bc

Finding Comfort

book_age16+
1
FOLLOW
1K
READ
adventure
friends to lovers
goodgirl
comedy
sweet
bxg
lighthearted
love at the first sight
passionate
stubborn
like
intro-logo
Blurb

What is perfect Life for a young lady? Kekayaan? Impian yang tercapai? Kehidupan cinta yang bahagia?

Namanya Luna Putri Hadinata. Perempuan muda penuh keinginan. Dari luar,terlihat seperti wanita mapan yang bahagia. Namun, seperti apa kehidupan asli si gadis dengan segudang mimpi ini?

Namanya Julian Pradipta Iskandar. Orang menyebutnya si tampan yang baik hati. Tersenyum setiap saat adalah kebiasaannya. Apa yang terjadi dengan senyumnya ketika bertemu dengan gadis pemimpi seperti Luna?

Namanya Marvin Anggara. Pemuda banyak tingkah yang hobi tebar pesona termasuk pada Luna. Sebahagia apakah dirinya ketika melihat Luna tersenyum?

Ketiganya dihadapkan pada sebuah kisah rumit. Mampukah mereka menemukan solusi untuk kebahagiaan masing-masing?

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Darling Harbour. Juli 2021 “Alright, Thank You. Have a lovely night.” Seorang gadis muda berjalan menuju pintu keluar sebuah toko roti terkenal di Australia. Langkahnya yang santai lalu membawanya menuju keramaian di sudut kanan dekat dengan danau. “Oh, ada live music.” Gumam gadis itu dalam hatinya. Ia pun sedikit mendekatkan diri ke arah sumber suara. Rupanya ada 2 orang pemuda yang sedang bernyanyi. Keduanya membawa gitar mereka masing-masing. Bernyanyi layaknya penyanyi profesional. Terlihat para penonton yang kala itu memakai jaket dan sarung tangan yang tebal begitu menikmati penampilan mereka. Sesekali, kedua pria muda itu ikut mengoyangkan kepala dan kaki sembari mengikuti alunan musik dari gitar yang mereka mainkan. Bulan Juli di Australia merupakan puncak dari musim dingin. Suhunya bisa mencapai 5 derajat. Tapi itu semua tidak bisa mengurungkan niat orang-orang untuk berjalan-jalan di kawasan Darling Harbour. Daerah wisata yang terkenal di kalangan turis lokal dan mancanegara. Semakin malam menjelang, akan semakin banyak orang berdatangan. Gadis itu melirik jam tangan yang melingkar di lengan kanan. Sudah hampir 10 menit ia menikmati pertunjukan musik dari kedua pria tampan di depannya ini. Ia tidak begitu mengetahui lagunya. Namun, ia menyukai liriknya. “Thank you everyone! Have a great night!” Musik pun berakhir seiring dengan orang-orang yang memberikan beberapa koin dan uang lembaran di sebuah kotak besar yang sudah disediakan kemudian pergi melanjutkan wisata malam mereka. “Nice duet. I like the lyrics.” Ujar gadis itu sembari mengeluarkan 2 dollar Australia dan beberapa keping koin. Kedua pemuda itu tersenyum ramah. “Thank you. Glad you like it.” Jawab salah satu pemuda berperawakan tinggi dengan rambut pirangnya. Sepertinya pemuda ini merupakan warga asli Australia. “Yup. Liriknya simpel tapi manis.” Balas gadis itu kembali lalu tersenyum. “Oh, itu. Orang di sebelahku ini yang menulis liriknya.” Pemuda berambut pirang tersebut lalu mengoyangkan bahu teman di sebelahnya. Membuat pemuda itu sedikit salah tingkah. “Ya. Begitulah.” Ujar pria satu lagi. Berperawakan tinggi dengan rambut hitam seperti orang Asia. “Senang bisa bertemu dengan dua musisi hebat seperti kalian di liburanku yang singkat ini.” Ujar gadis itu. Ia kembali tersenyum. “Liburan? Ah! Pasti turis yang sedang bermain ke Darling Harbour. What’s your name? Where are you come from?” Tanya si pria bule sembari membereskan peralatan dan gitar miliknya. “Oh, Luna. From Indonesia.” Jawab si gadis lalu kembali tersenyum menjabat tangan si pria lokal dan pria Asia di sampingnya. “Really? Julian! Kamu bukannya orang Indonesia juga?” Sontak lelaki berambut pirang itu menepuk pundak teman di sebelahnya. Si pria Asia yang Luna dengar bernama Julian. “Ah.. yeah.. Salam kenal, Luna. Senang rasanya bisa ketemu sesama orang Indo di Aussie.” Pria bernama Julian itu tersenyum ramah lalu menyapanya dengan bahasa Indonesia yang fasih. “Mate! Kamu temenin dia jalan-jalan besok pagi gimana? Jarang-jarang kamu ketemu temen satu negara. Di kampus pun ga banyak orang Indonesia, right?” Lagi-lagi teman di sebelah Julian bertanya. Membuat Julian semakin salah tingkah. “All.. alright. How about you, Luna? Karena kita juga baru ketemu hari ini, aku ga akan maksa kamu. Takutnya kamu risih. Tapi.. kalau kamu mau, aku bisa ajak kamu keliling Sydney besok pagi. Kebetulan aku libur. Kamu liburan sendiri atau sama keluarga?” Tanya Julian pada Luna. Alis Luna sedikit naik. Mencoba mempertimbangkan tawaran Julian. Sekilas, ada sedikit senyuman yang terlihat dari mulut Julian. “Hmm.. boleh. Aku kebetulan liburan sendiri. Kalau kamu ga sibuk, aku terima tawaran kamu.” Luna kemudian menjabat tangan Julian. “Oh, by the way, What’s your name? Maaf aku lupa bertanya.” Luna tertawa melihat pria di sebelah Julian. Ia sampai lupa kalau ada pria lain yang ikut dalam perbincangan ini. “Thomas. My name’s Thomas Hardy.” jawabnya lalu menjabat tangan Luna. “Ok. Karena semuanya sudah beres. Kamu juga dapet kenalan baru. Sepertinya kita harus pulang.” Ajak Thomas pada Luna dan Julian. Rupanya sudah hampir jam 12 malam. “I think so. Luna? Kamu pulang sendiri? Nginep di daerah mana?” Tanya Julian dengan bahasa Indonesia. Membuat Thomas bingung lalu menggelengkan kepalanya. “Aku nginep daerah sini juga kok. Aku stay di Royal Plaza. Dari sini tinggal jalan kaki 15 menit.” Ujar Luna yang sama-sama menggunakan bahasa Indonesia. “Aku ga ngerti kalian ngomongin apa. Are you guys talking about me?” Thomas yang semakin kebingungan pun bertanya. Namun, Julian dan Luna hanya tertawa. “Chill, kita ga ngomongin kamu. Aku hanya bertanya soal Luna. Dia nginep di daerah mana.” Jelas Julian masih menahan tawanya. “Okay then. Aku udah punya firasat aneh. Kalian para turis asing kadang selalu berbicara yang aneh-aneh tentang kami.” Thomas kemudian sedikit memajukan bibirnya. Membuat Julian dan Luna kembali tertawa geli. “Kami bukan orang jahat. Kamu tenang aja.” Kata Luna menenangkan Thomas. Pria itu pun akhirnya bisa kembali tersenyum. “Ok. Seeee.. you.. tommorow?” Luna mengantungkan kalimatnya. Bahkan ia sendiri bingung kenapa dirinya menerima ajakan Julian dan Thomas. Dua pria yang baru saja ia kenal hari ini. “Yup. Sampai ketemu besok ya.” Kata Julian yang dibalas anggukan kecil dari Thomas. “Wait! Kita ketemu disini lagi?” Tanya Luna yang bingung. Ia nyaris saja lupa bertanya masalah janji akan bertemu dimana esok hari. “Sure. Kalau kamu ga keberatan. Tapi, kalau kamu mau ketemu di tempat lain, boleh..minta.. kontak kamu?” Tanya Julian sopan. Sedikit ragu, ia kemudian memberikan nomor pribadinya pada Julian. Ia pun agak takut. Namun, ia berada di luar Indonesia seorang diri. Bertemu dengan sesama orang Indonesia di negara lain seharusnya bisa membuatnya merasa aman. “Oke. Kita ketemu di sini lagi ya besok pagi.” Julian kembali memastikan. “Iya. Jam 10 pagi?” Tanya Luna. “Boleh. Aku besok free. Jadwal kuliah kosong.” Julian tersenyum. “See you tommorow, Young Lady.” Thomas tersenyum ramah lalu berjalan ke arah lain bersama dengan Julian. Setelahnya, Luna berjalan kaki menuju tempatnya menginap. Di perjalanan menuju pulang, Luna bisa melihat deretan pertokoan yang mulai menutup gerai mereka masing-masing. Keramaian pun mulai hilang digantikan dengan keheningan. Turis yang sedari tadi berlalu lalang kini tidak terlihat. Luna menyusuri jalanan dengan santai sembari mengeratkan jaketnya yang mulai longgar. Liburannya kali ini memang ia dedikasikan untuk dirinya sendiri. Belakangan ini, ia mengalami burnout. Kelelahan fisik dan mental yang cukup berat akibat tekanan yang ia terima di kantor. Karena itu, Luna sendiri ingin pergi sebentar dengan berlibur sendiri tanpa ada gangguan dari siapapun. 15 menit berjalan kaki, gadis itu pun sampai di depan pintu hotel. Seorang pria pun menyapanya ramah. Callum. Begitu nama yang Luna baca di seragam hitam milik pria tersebut. “Having fun?” Tanya Callum, si petugas security yang bertugas malam ini. “Kinda. Aku baru menonton pertunjukan musik jalanan di Darling Harbour. Aku juga beli ini.” Luna tersenyum lalu menunjukkan kantong putih besar yang ia bawa sedari tadi. “Ah! Bread’s Factory! Kamu rupanya tahu toko roti yang enak ya.” Callum tertawa begitu pula dengan Luna. “Aku sengaja. Kata temanku, kalau ke Sydney, aku harus makan croissant coklat milik Bread’s Factory.” “Yup. Best Croissant in Sydney.” Ujar Callum tersenyum. “Kalau begitu, aku masuk dulu ya.” Luna pun pamit pada Callum untuk masuk ke kamarnya. “Ok. Good night, young lady.” Ujar Callum lalu menggeser badannya sedikit untuk memberi jalan pada Luna. Setelahnya, Luna pun masuk ke dalam lift lalu menekan tombol 10 di lift. Gadis itu merebahkan badannya di kasur yang empuk setelah seharian berjalan-jalan. Baru saja ia merebahkan badannya, ponselnya bergetar. Raut wajahnya seketika berubah ketika ia melihat isi pesan yang masuk ke handphone. ‘Lun, kamu pulang selasa kan? Jangan lama-lama ya. Adrian butuh kamu di kantor.’ Prima Hadinata, sang ayah mengirim pesan padanya. Luna menghela nafasnya. Ia ingin sekali berlibur. Melepaskan penat yang ia rasakan selama ini di kantor. Namun, ayahnya kembali meneror dirinya. “I wish i can be free. “ Batin Luna lalu tertidur 20 menit kemudian.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook