Tiga hari tidak masuk kantor membuat pekerjaan Kara menumpuk. Beberapa map dan bundelan kertas bertumpuk rapi di atas meja. Ia sibuk menelepon klien dan membuat janji temu sembari menggoreskan pena di buku agenda. Tangannya sesekali mengarahkan tikus kecil di depan monitor untuk bekerja. Kara tak mengacuhkan ponselnya yang berteriak sedari tadi. Dahulu, ia sempat memblokir nomor tersebut. Setelah mengganti ponsel, tak terpikirkan olehnya untuk memblokirnya kembali. Setelah kedatangannya dan orang tuanya ditolak oleh Kara, Bram belum menyerah. Semangatnya tak pernah patah. Kiriman bunga dan makan siang masih mampir setiap hari. Tindakan Bram tersebut, bukannya membuat Kara luluh atau senang. Sepanjang hari ia terus menggerutu, kesal karena penolakannya tak diindahkan. Pintu kantornya t

