Ian mengutuk mulutnya yang kelepasan bicara. Ingin ia menenggelamkan diri ke dasar samudera Hindia demi menghindari suasana awkward yang menelannya bulat-bulat. Air mukanya berubah pucat pasi. Kara dan Hanif menatapnya tajam. Sofi dan Satya terlihat menahan tawa. Ben menatapnya datar. Sementara Diana terlihat canggung, tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, Diana bertepuk tangan sambil tertawa memecah keheningan. “Ayo semuanya, kita makan malam dulu sebelum berperang. Nggak enak maju ke medan tempur dalam kondisi lapar. Benar ‘kan, Ian?” Ia mengerling pada Ian yang terlihat salah tingkah. Ian masih menggenggam tepian piring dengan erat. “Taruh dulu piringnya. Kasihan, nanti remuk,” sambung Diana mengedipkan matanya dan menepuk bahu Ian. Ian gelagapan. Keringatnya mengucur deras. Ia m

