UL 4

957 Words
Abra menatap sebal kearah Huda yang sedang memiting leher Prilli, entah kenapa dia tidak suka melihat kedekatan Huda dan Prilli. Abra tetap tidak mengalihkan pandangannya saat matanya bertemu dengan Prilli, tidak seperti biasanya. Dia akan selalu membuang pandangannya dan berpura pura acuh saat Prilli mendapatinya sedang menatapnya. Tapi, sepertinya tidak untuk kali ini. Dia benar benar tidak peduli sekalipun Prilli berpikir, dia sedang mengawasinya, dia benar benar tidak peduli. Yang dia pedulikan hanya satu, dia tidak suka melihat Prilli bersama Huda. Dia hanya suka melihat Prilli yang selalu mendekatinya. Dia suka saat Prilli memanggilnya dengan sebutan 'bebeb'. Dia suka caranya memanggil dirinya. Dia suka saat cewek itu cemberut karena diacuhkan. Dia suka saat cewek itu menjauhinya dari siapapun cewek yang berani mendekatinya. Dia suka caranya yang selalu menyapanya setiap pagi. Terlalu banyak hal yang Abra suka dari Prilli, yang tentu saja itu berkaitan dengan dirinya. Abra tau, jika Prilli dan Huda adalah teman sejak SMP, tapi tetap saja dia tidak suka. Dia tau tatapan Huda kepada Prilli, tatapan seorang pria yang menyanyangi wanitanya. Jangan tanyakan dia tau darimana, tentu saja instingnya sebagai lelaki yang memberitahunya. "Bebeb." Abra mendengar Prilli memanggilku sambil meringis. Abra melihat Huda memegang kening April ke belakang, posisi mereka terlalu dekat seperti sedang berpelukan dengan April yang bersandar di d**a Huda.  "Nggak gitu. Bilang gini, Huda ganteng lepasin gue dong." Abra menajamkan pandangannya kearah Prilli dan Huda. Dia mendengus kesal mendengar kata kata Huda. "Isshh, Huda ganteng lepasin gue dong!" Abra semakin kesal saat mendengar Prilli menuruti perkataan Huda, dia mengepalkan kedua tangannya. "Nggak pake ngedumel, Pril!"  Ingin rasanya Abra menerjang Huda dan melepaskan Prilli. Dia tidak suka melihat Prilli disentuh orang lain, walaupun dia sendiripun tidak pernah menyentuh Prilli. "Huda ganteng, tolong lepasin gue dong." "Anjir, Huda April so sweet." ejek Rahmat. "Lo berdua cocok, buruan jadian gih!" tambah Acha. "Asli, kalian berdua emang bener bener cocok!" kali ini Malik yang berkata. Abra mendengus saat mendengar teman temannya menyoraki dan menjodoh jodohkan Huda dan Prilli. Apanya yang cocok? Mereka sama sekali nggak cocok. "Udah, lo sama Huda aja biar gue yang sama Abra." sebenarnya Abra tidak suka saat Angel berusaha mendekatiya, Abra ingin mengusirnya jika Angel sudah mengusiknya tapi dia tidak ingin. Abra ingin Prilli lah yang menjauhkan semua wanita yang menganggunya, sama seperti selama ini yang dia lakukan. "Mata lo. Ogah gue sama anak monyet!" Abra menahan senyumnya saat mendengar perkataan Prilli, itu tandanya Prilli tidak suka dengan Huda, dan itu membuatnya senang. "Gue tembak, lo pasti nerima juga." cibir Huda. Rasanya Abra ingin memukul wajah Huda yang diakuinya lumayan tampan walaupun tidak setampan dirinya. Dia ingin menghilangkan senyum kepedean diwajah Huda. "In your dreams, boy!" Diam diam Abra tersenyum tanpa ada satupun yang menyadarinya. Dia sangat senang mendengar jawaban Prilli yang sarat akan penolakan. ****************         Bunyi bel pulang menghentikan semua aktivitas belajar para murid. Abra menuju motor ninja merah kesayangannya yang terparkir rapi. Dia menaikinya dan menjalankannya pergi meninggalkan area sekolah. Abra memelankan laju motornya saat dia melihat tubuh orang yang dikenalnya sedang berdiri dihalte bus. Abra menghentikan motornya saat berada didepan Prilli yang sedang berdiri menunggu bus. "Bebeb?" Prilli terkejut saat Abra berhenti didepannya.  "Buruan naik!" tawar Abra, Prilli hanya diam.  "Tapi--" "Buruan atau gue tinggal." kata Abra final dan mau tak mau, Prilli naik diatas motor Abra dengan bantuan Abra. "Pegangan." Prilli memegang bahu Abra, saat Abra menyuruhnya berpegangan. "Gue bukan tukang ojek." dengus Abra, apa Prilli mengira dirinya ini tukang ojek yang pegangannya dipundak.  "Eh?" Prilli bertanya tidak mengerti. "Pegangan yang bener." Abra menarik tangan Prilli dan menaruhnya melingkupi pinggangnya. Awalnya Abra menegang saat merasakan tangan Prilli dipinggangnya tapi itu hanya berlangsung sebentar, tubuhnya langsung menjadi lebih rileks saat merasakan Prilli yang menyandarkan kepalanya dipunggung Abra, dia tau jika Prilli sedang tersenyum saat ini. "Jangan tidur!" Prilli merakasan kenyamanan yang tadi dirasakannya menghilang saat dia mengangkat kepalanya dari punggung Abra. "Gue nggak tidur." Prilli sedikit berteriak agar suaranya bisa didengar Abra. "Oh. Lo pacaran sama Huda?" pertanyaan Abra yang tiba tiba membuat Prilli terdiam, dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan mendadak dari Abra. "Nggak lah, yakali!" jawab Prilli yang dibalas anggukan oleh Abra, tanpa sepengetahuan Prilli, Abra tersenyum dibalik helmnya. Abra menghentikan motornya saat sampai didepan rumah Prilli. Dia melihat sebentar kearah rumah Prilli yang lumayan besar. Jika rumah Prilli sebesar ini, kenapa dia bersekolah menggunakan bus? Itu pertanyaan yang berputar dikepala Abra sekarang. "Makasih." tanpa membalas ucapan Prilli, Abra melajukan motornya meninggalkan Prilli yang masih berdiri ditempatnya tadi.  ******************     Prilli memainkan i-phonenya sambil tersenyum senyum. Saat ini dia tengah asik mengobrol ria dengan grup line kelasnya. Nanda :  Cieee yang ada diantar bebeb Abra pulang :p *senggol Prilli Acha : Yakin itu diantar pulang? Pulang ke rahmatullah kali wkwk Prilli : Anjir! Lo pikir gue mati. Acha : Lo nya idup. Tapi otak lo yang mati, nggak berfungsi. Nanda : Cha, temen gue loh itu! Haha Angel : What? What? What? Prilli diantar pulang Abra? Gosip darimana itu? Prilli : Malaikat maut datang, hoaammm Angel : Nan, temen lo ngeselin! Rahmat : Berisik! Huda : Berisik! (2) Malik : Berisik! (3) Dimas : Berisik! (4) Nanda : Para lelaki berisik! Acha : Para lelaki berisik! (2) Angel : Para lelaki berisik! (3) Prilli mematikan notification line nya. Dia ingin tidur nyenyak tanpa gangguan obrolan grup yang tidak jelas dari teman teman sekelasnya. Prilli memejamkan matanya dengan senyuman, dia berharap bisa memimpikan Abra.         Seorang gadis tertawa riang saat sang kekasihnya mendorong ayunan yang sedang didudukinya, gadis itu menoleh kebelakang dan memberikan senyuman terbaiknya. "Garinnnnnnnn!" Mimpi indahnya berubah saat tiba tiba sang gadis melihat kekasihnya yang sedang berjalan dengan wanita yang tidak dikenalnya. "Dia siapa?" tanya gadis yang bersama pria itu. "Aku nggak kenal." ucapan sang pria membuat gadis yang didepannya menatapnya dengan mata berkaca kaca. "Kamu nggak kenal aku?" tanya gadis itu dengan suara bergetar menyembunyikan tangisnya yang sebentar lagi akan keluar. "Maaf, gue nggak kenal lo." tanpa berkata apa apa lagi, sang pria meninggalkan gadis itu yang terduduk menangis kencang menatap kepergian sang kekasih yang tidak mengenalnya dengan wanita yang tidak dia kenali.     Prilli terbangun saat mimpi itu datang. Mimpi itu selalu datang menghantuinya, sang mantan kekasih -yang sampai saat ini tidak bisa dilupakannya- selalu saja menganggunya dalam mimpinya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD