Aku pikir Mas Bagaskara akan segera pulang ketika tidak menemukan keberadaanku, tapi ternyata tidak. Aku rasa dia mengetuk semua pintu rumah yang ada di depan matanya. Kepala yang tadi hanya sakit sebentar, kini kembali berdenyut sampai membuatku merasa tidak berdaya. Bahkan nafsu makan seketika hilang. Bibirku tidak berhenti melafazkan zikir dan selawat. Sungguh, aku berharap dia segera pergi dari lingkungan ini. Aku tidak ingin kembali padanya dan hidup satu atap dengannya lagi. Aku yang sedang ketakutan tambah kaget ketika mendengar getaran ponsel. Untung saja aku mengubah nada deringnya menjadi getar, kalau tidak, sepertinya sekarang aku sudah ketahuan oleh Mas Bagas. Segera aku mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja rias. Ternyata pesan dari Leo. Leo: Aku minta maaf tidak

