Bab 43

1217 Words

Bagaskara Dua bulan sudah berlalu dan aku masih berada di kota Bogor. Pikiranku seringkali tiba-tiba kosong ketika mengingat tentang Vania yang sedang mengendong bayi. Ditambah mimpiku juga semakin parah. Anak kecil itu kini sudah tumbuh lebih besar, tapi wajahnya masih menatapku penuh dengan kebencian. Aku sendiri tidak tahu alasannya apa, tapi yang jelas aku tidak kenal bentuk wajahnya. Dia terlihat seperti anak orang luar. Anehnya, kenapa dia hadir di dalam tidurku? "Model yang kemarin kita hubungi, dia menolak untuk bekerja sama dengan kita," ucap Kevin tiba-tiba membuyarkan lamunanku. "Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" Aku menatapnya tidak suka. "Sudah, malah beberapa kali. Sayangnya kami tidak mendengar dan fokus melamun," ucapnya kesal. Aku menatapnya lekat, lalu memintanya untu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD