UL 5

1228 Words
Prilli menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya. Dia tidak menghiraukan teman temannya yang sedang mencatat di buku tulis masing masing. Pagi ini, Prilli sangat merasa ngantuk setelah mimpi semalam yang membuatnya tidak bisa kembali tidur nyenyak. Garindra Dewanto, nama itu selalu terngiang dikepalanya. Dia menyanyangi cowok itu sekaligus membencinya. Cowok yang pernah mengisi kehidupannya dengan cinta lalu mengubahnya menjadi kebencian. "Pril, oyyy!" teriak Nanda tepat ditelinga April. Prilli mengangkat kepalanya, matanya menatap sendu kearah Nanda. "Astaga Prilli, lo kenapa?" Nanda langsung duduk ditempat duduknya saat melihat wajah Prilli yang terlihat agak pucat. Prilli menggeleng lemah lalu kembali menelungkupkan kepalanya. Nanda memegang kening Prilli yang terasa hangat. Nanda mengangkat kepala Prilli dengan paksa. "Badan lo anget, lo sakit?" tanya Nanda cemas. "Sakit apaan sih, gue cuma kurang tidur semalem." jawab Prilli. "Kalau ada guru masuk, bangunin gue." lanjutnya lalu membenamkan kembali wajahnya dilipatan tangannya diatas meja. Sebenarnya Prilli tidak merasakan sakit apapun, dia hanya sedikit pusing karena semalam dia tidak tidur setelah mimpi itu.  "Ssttt Pril, ada guru." Nanda menyenggol lengan Prilli, Prilli mengangkat kepalanya lalu mengucek matanya. Ibu Tika masuk kedalam kelas setelah mengucapkan salam yang dibalas serempak dengan muridnya. Ibu Tika mengabsen satu persatu muridnya. "Narendra Abraham." ibu Tika menatap keanak muridnya satu persatu. "Abra kemana?" tanya bu Tika pada anak muridnya. Prilli memandang tempat duduk Abra yang kosong, dia tidak menyadarinya tadi.  "Nggak tau bu, tapi kayanya telat deh." jawab Angel. "Eh lo, Ngel jangan ngomong gitu nanti yang punya bebebnya marah." ejek Acha. "Emang Abra punya pacar? Mana?" balas Angel sambil melirik Prilli. Teman temannya yang lain hanya tertawa kecil melihat keributan yang pasti selalu menyangkut Prilli. "Tumben Prilli diem." kata Rahmat berlebihan. "Apaan sih, gue lagi males ngomong." balas Prilli jutek. "Jiaahhh, jutek amat si neng!" kata Huda, yang lain langsung tertawa sementara Prilli hanya memutar bola mata malas. "Assalamualaikum!" suara tawa tadi langsung berhenti, mereka semua serempak melihat ke pintu dimana Abra sedang berdiri. "Telat lagi, Abraham?" sindir bu Tika saat Abra berdiri didepan meja guru. "Iya, bu." balas Abra cuek tak menghiraukan temannya yang tertawa. "Ya sudah, duduk ditempatmu." Saat Abra melewati meja Prilli, dia menatap bingung Prilli. Tumben sekali Prilli tidak menyapanya. Apa mungkin Prilli lagi sakit? Dilihat dari wajahnya yang agak pucat, sepertinya tebakannya itu benar. Abra menatap punggung Prilli, dia merasa heran dengan sikap gadis itu. Dia merasa paginya yang hampa tanpa sapaan dari Prilli. "Pril, woy!" panggil Huda dari tempat duduknya. Prilli memutar badannya untuk menatap Huda. "Apaan?" tanya Prilli. "Sini dulu deh!" dengan malas Prilli menghampiri Huda. "Buruan. Apaan sih?" tanya Prilli malas, pasalnya dia ingin tidur selama 3 jam pelajaran kosong tapi malah diganggu Huda. "Duduk ah, sini!" Huda menarik tangan Prilli lalu mendudukan Prilli dikursi sebelahnya. "Eh, Prilli minggir dong! Gue mau duduk ini" kata Panji, teman sebangku Huda. Baru saja Prilli berdiri dari duduknya sudah dipaksa duduk kembali oleh Huda. "Udah, sini aja." kata Huda melarang Prilli pergi. Panji yang tau apa maksud teman sebangkunya itupun langsung pergi tanpa berkata apa apa lagi. "Tuh kan, Panjinya kasian. Tempat duduknya juga ini." kata Prilli sebal. "Tumben banget. Biasa juga nggak peduli." ejek Huda yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Prilli. "Ish lo! Gue mau tidur, monyet!" seru Prilli kesal lantaran Huda yang memanggilnya malah asik sendiri dengan main Ps dilaptopnya. "Hmmm." balas Huda acuh. "Dasar anak monyet sialan!" Prilli menutup laptop Huda dengan kasar. "Apa mau marah?" tanya Prilli dengan wajah super galak. Huda yang baru saja ingin protes langsung membungkam mulutnya. "Gue sebel. Lo yang manggil gue, eh lo nya malah asik sendiri. Bete gue!" Prilli memajukan bibirnya, hari ini moodnya benar benar hancur. "Oke oke, gue minta maaf deh. Janji nggak lagi lagi." mohon Huda. "Gue nggak butuh maaf!" balas Prilli cuek. "Gue janji deh, nggak nyuekin lo lagi." tanpa mempedulikan Huda, Prilli berjalan meninggalkan Huda. Huda mengejar Prilli dan menarik lengan Prilli untuk berhenti saat Prilli ingin duduk ditempat duduknya. "Duh Pril, jangan ngambek dong. Gue janji bakalan nurutin semua permintaan lo, asal lo nggak cuekin gue lagi." pinta Huda dengan wajah memohon. Prilli menatap datar Huda, lalu tersenyum saat sebuah pikiran melintas dikepalanya.  "Yakin bakalan nurutin apa yang gue mau?' tanya Prilli dengan nada datar, padahal dikepalanya ide jahat sudah terlintas untuk Huda. "Yakin, Pril serius!" balas Huda pasti. Prilli menatap Huda sambil tersenyum miring. "Yakin, Da?" tanya Prilli sekali lagi untuk memastikan, Huda mengangguk ragu. Dia tau apa maksud senyuman Prilli, cewek itu pasti akan mengerjainya. "Yakin nggak nih Da? Kalau ragu mending nggak usah deh!" kata Prilli datar hendak duduk ditempat duduknya tapi kembali ditahan Huda. "Astaga, gue yakin Pril. Serah lo deh, mau ngapain." seru Huda pasrah, dia ikhlas akan diperlakukan seperti apa oleh Prilli nanti, yang penting Prilli tidak lagi mencuekinya. "Oke, kalau gitu gue mau--" Prilli menaruh jari telunjuknya didagu, seakan sedang berpikir. "Lo nyanyi lagunya geboy mujaer, sambil joget." lanjut Prilli membuat Huda melongo. "Apa? Geboy mujaer sambil joget?" tanya Huda dengan wajah kaget. "Yaiyalah, didepan situ" balas Prilli lalu menunjuk depan kelas. "Oh Tuhan, lo niat ngerjain gue ya? Masa didepan kelas, yang ada gue malu." kata Huda frustasi, dia tidak mau menuruti perkataan Prilli tapi dia juga tidak ingin cewek itu mencuekinya. "Tuhkan, yaudah kalau nggak mau. Tapi jangan pernah ngomong sama gue lagi!" ancam Prilli final, dia duduk ditempatnya tanpa melihat Huda lagi. "Ekhem ekhem. Tolong perhatian semua." Prilli menatap Huda didepan kelas dengan menahat tawanya. Dia tau Huda akan melakukan semua keinginannya walaupun dengan terpaksa, tidak peduli apakah hal itu memalukan atau tidak, yang jelas Huda akan melakukannya. Sebenarnya Prilli bohong jika berkata tidak akan menegur Huda, karena Huda sudah dia anggap sebagai teman baiknya jadi mana bisa dia tidak berbicara sedikitpun dengan Huda. Lagipula playboy macam Huda harus sekali kali dibuat malu biar sok kegantengannya hilang. "Gue bakalan nyanyi sebuah lagu, biar seseorang nggak marah lagi sama gue." Huda menatap Prilli lalu meringis kecil sementara Prilli hanya mencoba menahan tawanya yang sudah ingin keluar. Di geboy geboy mujaer Nang ning nung  Nang ning nung Huda bernyanyi dengan suara yang keras dan tidak lupa dengan jogetan ala dangdutnya yang membuat semua orang tertawa. Huda terus bernyanyi tanpa mempedulikan teman temannya yang menertawakannya, dia harus rela menahan malu untuk kali ini saja. Cukup sekali. Prilli tidak berhenti tertawa melihat Huda, dia tidak menyangka jika Huda yang dikenal sebagai 'playboy' mau melakukan hal yang memalukan demi dirinya. Sementara itu, Nanda menatap Huda dengan pandangan sedih kemudian beralih menatap Prilli dengan pandangan marah. "Huda, stop it!" seru Nanda. Huda langsung menghentikan nyanyian dan jogetannya, dan yang lainpun berhenti tertawa begitu juga dengan Prilli.  Prilli mengangkat sebelah alisnya menatap Nanda, dia membalas tatapan Nanda dengan bingung. "Lo kenapa, Nan?" tanya Prilli. Nanda menggebrak mejanya lalu berdiri diikuti Prilli yang heran dengan tingkah sahabatnya. "Lo kenapa sih, Nan? Ngapain gebrak meja gitu?" tanya Prilli dengan menaikkan suaranya satu oktaf. "Lo, yang apaan!" seru Nanda sambil menunjuk wajah Prilli. Semua orang langsung terdiam dan melihat bingung kearah Nanda yang tiba tiba marah. "Maksud lo?" tanya Prilli, kali ini dengan suara yang rendah, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. "Huda!" jawab Nanda keras, dia menutup matanya lalu menatap kecewa kearah Prilli. Prilli yang tau arti tatapan Nanda lansung terdiam, dia mengerti kenapa Nanda bisa semarah ini. Dia tau apa penyebabnya. Huda yang mendengar Nanda menyebut namanya, melihat Nanda dan Prilli yang saling menatap dengan bingung. "Apaan sih, Nan. Kenapa gue?" tanya Huda, dia menghampiri Prilli dan Nanda. Semua teman temannya masih menikmati tontonan gratis ala dua sahabat yang katanya selalu bersama. "Lo apa apaan! Mau banget buat malu diri lo sendiri, dan lo Pril, kenapa lo tega buat Huda kayak gitu!" seru Nanda, Huda tercengang mendengar jawaban Nanda. "Nan, gue nggak ada maksud apapun. Gue cuma buat seru seruan." kata Prilli dengan suara lembut, mencoba membuat Nanda mengerti. "Seru seruan? Lo gila, bikin malu orang itu lo bilang buat seru seruan? Lucu banget lo!" kata Nanda sinis. "Nan, gue--" Nanda menghentikan ucapan Prilli dengan mengangkat tangan kanannya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD