Chapter 42

1513 Words
"Kau tidak lapar?" tanya Rumi padaku. "Belum." sahutku singkat. "Tidak baik menahan lapar, lagipula naluri chef ku merasakan bahwa makanan disini sangat enak-enak loh." "Jika kau lapar bisa mengambil sendiri kan." "Ya, aku mengambil makanan dulu." ucapnya yang langsung berdiri meninggalkan aku sendiri. 'Apa aku terlihat tegang atau aku terlihat kurang nyaman sekarang? aku merasa diriku tidak ada disini saat ini.' batinku. Manik coklat terang milikku menjelajahi seluruh ruangan yang luas ini, entah apa yang aku cari, tapi ternyata aku baru menyadari disini begitu banyak tamu undangan yang hadir, dan semakin ramai sekarang, aku menunduk dan menatap ke arah pelaminan kedua mempelai itu sudah hadir saat ini, aku menatap mereka berdua di atas pelaminan itu. tiba-tiba aku merasakan hening di sekeliling ku, tidak mendengar hiruk-pikuk suara manusia dan alat musik yang bersentuhan. aku menatap kedua pasangan yang duduk di atas pelaminan itu, mereka terlihat sangat bahagia dengan tawa dan senyum cerah mereka, aku hanya mampu menatap mereka dari kejauhan tenggelam diantara manusia yang lain. Sekarang aku ikhlas melepaskan kamu yang ternyata perikanan mu bukan beban tapi kamu benar-benar bahagia dengan keputusan ini. aku pasti bisa move on dari mu sekarang, aku tidak harus memikirkan kamu lagi dan aku tidak harus merasa bersalah lagi atas keputusanku yang sudah hampir 2 tahun ini, tidak terasa memang sudah hampir 2 tahun aku dan Barack putus hubungan wajar bukan jika dia sudah bisa move on. *** Kini Barack sudah menikah, memiliki kehidupan yang baru dengan keluarga kecilnya, hari ini 2 tahun sudah aku memutuskan hubungan dengan Barack dan Sudah 2 tahun pula aku mengenal Vendry Sky, aku tidak peduli siapa kamu, seperti apa kamu, yang aku tahu kamu adalah orang yang ada saat aku membutuhkan seseorang. Hari ini adalah peresmian gedung baru ku, yang baru selesai di bangun, semua ini juga berkat Vendry Sky seseorang yang selalu mendukung ku, menjauhkan segala pikiran ku yang rumit, agar aku tidak selalu memikirkan akan masalahku dengan masa laluku. Jika biasanya aku akan meresmikan cabang baruku dengan orang-orang terdekat atau di hadiri pegawai dan beberapa klien penting saja, tapi hari ini aku mengundang semua orang yang kenal dan dekat denganku, seperti keluarga ku dan juga teman-teman ku yang lainnya. Acara hari ini sangat ramai, selain setelah peresmian gedung juga ada acara perjamuan atau makan-makan dan sedikit hiburan untuk tamu yang hadir dalam rangka peresmian ini. Gedung yang aku bangun kali ini lumayan luas dan besar karena gedung ini produksi dan pemasaran jadi satu. di bagian depan akan terlihat gedung biasa seperti butik pada umumnya, akan tetapi saat ke bagian belakang masih ada sebuah gedung yang khusus produksinya, di samping gedung butik juga terdapat gerbang menuju bagian produksi agar saat menerima bahan bisa langsung di antar ke gudang. aku sangat sengat senang, dalam karirku memiliki kemajuan yang luar biasa, aku tidak pernah menduga di usiaku saat ini bisa sukses sampai di tahap ini, sungguh sangat menyenangkan bukan. Dulu aku berfikir setelah mengembangkan hobby ku dan merasa puas dan bosan aku akan menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga, menjadi ibu rumah tangga yang akan mengurus segala kebutuhan rumah tangga ku dengan baik, selebihnya biarkan suami yang mencari nafkah, tapi lihatlah aku yang sekarang tengah berdiri memegang gunting di hadapan kerumunan banyak orang dan ada beberapa yang sudah mengambil gambar ku, senang sekali rasanya. Seandainya dia Vendry Sky ada disini, ada di sisiku saat ini pasti akan lebih menyenangkan lagi bukan? Senyum yang tak pernah padam selalu aku kembangkan di hadapan khalayak ramai ini, pita yang ada di hadapanku dan gunting yang aku arahkan ke pita itu kini sudah terputus, "...dengan ini aku resmikan gedung butikku dengan nama LiniSky Company." Semua bertepuk tangan senang, ya ini dia butikku yang baru, aku mengganti nama butikku menjadi LiniSky Company. Gedung ini sangat luas jadi bisa untuk produksi berbagai fhasion wanita baju sehari-hari dress atau muslimah. Tapi untuk khusus kebaya tetap di tempat yang lama, Butik Zatulini. Vendry Sky, pria ini yang selalu hadir menemani hari hariku, tapi sudah seminggu ini aku tidak mendapat kabar darinya, entah kemana pria itu. Aku duduk di kursi yang sama dengan keluarga ku, teman-teman datang menghampiri aku dan memberikan selamat atas pencapaian karirku yang semakin luas ini. "Raline." seorang temanku menghampiri aku, kami berbincang-bincang dengan hangat. "Kenapa kamu tidak buka cabang di luar daerah saja?" "Belum saatnya, lagi pula ini ku mulai dari nol, jadi aku harus memulai segalanya dari bawah." "Ya, aku mengerti. tapi maksudku, bukankah kamu sudah memiliki dua tempat disini?" "Ya, tapi dua gedung ku itu hanya ngontrak pertahun bukan milikku seperti disini." "Ah, aku mengerti Sekarang, jadi ada kemungkinan kedua butik mu itu akan di pindah disini?" "Kemungkinan, tapi untuk saat ini tidak, lagi pula kontraknya belum habis." "Oke, sukses selalu Raline." "Terima kasih." Setelah acara peresmian gedung baru ku, kini aku sudah ada di kamarku, kamar yang selalu aku tempati saat berada di kota ini, Jakarta. Ya, gedung apartemen ku yang sangat sempit ini, tapi bagiku ini lumayan luas, karena aku biasa selalu tinggal sendiri. "Raline." "Ya, mama." Sahutku, dia mamaku yang memanggil namaku dengan lembut, sekarang dia duduk di sampingku dan menyelipkan rambutku di belakang telingaku, ini saatnya aku bermanja-manja ria dengan mama, segera ku rebahkan kepalaku di pangkuan mama. "Dasar anak manja, mama." lanjutnya dengan senyum kecil di wajah senjatanya itu. "Sayang mama." "Raline, anak mama sekarang sudah sukses di Jakarta. Apa Raline tidak menginginkan rumah?" pertanyaan mama yang membuatku bingung, kutatap wajah itu yang tengah tersenyum hangat padaku. "Raline rindu rumah dan masa kecil Raline, mama." "Maksud mama, apa Raline tidak berfikir ingin memiliki rumah." "Ya, mama. Raline sangat ingin, tapi Raline pikir, setelah menikah saja baru punya rumah sendiri, lagi pula Sekarang kan Raline masih sendiri, mama." "Itu, maksud mama, Emm Raline apa tidak ingin berumah tangga? maksud mama, saat kita lelah kita bisa pulang kerumah kumpul dengan keluarga kita akan sangat menyenangkan, pasti nantinya juga kan kita akan tetap pulang kerumah. bukan ke tempat kerja saja, kita bekerja juga untuk keluarga." "Raline bisa pulang ke Tanggerang, disana keluarga Raline tinggal." "Sampai kapan, tinggal di rumah mama dan papa? sampai tua tidak memiliki keluarga sendiri?" "Mama, ada waktunya nanti Raline akan nikah juga saat Tuhan telah mempertemukan Raline dengan jodoh Raline, ma." "Bagaimana bisa bertemu jika kamu tidak berusaha, hanya apartemen, tempat kerja, Tanggerang juga di kamar saja." 'Mama ada benarnya, kenapa aku tidak berusaha?' batinku. Aku berfikir selama ini, aku berhubungan dengan Ven hanya berkomunikasi saja melalui ponsel, apa tidak sebaiknya aku yang menemuinya jika dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya? tapi, bagaimana caraku menyampaikan keinginan ku ini jika dia saja sudah seminggu tidak menghubungi aku, dan aku berniat akan berdiskusi dengannya jika dia sudah bisa di hubungi kembali. Malam semakin larut, semua sudah tertidur dan kini aku juga sudah tak kuasa menahan kantuk, kini aku terlelap dalam tidur ku, hingga pagi menjelang. Pagi ku hari ini sama seperti di rumah mama dan papa, mama selalu bangun pagi, untuk membuatkan sarapan pagi kami, dan papa juga menemani mama sambil menonton televisi. Hidungku mencium bau sedap dari arah dapur aku menggeliat, mengumpulkan nyawaku, setelah beberapa saat berdiam diri, kini aku beranjak dari tempat tidur, menurunkan kedua kakiku ke lantai. Aku berjalan menuju kamar mandi, lalu berjalan menuju dapur. "Wah wangi sekali, wangi apa nih? seperti kenal dengan baunya?" Mamaku tersenyum dan papaku juga mengembangkan senyumnya, diantara mereka tidak ada yang menyahuti pembicaraan ku. Aku berjalan menghampiri mama. "Nasi goreng mantap sekali." "Mandi dulu, kak. gosok gigi, baru makan." "Tapikan udah laper ma, pingin makan sekarang." "Mandi dulu." tegas mamaku dan aku langsung berbalik menuju kamar bersiap untuk mandi. Setelah selesai sarapan mama dan papa berpamitan untuk kembali ke Tanggerang. "Sepi lagi deh." gumam ku yang saat ini tinggal aku sendiri lagi di apartemen ini. *** Aku melakukan kegiatan rutinitas ku setiap hari seperti biasanya, pergi ke butik bekerja lalu pulang ke apartemen. ini lah yang selalu aku lakukan, aku juga sudah mulai jarang pergi jalan-jalan dengan teman-teman ku, mungkin mereka juga sibuk melakukan kegiatan yang sedang mereka tekuni, dan sudah satu bulan juga Ven menghilang dari hidup ku, entah apa yang terjadi aku juga tidak mengetahuinya. Aku selalu menantikan kabar darinya, tapi dia tidak juga menghubungi aku. tidak apa, ITS oke, aku baik-baik saja. Aku sangat berharap dia akan kembali menghubungi aku, aku selalu memikirkan tentang dia, tidak ingin dia melupakan aku begitu saja. tapi saat seperti ini aku bisa apa? apa yang bisa aku lakukan, selama ini juga aku tidak bertanya tentang alamat rumahnya dimana, aku hanya memerlukan teman komunikasi dan sekarang aku benar-benar merasa kehilangan. apakah ini karma ku terhadap Barack, ternyata karma itu datang begitu cepat, aku benar-benar tidak menyangka jika karma akan datang secepat ini. Aku merasa ada yang kurang, ada yang hilang, mungkin karena aku sudah terbiasa dengan kehadiran pria itu dan sekarang dia menghilang, aku benar-benar merasa kehilangan, apakah aku sangat bodoh? apa yang aku harapkan dari pria yang aku sendiri tidak tahu bagaimana dia dimana rumahnya. apa yang aku pikirkan? ingin hidup bersamanya? ini benar-benar mimpi yang indah, tapi lihatlah dia sekarang menghilang dan kau tidak bisa berbuat apa-apa, bangunlah dari tidurmu, kau bermimpi terlalu jauh, mungkin saja dia sekarang sudah memiliki kekasih di dunia nyatanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD