Chapter 3

1249 Words
Naya terus menghela nafasnya kasar. bosan, itulah yang saat ini ia rasakan. Bagaimana tidak, sudah 2 hari ini raka melarang nya keluar rumah, yang harus dilakukannya hanyalah istirahat dan istirahat. Semenjak hari dimana bayu mengantarnya pulang, raka menjadi semakin possessive, bahkan dia melarang naya untuk pergi kemanapun apalagi menemui bayu. Karena sedang tak mau berdebat, akhirnya Naya pun hanya bisa menurut walaupun sekarang ia menyesal menuruti raka untuk tetap diam dirumah. Wanita itu menoleh ke samping nakas tempat tidur dimana ponselnya berada. Setelah melihat siapa yang menghubunginya, Naya pun langsung mengangkat nya. Naya : "Halo," Jeni : "Naya kamu dimana ? Cepat ke butik sekarang !!!" Naya : "Ada apa jen ?" Jeni : "Butik kamu akan di tutup paksa oleh pihak perpajakan," Naya : "Apa? Jen jangan bercanda," Jeni : "Aku sedang tidak bercanda !! Cepat kesini sekarang !!" Naya : "Tap-.. Jeni : "Cepat kesini atau butikmu akan di tutup !!!" Sambungan pun ditutup secara sepihak oleh Jeni membuat Naya Seketika panik. "Raka kemana sih, Kenapa ponsel nya susah di hubungi," Karena sudah tidak ada pilihan, akhirnya Naya pun memutuskan untuk pergi ke butik, Urusan raka dia akan menerima jika akan di marahi nanti nya. ::: "Maaf, anda tidak bisa menutup butik ini begitu saja," ucap Jeni pada petugas yang di utus untuk menutup butik naya. "Sudah jelas butik ini tidak membayar pajak selama satu tahun, Jadi butik ini harus segera di tutup paksa," "Tapi anda tidak bisa melakukannya, tuan," "Jen , ada apa ?" tanya Naya yang baru saja datang. "Nay , ini mereka mengaku orang orang dari pihak perpajakan akan menutup butik mu," "Apa anda pemilik butik ini ?" tanya salah satu orang itu. "Iya, Saya pemilik butik ini. Kalau boleh saya tahu ada masalah apa tuan sampai butik saya harus di tutup paksa?" "begini bu, berdasarkan catatan perpajakan butik ibu sudah 1 tahun tidak membayar pajak. Dan itu sudah melanggar hukum, Ibu bisa saja di penjarakan karena melanggar hukum," "Apa ? Maaf pak tapi saya selalu membayar pajak tepat waktu setiap bulannya," ucap naya karena dia merasa sudah menyuruh karyawan nya membayar pajak. "Tapi didata kami butik ibu sudah 1 tahun tidak membayar pajak. Dan ini surat penutupan butik nya," Naya menerima surat itu dan membaca nya teliti. "Tidak mungkin pak. Saya benar benar membayar pajak tepat waktu," "Maaf bu, masalah ini bisa ibu urus dikantor. Sekarang butik ibu akan kami tutup," "Tidak jangan !! Pak saya mohon jangan," Naya berusaha menahan orang orang yang akan menutup paksa butik nya. "Minggir bu. Kami mohon kerjasama nya," "Tidak ! Saya benar benar sudah membayar pajak tepat waktu. Saya mohon jangan tutup butik saya," Orang orang itu tak memperdulikan naya yang terus memohon agar butiknya tidak di tutup. Hingga terjadilah sedikit adu dorong. "Bapak boleh menutup butiknya, tapi saya mohon jangan kasar pada teman saya !" ucap Jeni sedikit keras saat melihat salah satu dari mereka mencoba mendorong Naya. "Pak, saya akan urus semua ini tapi saya mohon jangan tu-.. Akh!" Belum selesai Naya menyelesaikan ucapannya, Tiba tiba salah satu orang itu mendorong tubuhnya. Naya menutup matanya rapat rapat namun dia sama sekali tak merasakan sakit karena terjatuh. "Kamu gapapa ?" Naya membuka matanya saat mendengar suara seseorang. "Kamu tak apa kan ?" tanya orang itu lagi. Naya membulatkan matanya kaget saat menyadari bahwa saat ini dia berada dalam dekapan Bayu. Bayu yang baru saja datang tak sengaja melihat Naya yang di dorong kemudian dengan sigap dia menangkapnya tubuh naya agar tidak terjatuh. "Nay , kamu gapapa ?" tanya Bayu lagi membuat naya langsung berdiri tegak. "G-gapapa. makasih kamu sudah menolongku," Bayu hanya membalas dengan senyumannya. "Kami sudah selesai ,kalo begitu kami pergi," pamit orang orang tadi lalu pergi meninggalkan butik naya. Naya hanya bisa menangis melihat butiknya yang sudah di tutup. ::: TOK... TOK.. "Masuk," "Maaf pak, sekretaris baru bapak sudah datang," "Suruh dia masuk," "Baik pak," Tak lama kemudian masuklah wanita cantik dengan tubuh langsing menghadap Raka. "Permisi pak, saya sekretaris baru bapak," ucap wanita itu. Raka mendongak, menatap kaget sosok wanita yang saat ini berdiri di didepannya. Cantik, Itulah kata yang keluar dari mulutnya. Hanya sekedar memuji tanpa tertarik sedikitpun. "Duduklah," Wanitu itu mengangguk lalu duduk. "Jadi ini bos baruku ? Astaga kenapa tampan sekali," batinnya. "Siapa nama mu ?" "Perkenalkan nama saya Naura, Pak," Raka mengangguk "Naura, Kamu sudah tahu kan apa saja yang harus kamu kerjakan ?" Naura mengangguk "sudah pak," "Baik, nanti siang aku ada rapat jadi kamu ikut bersama ku," Naura mengangguk lagi. Saat raka ingin mengambil berkas yang akan dibawa ke rapat nanti dia baru ingat jika berkas nya tertinggal di rumah. "Ada apa pak ?" "Ah ini, berkas yang akan dibawa rapat nanti tertinggal di rumah," "Lalu bagaimana ?" "Mau tak mau harus di ambil dulu, tapi aku masih ada pekerjaan sekarang," "Kalo boleh biar saya yang ambilkan, kalau bapak mengizinkan," "Apa tak apa ?" "Tak apa pak. Bapak bisa tuliskan alamat rumah bapak," Raka pun mengangguk kemudian menulis alamat rumah nya di sebuah kertas "Nanti kamu akan bertemu istriku, bilang saja kamu ingin mengambil berkas yang tertinggal," "Istri ? Bapak sudah mempunyai istri ?" tanya Naura kaget, dia kira Raka masih sendiri. "Iya, ada apa ?" "Ah tak apa kalau begitu saya pergi sekarang pak," . . Naya tak bisa berhenti menangis karena melihat butiknya yang sudah di tutup. Wanita itu saat ini sedang berada disalah satu cafe yang letaknya tidak jauh dari butiknya. "Kalau boleh tahu ini ada masalah apa ya ?" tanya Bayu. Niat awal Bayu datang ke butik hanya untuk menanyakan kabar jas yang ia pesan disana, Namun saat sampai ditempat, dia justu melihat seorang pria bertubuh besar dengan sengaja mendorong tubuh Naya sampai hampir terjatuh, Beruntung dirinya dengan cepat menolong Naya. "Butik Naya tidak membayar pajak selama setahun," jawab Jeni saat Naya hanya diam saja. "Hiks aku selalu membayarnya hiks tepat waktu, Jen. Aku tak mungkin hiks melakukan pelanggaran itu," sahut Naya. "Tapi pihak perpajakan tak ada data kamu membayar pajak, Nay," "Hiks kamu tak percaya padaku ? Bukankah selama ini aku selalu membayar tepat waktu ?" "Aku tahu, aku juga bingung. Atau mungkin kamu lupa," "Aku tak akan lupa dengan hal semacam itu,Jen," Sentak Naya terbawa emosi saat Jeni tak percaya padanya. "Ehem maaf kalau aku ikut campur. Kalau boleh tahu, apa kalian sendiri yang membayar pajak nya ke kantor perpajakan ?" tanya Bayu menyela obrolan mereka. Naya menggeleng "aku selalu menyuruh karyawan ku," "Sepertinya ada yang tidak beres," "Maksud kamu ?" "Naya, kamu merasa selalu memberi uang pada karyawan mu untuk membayar pajak setiap bulan nya kan ?" Naya mengangguk. "Tapi di data kantor perpajakan kamu sudah 1 tahun tak membayar pajak. Jadi aku rasa karyawan mu tak membayarkan pajak itu," "Apa ? Maksud kamu dia hanya menerima uangnya tanpa membayarkannya ke kantor pajak ?" Bayu mengangguk ragu. "Tapi tidak mungkin. Dia sudah lama bekerja di butik ku dan dia selalu membayarkan pajak nya," "Tapi yang di omongin Bayu ada benar nya, Nay. Bisa saja dia sedang butuh uang, Kamu orang nya terlalu percaya pada orang,Nay," ::: Pukul 6 sore Naya baru pulang ke rumah nya, Tadi setelah mengobrol dengan Bayu dan Jeni, Dia langsung pergi ke apartment karyawan yang ditugaskan untuk membayar pajak butiknya, memastikan bahwa tuduhan Bayu dan Jeni salah. Namun saat ia sampai disana, orang yang di cari nya tak ada. "Raka sudah pulang ? Astaga mati aku," gumam Nya saat melihat mobil Raka sudah terparkir rapi di garasi. Dengan sedikit keberanian, Naya langsung masuk kedalam rumah karena dia membawa kunci cadangan. "Dari mana saja kamu ?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD