bc

Lianhe for General

book_age16+
17
FOLLOW
1K
READ
possessive
powerful
princess
royalty/noble
bxg
swordsman/swordswoman
royal
sword-and-sorcery
kingdom building
passionate
like
intro-logo
Blurb

Jang Lianhe adalah seorang gadis yang memiliki sifat bebas serta tak ingin terikat oleh aturan rumit bangsawan. Mempunyai keluarga harmonis, kecantikan alami dan juga kedudukan membuat kebahagiaan hidupnya selalu cukup. Hingga sebuah titah dari Kaisar memerintahkan dirinya untuk menikah dengan seorang Jenderal perang yang memiliki watak tegas, disiplin dan sangat berwibawa.

Hong Zitao, Jenderal Agung yang berprestasi dalam bidang militer dan perang. Ia sudah mengabdi pada kekaisaran dengan menjaga perbatasan negara, menumpas habis para pemberontak dan juga melindungi tanah airnya dengan begitu setia.

Bagaimana jika seorang gadis bebas aturan disandingkan dengan sosok jenderal yang tegas? Apakah Lianhe bisa meluluhkan hati Zitao yang tegas nan kejam?

chap-preview
Free preview
LFG 1 : AWAL MASALAH
Sebuah kereta kuda melintasi perbatasan gerbang kota, di dalamnya terdapat seorang gadis muda yang tengah memejamkan mata menikmati perjalanannya kembali ke rumahnya. Sejak tiga bulan ini ia mengunjungi neneknya yang tinggal di luar kota, baru hari ini ia kembali. “Berhenti!” Suara dari arah luar sana terdengar mengalun. Sontak saja sang kusir kereta pun menghentikan laju kudanya, pemberhentian secara mendadak membuat sang gadis yang ada di dalamnya hampir terjungkal ke depan. Matanya terbuka dengan cepat, menilai situasi di luar. “Chunwei, ada apa?” Ia menyingkap jendela kecil yang berada tepat di sampingnya. “Petugas gerbang kota menghentikan kereta kita, entah lah mungkin ada pemeriksaan.” Chunwei adalah seorang dayang muda berusia Sembilan belas tahun, ia merupakan kaki tangan kepercayaan sang majikan. “Berikan identitas kita, aku ingin segera sampai di kediaman dan merebahkan punggungku yang pegal.” Perjalanan selama Sepuluh jam telah ia tempuh, punggungnya terasa kebas. “Baik, Nona.” Chunwei mendekati petugas yang berjaga di gerbang kota, ia memberikan identitas nona mudanya agar diizinkan masuk. “Ini adalah surat identitas milik Nona kami,” ujar Chunwei menyerahkan kertas yang terbuat dari sabut kelapa. Petugas itu memicingkan matanya membaca tulisan kertas, ia agak ragu. “Kau yakin yang ada di dalam adalah Nona Lianhe?” Petugas itu mencurigai Chunwei. “Ya, Nona Lianhe baru pulang setelah melakukan perjalanan mengunjungi neneknya.” “Demi keamanan ibukota, kami harus memeriksanya.” Petugas itu hanya ingin menjalankan tugasnya dengan baik, akhir-akhir ini gejolak dua negara tengah berlangsung sengit, pihak istana meminta agar para petugas penjaga gerbang teliti dalam memeriksa identitas siapa pun yang keluar masuk. “Ia adalah Nona pertama keluarga Jang, kenapa kau mempersulit kami?” “Kami hanya menjalankan perintah.” Sedangkan di dalam, Lianhe tengah menguap lebar, ia hanya ingin segera kembali pulang karena sangat merindukan ranjang empuknya. “Chunwei, kenapa kita tidak melaju?” Sayup-sayup suara seraknya terdengar, ia mengantuk karena tidurnya terputus akibat kereta kuda yang berhenti mendadak hampir membuatnya terjungkal tadi. Chunwei pun menyingkap jendela nonanya. “Petugas gerbang memintamu memperlihatkan diri, demi keamanan katanya.” Masih dengan wajah kuyu karena kantuk, Lianhe mau tak mau pun turun dari keretanya agar masalah ini cepat kelar. “Apa pemeriksaan berjalan dengan lancar?” Seorang pria bertubuh tegap nan kekar datang menghampiri petugas tadi. Dari jauh ia melihat bahwa anggota prajuritnya terlibat sedikit adu argumen dengan Chunwei, maka dari itu ia berinisiatif menghampirinya. “Kami berusaha bertugas semaksimal mungkin, Jenderal.” Petugas yang juga salah satu prajurit itu menjawab. Lianhe, sosok gadis yang berada di dalam kereta pun akhirnya menampakkan wujudnya, ia menapaki tangga kereta kudanya dengan tergesa-gesa. Hanya saja kakinya terpeleset dan membuatnya hampir terjatuh, tapi saat itu juga ada sebuah tangan yang menangkap tubuhnya. Pria yang dipanggil dengan nama Jenderal itu menangkap tubuh Lianhe agar tidak jatuh ke tanah, tangannya memegang erat pinggang gadis itu, selama beberapa saat keduanya saling bertatapan mata. “Maaf, terima kasih.” Lianhe lebih dulu menyadari suasana, ia pun segera menegapkan tubuhnya. “Hati-hati, Nona.” Lianhe mengangguk kecil. Chunwei mendekati majikannya. “Ini adalah Nona Lianhe, putri pertama dari keluarga Jang.” Prajurit tadi pun langsung memberikan gerakan hormat pada Lianhe, siapa yang tidak mengenal gadis itu? Keluarga Jang adalah sepupu dekat istana kekaisaran, ayah dari Lianhe merupakan adik dari mendiang Kaisar terdahulu. “Nona Lianhe, maaf atas gangguan ini, saya hanya melakukan tugas untuk memeriksa setiap orang yang masuk ke ibukota.” Prajurit petugas gerbang itu masih menunduk dengan segan. “Aku mengerti, apa sekarang kami bisa melanjutkan perjalanan?” Lianhe terlalu lelah sehingga ia terburu-buru ingin pulang, selain itu ada keluarga yang menunggu kepulangannya. Jika ia lama di perjalanan, mungkin saja ayah dan ibunya akan khawatir. “Silahkan, Nona Lianhe.” Lianhe memberi kode pada Chunwei pertanda bahwa mereka harus melanjutkan lagi perjalanannya. Lianhe berbalik menuju ke keretanya, ia juga sempat bersitatap dengan Jenderal yang menolongnya tadi, ia memberi anggukan kecil sebagai tanda kesopanan. Sang Jenderal menatap Lianhe sampai gadis itu masuk ke kereta kudanya. Ringikan kuda terdengar bersamaan dengan langkahnya yang menjauhi gerbang perbatasan ibukota. “Terus teliti dalam memeriksa identitas setiap orang yang masuk.” “Baik, Jenderal. Anda baru saja tiba di ibukota fajar tadi, apakah Anda akan bermalam di sini?” “Tidak, aku akan masuk istana hari ini juga.” “Anda banyak berjasa bagi negara ini, Kaisar pasti sangat bangga pada Jenderal.” Prajurit itu memuji jenderalnya dengan kagum, memang tidak ada yang bisa menandingi prestasi Jenderal muda itu. Sang Jenderal hanya mengangguk kecil sebagai balasan. Sementara itu di lain tempat, setelah setengah jam melakukan perjalanan dari gerbang perbatasan hingga sampai ke kediamannya, Lianhe sudah disambut oleh keluarganya. “Lianhe, putriku!” Jang Shuyu terlihat bahagia melihat putrinya akhirnya tiba di rumah dengan selamat. Lianhe menatap orangtua dan adiknya, senyum lebar terlukis dari bibir manisnya. “Ibu, Ayah, aku merindukan kalian.” Lianhe langsung berhambur memeluk ayah dan ibunya, tiga bulan serasa bertahun-tahun kala ia tak bertemu orangtuanya. “Akhirnya kau kembali juga, bagaimana kabar nenekmu?” “Nenek baik-baik saja, sayang sekali aku tidak berhasil membujuknya untuk tinggal bersama kita.” “Nenekmu sudah memutuskan untuk menetap di kota asal mendiang suaminya, kau tahu sendiri kakek dan nenekmu adalah pasangan sejati.” Jang Xiumin menimpali. “Ayah benar.” “Kakak, apa kau tidak merindukanku?” Itu adalah Zehan, adik laki-laki Lianhe. Usianya terpaut dua tahun dari sang kakak, sifatnya yang konyol dan sering teledor. Meski begitu, kedua bersaudara itu saling menyayangi. “Jang Zehan, tentu saja aku merindukan adik kecilku ini.” Lianhe langsung merangkul Zehan dengan erat, membuat pemuda itu tersenyum lebar. “Apa yang kau rindukan dariku?” “Aku rindu menindasmu,” jawab Lianhe dengan alis naik turun. Senyuman lebar Zehan pun luntur, ia mendengus kecil. Kakak beradik itu seperti kucing dan tikus ketika bersama. “Sudah-sudah, pertengkaran kalian lanjutkan saja nanti. Lianhe, kau melakukan perjalanan jauh maka dari itu beristirahat lah, setelahnya ibu akan meminta dayang dapur untuk memasak makanan favoritmu.” “Baik, Ibu.” Lianhe pun berpamitan pada orangtuanya, ia memang ingin pergi ke kamar dan merebahkan diri. Sedang disebuah istana kekaisaran yang nampak luas nan megah, berdiri lah seorang pria bertubuh tegap nan gagah, tangannya saling tertaut membentuk gestur hormat. “Salam hormat hamba pada Yang Mulia Kaisar,” ucapnya dengan sopan. “Bangunlah, Jenderal.” Kaisar Mingwei menerima hormatnya. “Terima kasih, Yang Mulia.” “Kau baru saja tiba dari perbatasan dan singgah di gerbang ibukota, seharusnya kau bisa beristirahat di sana tanpa terburu-buru datang ke sini.” “Saya tidak berani, selain itu mengharap pada Anda secepat mungkin adalah tanggung jawab saya pada negeri.” “Hahaha, aku suka anak muda dengan pemikiran sepertimu. Jenderal, aku memiliki hadiah untukmu karena kau sudah berjasa menjaga perbatasan, sudi kiranya kau menerima hadiahku ini.” “Saya tidak berani menolak,” balasnya dengan patuh. Kaisar mengangguk-angukkan kepalanya mengerti, ia pun melirik pada kasimnya memberi sebuah perintah. Kasim pun membacakan titah yang sudah Kaisar buat untuk Jenderal Zitao. “Jenderal Hong Zitao, selama tiga tahun ini kau mengabdi pada rakyat dengan menjaga perbatasan. Kau juga berjasa dalam memenangkan perang, Kaisar Mingwei memberimu hadiah berupa pernikahan dengan seorang putri bangsawan bernama Jang Lianhe.” Kasim itu membacakan semuanya dengan lantang. Beberapa Menteri yang juga ada di sana pun terkejut, mereka berpikir titah ini terlalu buru-buru, terlebih lagi Zitao baru saja menapakkan kakinya di ibukota. Memang benar bahwa istana berhak mengatur pernikahan para anggotanya, tapi pernikahan Zitao terkesan buru-buru. Zitao hanya diam tanpa membantah, meski dirinya sendiri belum memikirkan pernikahan. Namun, sebagai bawahan ia harus selalu patuh dengan pemimpinnya. “Jenderal Hong Zitao, apakah kau menerima titah dari Kaisar?” “Saya bersedia menerimanya,” jawabnya dengan sangat patuh. Kesetiaan Jenderal Zitao memang tidak perlu diragukan, hidup mati pria itu dipersembahkan untuk tanah air tercintanya. Kaisar tampak puas mendengar jawaban Zitao, ia menjodohkan Zitao dengan Lianhe bukan tanpa alasan. Sebenarnya Lianhe adalah keponakannya dan termasuk dalam anggota istana, ia menyayangi Lianhe seperti anak sendiri, untuk itu ia mencarikan jodoh terbaik bagi keponakannya. Kaisar Mingwei tahu bahwa Zitao adalah sosok pemuda yang setia dan bertanggung jawab, dan pastinya akan cocok dengan Lianhe. “Keponakanku Lianhe adalah gadis yang baik, kalian cocok jika disandingkan sebagai suami istri.” “Keputusan Kaisar selalu tepat.” “Persiapan lamaran hingga tanggal pernikahan akan diurus oleh Menteri Rumah Tangga, kau juga akan dipertemukan dengan Lianhe tiga hari lagi. Sekarang kau boleh kembali, istirahat lah dengan baik.” Kaisar mempersilahkan Zitao untuk kembali. “Saya undur diri.” Zitao pun pergi dari hadapan Kaisar, ia akan kembali ke rumah dinasnya yang berada tak jauh dari istana ini. Titah ini begitu tiba-tiba dan mengejutkan dirinya, jika boleh jujur sebenarnya Zitao belum memikirkan masalah pernikahan, ia fokus mengabdikan diri pada negara ini. Namun, sekali lagi perintah Kaisar tidak bisa ia tolak. Entah bagaimana rumah tangganya nanti berjalan, ia harap agar istrinya tidak berharap lebih padanya. Hong Zitao, pertama kali ia masuk istana adalah ketika usianya menginjak Limabelas tahun, ayahnya menginginkan agar Zitao menjadi tentara yang hebat dan mampu melindungi tanah airnya. Namun, saat Zitao sedang fokus menimba ilmu di akademi istana, berita duka pun menghampiri dirinya, ayah dan ibunya tewas saat perjalanan dari luar kota. Zitao remaja sangat terpukul dan hampir hilang semangat, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk tinggal di kamp militer dan menjalani hari-harinya di sana. Setelah dewasa, ia pun mengajukan diri menjadi penjaga perbatasan dua negara dan diangkat sebagai jenderal perang yang agung. Di sana lah Zitao menjalankan tugasnya dengan baik sebagai tentara negara, namanya menjadi terkenal ke seluruh pelosok negeri. “Tuan Muda, akhirnya kau tiba.” Bibi Zhang menyambut majikannya dengan hati bahagia, wanita berusia Limapuluh tahun itu adalah dayang mendiang ibu Zitao dulunya. Ia memilih mengikuti Zitao hingga pria itu sedewasa sekarang, Zitao mempercayakan urusan rumah pada Bibi Zhang. “Bibi Zhang, apa kabar?” Zitao menyempatkan diri menyapa wanita tua itu. “Kabar Bibi baik, justru harusnya Bibi yang bertanya padamu, Tuan Muda menghabiskan waktu untuk membela negara dan jauh dari rumah, apakah semuanya berjalan dengan baik?” Bibi Zhang sangat menyayangi Zitao seperti putra sendiri. “Semuanya baik.” “Jenderal,” sahut seseorang dari pintu gerbang rumah. Terlihat seorang pemuda berusia Duapuluh tahun menghampiri Zitao, ia tergesa-gesa karena suatu hal. “Apakah kabar mengenai pernikahanmu dengan Nona pertama keluarga Jang adalah benar?” Kabar begitu cepat meluas, tak heran jika apa pun pasti akan diketahui oleh khalayak. Zitao mengangguk sebagai jawaban. Bibi Zhang yang baru mengetahui kabar ini pun ikut terkejut, kenapa sangat tiba-tiba sekali? “Kau tidak menolak titah Kaisar?” Zitao menggeleng. “Jika menurut Kaisar hal ini terbaik, lalu untuk apa aku menolak?” “Terbaik? Jenderal, kau tidak tahu rumor yang beredar mengenai Nona Lianhe itu.” “Ada apa dengan Nona Jang?” tanya Zitao, ia sudah lama menetap di kamp militer dan perbatasan sehingga tidak mengerti tentang rumor di ibukota. “Nona Lianhe itu sangat bebas dan kurang beretika, keluarganya juga sangat memanjakannya. Terakhir kali sekitar tiga bulan yang lalu, ia bermasalah karena mematahkan kaki seorang pemuda yang menggodanya.” Shiuyan bergidik ngeri saat menceritakan kisah Lianhe yang santer terkenal itu. “Bukankah bagus jika ia membela diri?” Zitao menaikkan sebelah alisnya, memangnya ada yang salah saat seorang gadis membela harga dirinya? Shiuyan melongo mendengar balasan Zitao. “Maksudku bukan seperti itu, tapi coba saja Jenderal pikirkan kembali, seorang gadis dengan sifat bar-bar dan tidak tahu etika, apa ia cocok denganmu?” “Apa kau sudah pernah mengobrol atau setidaknya menyapa Nona Lianhe?” Shiuyan menggeleng. “Belum.” Zitao menepuk bahu Shiuyan pelan. “Jika kau belum mengenalnya, lalu bagaimana kau bisa mengetahui sifat sebenarnya?” Zitao tersenyum kecil, lalu setelahnya ia pun pergi dari sana. Shiuyan dan Bibi Zhang menatap punggung majikannya yang mulai menjauh. “Jenderal Zitao kenapa bisa sesantai ini?” Shiuyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook