“HAHAHA ... !!! Kau ini lucu sekali!” Gelegar tawa membahana menyambut pengakuan Ian. Kara sampai terbungkuk-bungkuk memegangi perutnya. Wajahnya memerah dan kedua sudut matanya mengeluarkan air. “Apanya yang lucu?” Ada dua reaksi yang Ian perkirakan setelah pernyataan cintanya. Kara menerima atau menolaknya. Melihat Kara terbahak-bahak membuat perutnya mulas. Sepertinya, kata cinta tersebut hanya dianggap lelucon konyol belaka. Ian sendiri memang belum yakin dengan perasaannya. Pernyataan itu meloncat ibarat kentut yang jika ditahan malah jadi penyakit. Satu hal yang pasti, urusannya dengan Kara tidak hanya akan berakhir di tempat tidur seperti dengan perempuan lain. Persetan bila ia diterima atau ditolak. Itu urusan nanti. “Kau yang lucu! Demi apa kau harus mengatakan cinta padaku,

