memahami ekspresi Amira. Perempuan itu berdecak kesal kemudian menggerakkan tangaannya untuk menjumput rambut panjangnya lalu menyelipkan di balik telinga. Aurora menyipitkan mata untuk memperjelas padangannya tetapi ekspresi Amira hanya datar seolah tidak terpengaruh dengan perkataan Aurora. Yah. Seluruh penjuru dunia pun mengetahui sosok Darren Chriss Light, lelaki bertangan dingin yang namanya tersohor bagi pebisnis hitam. Lelaki kejam itu tidak akan pandang bulu jika ada yang berani mengusik lingkar kehidupannya. Darren memiliki kekayaan hampir di seluruh belahan dunia dan hal itulah yang membuat hukum tampak memujanya histeris. Tidak ada keadilan jika sudah berhadapan dengan Darren sebab keputusan lelaki itu adalah suatu kemutlakan yang tanpa perlu negoisasi. Aurora tercenung, membayangkan nasib sialnya yang tidak pernah menduga bahwa dirinya akan bertemu langsung dengan Darren. Aurora melepas napas panjang kemudiaan menatap kepada Amira. “Ibu?” Suara lembut Aurora yang terdengar tiba-tiba berhasil menyentak Amira dari lamunan. Matanya refleks mengerjap sebelum kemudian menoleh ke arah Aurora. “Jangan berurusan dengannya lagi sayang. Ibu tidak ingin terjadi sesuatu padamu.” Amira berucap tegas dalam memberi peringatan supaya didengar oleh Aurora dengan baik. “Aku mengerti ibu. Jangan cemas aku berjanji tidak akan bertemu dengan lelaki itu lagi.” Jawab Aurora dengan mantap tanpa ragu sedikit pun. Amira menyipitkan mata, “Putriku yang cantik, kau selalu bisa dengan sangat mudah merubah suasana hatiku.” Sambungnya melempar senyum lebar Sekali lagi Aurora terkekeh kali ini terdengar tulus, dia lalu melingkarkan tangannya di tangan Amira, merangkulnya mesra. “Baiklah ibu tua, ayo kita masuk dan segera tidur. Aku sudah sangat mengantuk.” Amira mendengkus sambil melangkah bersamaan dengan Aurora, “Perempuan tua ini adalah ibumu gadis nakal.” Sambungnya kemudian yang hanya dibalas oleh kekehan Aurora. Ekspresi Darren tampak menggelap ketika memasuki ruangan yang gelita itu. Kemarahan tampak menguar dari seluruh sisi hingga membuat suasana semakin dingin membekam. Para bodyguard sekaligus menundukkan kepala, menunjukkan sikap hormat. Salah seorang yang berjaga di depan pintu membuka pintu untuk kemudian mempersilahkan Darren masuk. Darren tetap melangkah tanpa perlu menunjukkan sikap keramahannya. Teliknya mata biru Darren terjatuh pada seorang lelaki bertubuh besar dengan kondisi terikat di atas kursi. Darren menyeringai lalu melangkah mendekati lelaki itu. “Kau sedikit terlambat kali ini Anthonio.” Suara Darren dingin ketika berucap tetapi matanya tidak memandang kepada Anthonio. “Maafkan saya tuan. Semua itu karena lelaki ini berada di bawah perlindungan seseorang.” Ucap Antohonio memberi jawaban tegas. Darren mengangakat alis, melempar senyum mencemooh lalu membungkuk untuk kemudian menggerakkan jemarinya menarik dagu lelaki itu dengan kasar menghadapkan padanya. “Pantas saja tikus kecil seperti mu berani mengggitku. Rupanya kau memiliki kawanan di belakangku.” Darren mengatupkan rahangnya lalu menekan ujung kukunya di rahang lelaki itu, “Katakan siapa yang menyuruhmu.” Sambungnya mendesis Lelaki yang sudah penuh luka itu terlihat melingkungkan bibirnya susah payah untuk mengurai senyum tipis, matanya menatap lekat kepada Darren. “Kenapa harus?"ucapnya seolah menantang, “Bukankah aku akan mati? Tentu saja aku tidak rela melihat mu berpuas diri dengan menuruti perintahmu.” Satu kepalan tangan besar dan kuat melayang di dagu lelaki itu, tubuhnya terjungkal disusul dengan suara batuk yang mengeluarkan darah segar. Suaranya merintih, tubuhnya hendak bangkit namun tidak berhasil karena seluruh kekuatannya telah habis. “Aku memberimu 5 detik untuk berpikir, katakan siapa yang menyuruhmu.” Darren menekan kepala lelaki itu dengan sebelah kakinya hingga membuat suara teriakan kesakitan membentang di seluruh ruangan. “Lebih baik aku mati! Setidaknya aku cukup puas melihat mu seperti ini. Kau tampak menyedihkan dengan ekspresi frustasi mu itu. Aku telah berhasil mengusik kepongahan mu!” Ucapnya dengan nada tinggi sambil melototkan matanya garang. Mendengar itu, Darren langsung menarik kakinya dari atas kepala lelaki itu. Ditatapnya sejenak lalu menoleh kepada Anthonio. “Cabik-cabik seluruh tubuhnya setelah itu masukkan dia kedalam peti pendingin. Dia tidak boleh mati dalam keadaan tubuh yang utuh.” Keputusan sadis itu adalah perintah. yang langsung membuat suasana hening semakin mengerikan. Seluruh udara malam ini tampak tersedot habis hingga membuat d**a sesak. Tetapi tidak dengan Anthonio, dia malah tersenyum misterius lalu memandang ke arah lelaki itu dengan tatapan dingin, Anthonio hendak menyemburkan tawa ketika melihat wajahnya pucat pasi seperti mayat. “Baik tuan.” sahutnya tanpa melepaskan pandangannya. Darren tersenyum miring, lalu beranjak hendak melangkah ke pintu tetapi langsung terhenti karena mendengar suara Anthonio kembali. “Tuan?’ Darren memiringkan sedikit kepalanya sementara tubuhnya masih tertinggal di depan. Dia tidak perlu repot-repot untuk menghadap ke arah Anthonio. “Katakan.” Ujarnya singkat memberi penekanan. “Semua berkas tentang nona Aurora sudah berada di meja kerja anda.” Anthonio berucap tanpa ekspresi, memandang punggung Darren dengan waspada. WOW... Aku terharu dengan jumlah cinta kalian teman-teman. Terimaksih banyak loh, aku sampai kaget pas cek dashboard. Padahal aku jarang jualan eh gak nyangka ada yang mau baca novel ini. Hihihihi YUPS,,, novel ini bakalan gantiin Liam sama Ella, seo berharap banget dukungan kalian semua baik dalam hal apapun. Dan doain juga supaya proses kontrak bisa cepat karena kalau belum dapat sign label emang gak bakalan up nih novel. Jadi mohon doanya ya teman-teman. Kalau mau kasih kritik dan saran yang membangun juga diperbolehkan... Sampai jumpa semua. love you Guys Kalau ada yang mau ambil quotesnya, jangan lupa take nama saya yah thanks
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD