bc

Chasing Loyalty

book_age18+
10.9K
FOLLOW
89.7K
READ
family
drama
tragedy
comedy
sweet
office/work place
betrayal
secrets
like
intro-logo
Blurb

Cerita ketiga Tetralogi Keluarga Nashid

Kara tak pernah tahu, keputusannya menerima tawaran menjadi pengacara Julian membawa kisah hidupnya jauh di luar dugaan. Pria m***m itu bukan hanya mengejar cintanya tak kenal lelah, tetapi juga merongrongnya untuk menikah.

Pengalaman traumatis pernah ditinggalkan membuatnya tak ingin lagi mengenal kata cinta.

Namun siapa mengira, jika kasus malpraktik yang menimpa Julian memiliki benang merah

dengan masa lalunya.

“Love is just a piece of s**t!”

“Just ‘til you find the right piece to hold.”

“Kau bukan kepingan yang ingin kugenggam.”

“Kenapa kau yakin sekali? Kita tidak akan pernah tahu.” Ian menggeleng. “We don’t know it … yet.”

Ketika sepasang insan yang sama-sama pernah tersakiti itu dipertemukan, apakah mereka akan saling menyakiti atau malah saling menyembuhkan?

chap-preview
Free preview
1. Kara Bethany Akvari
Kara menyusun berkas-berkas yang berserakan di atas meja, lalu mengelompokkannya ke dalam bundel berdasarkan jeniskasus yang telah selesai ditangani. Bulan ini ia menyelesaikan beberapa kasus pelik yang menguras tenaga. Kara sendiri tidak mengkhususkan diri pada bagian-bagian tertentu dan terhitung mampu masuk ke berbagai lini. Masalah rumah tangga, perceraian, kriminal atau tindak pidana, bahkan sesekali perkara perdata, di mana manusia terkadang menjadi serakah karena harta. Posisinya sebagai senior associate di firma besutan ayahnya, mewajibkannya selalu dituntut jeli menangani setiap permasalahan yang ada. Ketajaman intuisi dan cara berpikir membuat namanya semakin melejit. Ia dikenal sebagai lawyer cantik dengan lidah berbisa. Banyak jaksa yang menghindarinya di pengadilan, kecuali mereka punya segudang bukti untuk menjatuhkan klien yang tengah ia dampingi. Tidak hanya itu, Kara bersama dengan Satya, kakak angkatnya, dinobatkan mengurus firma hukum yang membawahi banyak pengacara handal tersebut sejak sang ayah memutuskan pensiun. Tentu saja, tanggung jawabnya semakin bertambah. Ia menginjak pedal gas dengan kecepatan di bawah rata-rata. Sebenarnya, ia ingin melaju lebih cepat. Namun, kondisi jalanan  sore hari di kota besar bukanlah ajang untuk unjuk kecepatan. Tiap sebentar macet seperti khasnya ibu kota. Setiap pagi dan sore ibarat parade kendaraan dengan bermacam merek dan tipe. Kalau saja ada acara fashion show khusus mobil dan motor, tentulah Jakarta pantas dinobatkan sebagai runway abadi yang tak pernah sepi. “Hai, Ma,” sapanya seraya mencium pipi ibunya yang tengah mengusap-usap ponsel. Di usia kepala enam, ibunya masih eksis bercengkrama di media sosial seperti kaum muda saat ini. Diana balas mengecup pipi Kara. “Hai, Ka. Gimana sidangnya? Sukses?” “Sukses, dong. Anaknya Babe!” Kara menaikturunkan alis dan duduk di samping ibunya. Sebelah tangannya membuka sepatu. “Huu … sombong!” Diana mencibir. “Oh, ya, tadi Airin ke sini,” tukasnya lagi.  Kara sontak menoleh. Alisnya bertaut. “Ngapain?” “Nyariin kamu.” Kara hanya membalas dengan decakan sinis.  “Airin kurus banget, lho, Ka. Katanya dia lagi mengikuti treatment buat …” Diana mengingat-ingat ucapan Airin ketika datang ke rumah, “penyakit jantung. Ya, itu.” “Biarkan saja, Ma. Kalau dia mampus, aku yang datang paling awal ke pemakamannya!”  “Hush! Nggak baik ngomong begitu. Airin itu sahabatmu dari kecil.” Kara memutar bola mata. “Sahabat apaan? Nggak ada teman yang makan teman seperti dia!”  “Maafkanlah Airin, Ka. Sampai kapan kamu akan memelihara dendam? Toh, juga bukan sepenuhnya salah Airin—” “Lalu, salah siapa? Aku?” Kara menunjuk dirinya sendiri. “Ka ....” “Stop, Ma! Sepertinya anak Mama adalah Airin, bukan aku!” “Kara!” Kara mengangkat sebelah tangan tanda tidak ingin berdebat. Kakinya mengentak-entak menuju kamarnya di lantai dua, meninggalkan ibunya yang menatap tajam dari belakang. Terdengar suara pintu ditutup kasar. Heels yang tadi ia jinjing, dilemparkan ke sudut kamar dan meninggalkan sedikitgoresan samar di dinding. Mulutnya mengomel tidak karuan. “Ngapain lo di kamar gue?!” bentaknya pada Hanif yang sedang duduk di depan komputernya. “Pinjam sebentar, komputer gue kena virus,” jawab si sulung itu seenaknya. Jemarinya luwes memainkan tetikus kecil di atas meja. “Halah, alasan! Bilang saja lo lebih betah di sini. Kamar lo udah kayak kapal kena tornado. Gue jadi kasihan sama Mbak Sofi setelah kalian menikah nanti,” sindir Kara tajam. Hanif menjentikkan jari. “Nah, that’s it! Makanya, bantuin gue, ya?”  “Ngapain?” “Beresin kamar gue. Nanti gue traktir pizza, deh!” Kara mendengkus, “Murah amat? Gue masih punya duit buat beli pizza, Mas.” “Terus, lo mau apa?” “Wine.” “Astagfirullah!” Hanif geleng-geleng kepala. “Tobat, Non! Apa enaknya, sih, minum alkohol?” Kara mengangkat bahu, kemudian menghempaskan badannya di atas tempat tidur tanpa membuka blazernya terlebih dahulu. Jemarinya meraih ponsel dari dalam tas.  Hanif melirik adiknya sedih. Mereka bertiga memang hanya anak angkat bagi Ben dan Diana, tapi ia menyayangi Satya dan Kara seperti saudara kandung.  “Salat, tuh, sudah Maghrib!” seru Kara mengusir Hanif dari kamarnya. Dalam keluarganya, hanya Hanif yang berbeda. Hanif mempertahankan keyakinannya dari lahir, meski entah bagaimana ceritanya dia bisa diadopsi pasangan yang berbeda agama. Diana dan Ben pun tidak pernah mempermasalahkan pilihan anak-anaknya. Agama adalah ranah pribadi masing-masing. Keluarga mereka cukup moderat untuk tidak ikut campur urusan spiritual setiap anggotanya. Setelah Hanif pergi, Kara melanjutkan mengusap ponselnya. Ia membuka galeri foto dan menatapnya lamat-lamat. Satu tetesan bening lolos dari sudut mata. Tak lama kemudian, tangisnya pun pecah. Ia bergegas menyembunyikan isak  pilu di bawah bantal yang disungkupkan ke atas kepalanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook