Chapter 45

1513 Words
Setelah melakukan serangkaian acara kini saatnya kedua pasangan baru itu beristirahat, karena mereka masih harus mempersiapkan fisik mereka lagi untuk nanti sore sampai malam, mereka harus kembali melanjutkan acara resepsi pernikahan mereka yang akan di adakan di ballroom gedung. Jika tadi mereka adalah acara akadnya di outdoor di halaman gedung yang sangat megah dan mewah, sekarang mereka akan mengadakan resepsi indoor di ballroom dalam gedung besar ini. Aku juga merasa lelah dan butuh istirahat, setelah mengantarkan Nike masuk kedalam kamar mereka aku berniat akan beristirahat juga di kamar yang sudah Nike sewa untukku istirahat, karena aku masih akan menemani Nike sampai malam, acara resepsi mereka berlangsung. “Nol, makasih ya.” “Ya, jangan sungkan dong, udah kayak apa aja.” “Bukan sungkan, Nol. Tapi memang ini juga harus.” “Ya deh, pengantin baru.” “Mulai deh. Ya udah, kamu istirahat gih, di kamar yang udah aku sewa khusus buat kamu, pas di sebelah kamar aku, kuncinya udah sama kamu kan tadi pagi?” “Ya.” “Ya enggak, maksud aku kan, kalau misalkan gak kebawa atau hilang, juga gak apa, kamu tidur disini aja sama aku dan Jianzi.” “Ya, nati sekalian aku panggilkan temanku, Rianzi untuk kesini. Jadi kita bisa double couple disini.” “Gila.” Ketusku dan dan melongos keluar dari kamar Nike dan Jianzi, Nike malah tersenyum dan semakin melebarkan senyumnya. “Gak apa kok, Nol. Kalau lo mau, Jianzi ngebolehin, tapi lo tidur di sofa aja, kimi di ranjang.” Pekik Nike sebelum aku mencapai daun pintu, dan aku berbalik menatap sinis mereka berdua yang tengah berpelukan itu. “Gak sudi.” Balasku, mereka cekikikan menatapku. “Dasar gila.” Lanjutku dan pergi dari kamar panas itu, sengaja ku banting pintu, namun tidak terlalu menimbulkan suara gaduh. Bam!!! Aku tersenyum memutar knock pintu kamar yang telah Nike sediakan untukku, setelah memastikan pintu itu telah terkunci dari dalam barulah aku berbalik dengan menyenderkan sebagian tubuhku di daun pintu itu, aku tersenyum gemas dan mencubit sebelah pipiku dengan tangan kiri. Aku berjalan mendekati ranjang dan menjatuhkan tubuhku disana,  dengan menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, tak tahan aku mengguling-gulingkan tubuhku disana. “Apa aku sudah gila?” gumamku.  “Mereka terlihat sangat bahagia, membuatku merasa geli dengan tingkah mereka yang sok romantis di depanku. Tapi.. sejujurnya, aku juga berharap bisa seperti Nike, bahagia bersama pasangannya. Ya Tuhan, kapan waktunya aku untuk bertemu dengan jodohku?” rancauku dan mengadu pada Tuhan agar cepat bertemu dengan jodohku. Aku menyingkirkan kedua telapak tanganku dari wajah dan membalikkan tubuhku dari posisi tengkurap menjadi terlentang, aku mengatur nafas perlahan, masih tersenyum. Sebenarnya apa yang aku pikirkan sekarang? Dan apa yang reader pikirkan saat ini? Saat aku menjadi salah tingkah setelah di goda oleh Raline dan suaminya akan doble couple di dalam kamar? Oh, tidak begitu reader! Aku tegaskan, bahwa aku menyangkalnya! Meski aku juga sudah masuk menjadi perempuan dewasa, tapi yang aku pikirkan bukan doble couple melainkan betapa bahagianya ketika kita sudah sah menjadi milik orang yang kita cintai dan begitu juga sebaliknya, kilahku (Senyum jahat). Entah sejak kapan aku mulai terlelap dan aku sudah tertidur selama 2 jam, seandainya ponsel pintarku tidak berdering, pasti aku belum terbangun dan masih tertidur pulas saat ini. Aku membuka sedikit mataku, menghela nafas meraba mencari sumber suara itu. setelah beberapa saat dan sempat melontarkan beberapa kali umpatan akhirnya telapak tanganku bersentuhan dengan ponsel pintarku, segera aku menariknya ke udara dan membawa ponsel itu tepat di depan mataku. Ternyata telefon dari Nike, dengan malas aku kembali memejamkan mataku, menjatuhkan ponsel itu di atas kasur hingga suara nada dering itu mati dengan sendirinya. Beberapa saat kemudian kembali berbunyi, s**t! Kenapa semakin berisik saja? Segera aku membuka mataku lebar-lebar dan mendudukkan tubuhku yang ku paksa untuk bangkit itu di atas kasur dan menggeser tombol hijau di layar ponselku itu. “Holaaa.. hehhe..” “Dasar kebo, ayo siap-siap dan keluar dari situ, ke kamar gua sekarang!” pinta Nike, tidak! Lebih tepatnya titah Nike padaku dengan nada bar-barnya itu. “5 menit.” Ucpku yang hampir memutuskan telepon secara sepihak, sebelum Nike kembali bersuara yang membuatku mengalah. “Semenit.” Tegas Nike. “Dua 3 menit.” Protesku. “2 menit.” “Okay.” Setujuku. Setelah mencuci muka ku, dan membersihkan tubuhku aku mengenakan pakaian yang baru untuk acar resepsi pernikahan sahabatku itu, lalu merias wajahku agar terlihat lebih tegas lagi dan sesuai dengan tema dan gaun yang aku kenakan sekarang. Tepat setelah selesai merias wajahku, ponselku kembali berdering. Ini pasti Nike yang telah melakukan panggilan padaku, setelah kulihat nama yang tertera di layar pnselku itu ternyata benar yang melakukan panggilan adalah Nike, aku tersenyum segera aku geser tombol hijau, sengaja sebelum ia kembali menjerit langsung saja aku mengatakan bahwa aku akan datang. “Otw.” Ucapku yang langsung memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban atau persetujuan dari orang yang telah melakukan panggilan padaku itu. Aku memasukkan ponsel pintarku itu ke dalam tas genggam milikku dan mengenakan jam tangan lalu bergegas ke masuk kedalam kamar sang pengantin baru itu. Tok Tok Aku mengetuk pintu kamar mereka, langsung dibukakan oleh si pengantin pria. Aku tersenyum pada mereka yang kini sudah terlihat rapih hanya kurang mengenakan beberapa asesoris saja, seperti anting dan mahkta pada pengantin wanita, dasi dan jas pada pengantin pria. Mereka benar-benar terlihat serasi dan cantik, luar biasa sekali. Ternyata benar yang kata orang “Saat jadi seorang pengantin nanti, auranya akan terlihat sangat berbeda dan akan terlihat bercahaya.” Aku mengakui itu memang benar itu aku sependapat. Momen demi momen, tahap demi tahap, telah di abadikan dengan beberapa dokumentasi kami selama acara itu, ayah Nike adalah seorang pengusaha yang terkenal juga jadi banyak dari kalangan pengusaha yang hadir dalam acara sakral dan bersejarah itu. tapi, aku tidak melihat ada Aprilion disini dari pagi mulainya acara akad sampai dengan resepsi, jika Aprilion hadir juga bukankah harusnya dari tadi dia sudah datang bersama dengan rombongan para pengusaha? Mungkin Lion berhalangan hadir karena ada tugas luar kota atau bahkan luar negeri karena bisnisnya. Memikirkan tentang Lion dan Nike, membuatku mulai merasa lapar aku berniat akan menghampiri prasmanan dan memilih beberapa makanan yang cocok untuk ku makan. Aku berjalan menuju tempat prasmanan itu akan tetapi karena lerlalu lapar membuatku terburu-buru dan tidak peduli kanan kiri depan belakang lagi. Brak! “Ah?!” “Sorry, nona. Anda tidak apa?” tanya pria itu, tanpa menoleh ke arahnya aku mengangguk. “Aku gak apa kok, maaf juga gak liat-liat jalan.” “ Syukurlah jika nona tidak apa, Saya terburu-buru saat ini ada pekerjaan mendesak yang harus saya tangani, jika nona benar tidak apa, saya permisi lebih dulu, nona.” Ucap pria itu dengan suaranya yang sangat seksi namun familiar itu, dan aku hanya mengguk. Ponsel yang sedari tadi selalu ia genggam itu kembali ia tempelkan pada daun telinganya, Pria itu kembali melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ballroom hotel ini, berjalan cepat di ikuti dua orang pria di belakangnya, saat ia melangkah demi langkah pergi dari ballroom itu tercium juga wangi parfum yang sangat familiar itu membuatku membeku ditempat, semua terasa hening dalam keramaian dan perlahan aku mengangkat kepalaku, manik mataku bergerak perlahan menatap ke arahnya yang kini hampir menghilang di telan pintu masuk balroom. Mengerjapkan mataku cepat, agar tersadar dari lamunanku, aku segera bangun dari dudukku di lantai saat aku mendengar suara Nike memanggilku untuk makan bersama, aku mendekatinyya dan kami menyantap hidangan bersama. Di tengah kunyahan kami, datanglah sosok pria tinggi tegap juga sangat tampan berjalan pasti mendekati kami, pria itu berhenti tepat didepan ayah Nike yang langsung di sambut peluk hangat oleh ayah Nike. “Maaf Pak, saya telat datang karena harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang terjadi di luar dugaan dan rencana.” “Bapak bisa mengerti, Lion. Apakah kamu datang langsung dari bali ke mari?” “Ya, pak.” Jawab Lion dan ayah Nike itu langsung merangkul Lion mengiring nya ke arah prasmanan. “Bapak harus mengucapkan terima kasih banyak sudah berbesar hati rela datang menghadiri undangan ini, dari luar kota langsung kemari maski menyakitkan. Sebenarnya bapak masih mengharapkan kamu. Tapi, Kamu pasti menemukan seseorang yang lebih baik lagi untukmu kelak.” Ucap ayah Nike yang menuntun Lion menuju meja prasmanan disana. “Kamu pasti lapar, ayo kita makan bersama.” Lanjut Ayah Nike mengajak Lion yang hanya mengangguk dan menunjukkan senyum tipisnya. “Saya pikir saya terlambat, pak.” Ucap Lion di sela-sela suapan nasinya. “Jadi tadi saya memutuskan untuk hadir sebentar kemudian akan langsung pulang.” Lanjutnya. “Tidak Lion, meski kau tidak jadi mantuku, bukankah kita tetap keluarga? Jadi jangan canggung dan merasa sungkan begitu.” “Terima kasih, pak. Telah sudi menganggapku sebagai keluargamu.” *** Mentari pagi menyapa, aku menggeliat ketika wajahku terkena sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah gordeng, merasa kurang nyaman. Aku membuka mataku perlahan, oh matahari hari ini sangat bersemangat menyinari bumi kota Jakarta ini, aku merenggangkan otot-otot tubuhku agar tidak teasa kaku. Aku mulai menguap dan menjuntaikan kaki telanjangku membiarkannya menyentuh lantai, ku ayunkan kakiku menuju jendela dan ku gapai gorden yang ada di kamar itu, aku membukanya, lalu berjalan menuju kamar kecil bersiap untuk mandi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD