Chapter 43

1582 Words
Tiga bulan sudah berlalu, menjalani hidup yang benar-benar membosankan, hari ini aku datang ke butik seperti biasa, duduk di kursi kerja ku berhadapan dengan klien tapi kali ini buka klien dari orang yang tidak Aku kenal sama sekali, akan tetapi dari sahabatku sendiri ya, dia Nike Faradila, sahabat dekatku selama ini, selama aku di Jakarta, kini ia akan segera menikah. Flashback on.. “Raline.” Pekik seorang gadis cantik itu tepat saat pintu apartment itu terbuka. “Nike.” “Ya, aku membawa kabar gembira, hari ini.” Ucapnya dengan wajah cerah dan memelukku. “Apa itu?” tanyaku yang penasaran. “Jangan terburu-buru.” Ucapnya dan membawaku masuk ke dalam kamar. “Hmm?” Aku yang dilanda kebingungan karena sikapnya hanya mengikuti keinginannya saja, dia tersenyum dan kami masuk merebahkan tubuh kami di atas ranjang king size milikku itu. Kami saling terdiam tidak ada yang mau memulai pembicaraan, aku hanya menunggu dia membuka mulut, menoleh kearahnya yang ternyata sedang memejamkan mata, aku juga mengalihkan pandangan ke arah Langitan kamarku, dan ikut memejamkan mata. “Raline.” “Ya.” “Apa yang terdengar jelas di telinga mu saat ini?” “Pertanyaan yang baru saja kau lontarkan.” “Bo*oh, bukan itu yang aku maksud, nol.” “Lalu?” tanyaku masih dengan mata terpejam, lalu aku merasa ada guncangan di tempatku terbaring saat ini. “Kau benar-benar noooolll...” pekik Nike dengan menindih leher ku di antara kedua lenganku. “Aahh.. aku mau mati rasanya.” Lirihku. “Payah.” Keluhnya dan kembali membaringkan tubuhnya, di atas kasur. “Yang aku maksud ada suara denting yang berasal dari atas nakas mu.” Lanjutnya kembali memejamkan matanya, aku melirik kearahnya, seraya menjawab. “Jam Beker.” sahutku singkat. “Ya, yang aku maksud adalah waktu, waktu yang terus berjalan. Tidak mungkin bukan kita akan seperti ini selamanya. Kita akan melewati kehidupan yang sesungguhnya saat kita Tuhan percaya untuk membangun sebuah keluarga kecil kelak. Berbagai ujian kita hadapi, suka duka bersama seseorang yang berbeda dari kita dari segala segi, yang menjadikan kita sempurna dengan apa yang tidak ada di kita ada padanya, dan yang tidak ada padanya ada di kita.” Ucapnya, aku menoleh ke arahnya aku lihat dia tengah terpejam ada bulir bening yang menetes dari pelipis matanya, aku hanya bisa terdiam memperhatikan dia saat ini. "Nol, kita akan jarang sekali untuk saling meluangkan waktu, kita akan menghabiskan waktu bersama keluarga baru yang akan kita bangun kelak." lanjutnya, aku terdiam, sepertinya aku mulai paham yang ia maksud. Nike mengusap bulir bening yang menetes itu, aku mengalihkan pandanganku dan dia mengembangkan senyumnya. "Nol, aku akan menikah bulan depan." ucapnya yang membuatku terkejut karena senang, aku tersenyum menatapnya. "Are you sure?" "Yeah, sure." kami sama-sama tersenyum. "Nol, selamat ya, aku juga ikut senang, saat mendengarnya." "Ya. Ngomong-ngomong, kamu kapan nyusul aku? Hahhaa.." ledeknya dengan tertawa jahatnya itu. "Mulai deh." "Hahaha.." "Hih! Dia ketawa lagi, seneng banget kayaknya." ucapku pelan. "Kenapa gak di jawab?" tanyanya dengan menunjukkan cengirnya itu. "Gua bingung, harus jawab apa" "Ya jawab aja, mau jawab apa. Doakan saja, kah? Secepatnya, kah? atau kalau waktunya sudah tepat." "Tck, semuanya." "Wah, kau rakus Raline." "Gak apa." "Mana bisa gitu." dan kami seperti biasa saling berdebat. Flashback off.. Seperti seminggu yang lalu, dia berkunjung ke apartemenku, kami bersama seharian, berbincang banyak hal. Ya, yang dia katakan memang benar, waktu terus berlalu sangat cepat, hitungan tiga minggu lagi Nike akan menikah, dia yang aku kira akan menikah dengan seorang CEO rekan kerja Ayahnya ternyata aku salah menduga. Sungguh, bukankah aku sahabatnya? kenapa aku tidak tahu jika orang yang akan menikah dengan sahabatku itu adalah Jianzi. "Ingin seperti apa?" pertanyaan ku memecahkan suasana yang hening di antara kami, setelah saling tatap, tatapanku yang tajam berbeda dengan kedua makhluk yang ada di hadapanku saat ini, yang menatapku dengan senyum mereka yang penuh arti. "Ingin yang cantik, mewaaahh.." ucap Nike yang membuatku mengangkat sebelah alisku. "Begini maksudku.." Nike menjelaskan gaun keinginannya itu padaku dengan panjang lebar. "Banyak permintaan, mau harga di bawah." ucapku datar dan ekspresiku yang menatapnya datar, dia malah tertawa. "Tolong jangan kasih aku ekspresimu yang seperti itu, Raline. Sungguh aku gak kuat." "Jangan di tatap, kalau gak mau liat." "Jadinya kapan, nih? aku maunya cepet loh jadinya. ingat tiga minggu lagi, gue nikah, Nol." "Ya, gua ngerti. Gua usahain, dua minggu jadi." "Jangan mepet gitu, nol. Jadiin gaunnya, nanti kalo misal ke gedean gimana? atau kekecilan." "Kan udah ada ukurannya. Wah, lu bener-bener deh, Nol. Seolah-olah nih." ucapku yang kini terlihat padanya dan dia malah pasang cengirnya itu, aku menatapnya datar. "Ya udah, Ya udah. Okay, Fix ya kesepakatannya." "Aku gak ngerti dengan obrolan kalian." celetik Jianzi dan kami kompak menoleh ke arahnya, dengan tatapan datar Jianzi sendiri membalas tatapan kami dengan tersenyum. "Oke. Hari ini gua sama Jianzi mau teraktir elu makan." "Nanti malam saja." "Gak bisa, nanti malam lain cerita, namanya dinnar bukan traktir makan." ucapnya. "Emangnya kamu punya pasangan?!" lanjutnya lirih. "Hmm." saat aku mulai akan merajuk, dia mulai membujukku lagi. "Becanda, becanda. Hehee.." "Jadi berangkat sekarang nih?" "Y iya lah." "Ya udah, kita mau makan dimana nih?" "Di resto italia aja." "No." "Biasanya lo suka disana kan?" "Jangan mancing-mancing deh." "Kenapa?" "Elo sahabat gua bukan sih?" "Hehehe.. iya iya oke." "Jadi?" "Kita makan di resto biasa kita makan aja." "resto khas Jepang?" "Ya." "Oke. Jadi, kita ketemuan di tempat aja, ya? aku ada yang mau aku omongin dulu sama asistenku." "Enggak bisa, geh. Kudu bareng." "Ya mending bareng aja." dukung Jianzi." "Oke bareng, tapi naik mobil Jianzi aja, nanti pulangnya antar lagi ke butik." "Oke lah siap, Bos muda." "Hmm.. Tunggu aku di mobil, aku akan bicara dulu dengan Amy." "Oke, bos. kami tunggu di mobil, ingat jangan lama-lama." "Siap." sahutku mengacungkan jempol tanganku. Nike dan Jianzi pergi lebih dahulu keluar butik, sedangkan aku masuk ke dalam ruangan Amy dan Fero, saat aku masuk ke dalam, ternyata mereka tengah fokus mengerjakan apa yang menjadi aktifitas mereka dan salah satu sebab mengapa mereka berada disini. Amy dan Fero menatapku secara bersamaan, aku tersenum menatap mereka berdua, aku langsung menjelaskan tujuan ku pada asistenku itu, Amy. Setelah selesai menjelaskan pada Amy dan memastikan dia memahami apa yang aku jelaskan baru lah aku keluar dari ruangan mereka dan berjalan menuju halaman parkir, masuk ke dalam mobil Jianzi. "Udah?" tana Nike dan aku menjawab dengan senyumku. "Okay, let's go." lanjutnya. Disinilah kami sekarang, duduk di sebuah ruang VIP yang biasa kami tempati saat makan di resto ini, ternyata yang melayani kami adalah bang Evan, yang ternyata dia adalah pemilik resto ini, dia sangat ramah, pada costumernya. Sejauh ini belum ada costumer yang komplen dengan pelayanan maupun kualitas makanan mereka memang benar-benar lezat. kami juga memesan makanan seperti biasa yang kami pesan di resto ini, yang juga merupakan makanan spesial disini. Tidak menunggu waktu lama, kini makanan yang telah kami pesan itu sudah terhidang memenuhi meja kami. kami menyantap makanan itu dengan lahab, aku merasa harus ke toilet saat ini, dan akupun pergi ke toilet, saat perjalanan menuju toilet, aku mendengar kasak kusuk pegawai disana sedang merumpi didepat toilet, mereka tengah membicarakan lali-laki, tapi entahlah siap lelaki itu juga aku tidak tahu. "Kamu udah pernah liat belum?" "Belum." "Aku udah." "Aku juga udah." "Tapi emang ganteng banget." "Ya, benar. seandainya dia jodoh gua dan gua nikah sama dia, uh alangkah bahagianya hidup gua." "Ngimpi aja lo bukan cinderella." "Lo bahagia dia seneb." Di ikuti galak tawa semua yang ada disana. "Dia tuh ganteng banget, baik lagi, ramah, hangat, idaman banget." "Cewek-cewek pastilah ngantri." "Bahkan mungkin ada yang rela dimadu." "Siapa sih namanya?" "Astaga, lo dari tadi kemana aja?" "Dia loh CEO dari SKY Group, orangnya emang ramah dan hangat dia sering makan disini juga." "Sky Group? Prusahaan yang bergerak di bidang makanan?" "Ya, bahkan dia juga punya banyak anak cabang restoran yang ada di Jakarta ini." "Woww, hebat sekali." "Ya, bahkan, dulu sebelum bang Evan yang pegang kan sempat kolep resto ini, untung saja bang Evan bisa membujuknya untuk kerja sama." "Oya? dia yang di panggil Mr. Ven itu kan?" "Iya dia, Mr. Ven." Jleb seperti ada yang menghentakku dan menahan langkahku saat aku akan masuk kedalam toilet beberapa saat, entah kenapa saat mendengar nama itu hatiku rasanya bergetar, aku mengingat dia, Vendry. Entah kebetulan atau bagaimana, tapi yang pasti aku benar-benar, merindukan orang itu saat ini, sudah 3 bulan dia menghilang tanpa kabar. Setelah beberapa saat aku menepis pikiranku tentang dia, segera aku masuk ke dalam toilet wanita itu dan menelesaikan urusanku, setelahnya barulah aku pergi meninggalkan toilet. Perjalanan menuju ruangan yang kami tempati untuk makan siang hari ini aku berpapasan dengan seorang lelaki yang terlihat rapih dan profesional, aura pemimpinya terlihat meski tidak menetapnya dan wangi saat berpapasan dengannya benar-benar menenangkan, menimbulkan sebuah rasa nyaman, terbukti saat aku mencium wangi itu aku terbuai dan menabrak tembok yang ada di hadapan ku saat ini. Aku terhuyung ke belakang setelah membentur tembok yang keras itu dan meringis menahan sakit. sungguh aku tidak menyangka jika aku bisa bertindak sebodoh ini, yang aku pikirkan sekarang bukan, untung saja tidak di depan umum dan tidak ada yang melihatkan?? toh dia juga sudah lewat, pria itu pasti sudah masuk ke toilet sekarang, aku ingin bukti, segera aku membalikkan tubuhku, benar saja kakinya baru saja melangkah masuk ke dalam toilet pria, baru lah aku bernafas lega. 'Apa? Tunggu! baru masuk ke dalam toilet? bukankah, aku berdiri di tempatku sekarang sudah cukup lama? apakah dia..? Tidak, malu sekali.' batinku dan aku langsung berlari kembali ke ruang VIP tempat kami makan siang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD