UL 6

908 Words
"Nan, gue--" Nanda menghentikan ucapan Prilli dengan mengangkat tangan kanannya. Huda masih bingung dengan keadaan saat ini, Nanda yang tiba tiba marah dan Prilli yang tidak bisa berkata apa apa lagi karena Nanda. "Lo yang kenapa, Nan?" tanya Huda. "Huda, ini--" lagi lagi Prilli menghentikan perkataannya. "Nggak perlu lo yang jawab Pril, biar dia yang jawab" kata Huda. Nanda melihat semuanya, dia sadar jika Huda tidak pernah melihatnya. Sangat terlihat dari cara Huda berbicara dengannya sangat berbeda dengan Prilli. Jika dengan Prilli, Huda selalu memperhatikan apapun yang dibicarakan Prilli sangat berbanding saat dengan dirinya, Huda sama sekali tidak tertarik. "Selalu. Kenapa lo nggak pernah ngeliat gue, Da?" Nanda terlihat frustasi, matanya memerah. Prilli menatap sedih Nanda, dia tidak tau jika sahabatnya akan mengungkapkan perasaannya saat ini. Sementara Huda dan yang lainnya terkejut mendengar pengakuan Nanda. "Lo, nggak pernah nyadar sama perasaan gue. Lo selalu lebih peduli sama Prilli, lo nggak pernah sekalipun tertarik sama gue. Yang lo lakuin cuma buat Prilli semua. Gue capek, capek Da!" kali ini Nanda menangis, biarkanlah semuanya menganggap dirinya tidak tau malu. Dia sudah tidak peduli lagi. Huda benar benar terkejut, dia tidak menyangka sahabat dari cewek yang disukainya ternyata menyukai dirinya. Dia tidak pernah menyangka sama sekali. "Nanda, udah--" Prilli ingin sekali menghentikan ucapan Nanda, tetapi malah Nanda yang menghentikannya. "Gue nggak tau apa mau lo, Pril. Gue selalu ngedukung lo, lo tau gue naksir Huda tapi kenapa lo nggak ngehargain gue sama sekali. Tingkah lo selalu berlebihan ke Huda!" Prilli ikut meneteskan air matanya mendengar ucapan Nanda, dia sangat tau jika Nanda menilai lebih tentang sikap yang ditunjukkannya dengan Huda. Huda merasa sedih melihat Prilli menangis, dia sangat tidak menyukai melihat cewek yang disayanginya menangis, entah itu karena siapapun atau apapun. "Cukup! Gue nggak suka drama, kalau lo emang suka sama gue, maaf gue nggak bisa bales lo." Air mata Nanda semakin mengalir deras mendengar penolakan secara langsung dari Huda, dia sangat merasa sakit dan terpukul. Prilli dan yang lainnyapun juga terkejut, mereka memberikan tatapan kasihan kepada Nanda. "Nanda!" teriak Prilli, saat Nanda berlari meninggalkan kelas dengan air mata. Prilli ingin mengejar Nanda tapi tangan seseorang menahan pergerakannya. "Huda, gue pengen ngejer Nanda. Lepasin!" Prilli berusaha melepaskan cengkraman Huda ditangannya tetapi tidak bisa, rupanya Huda memegangnya dengan erat. "Biarin dia tenang. Gue juga nggak bisa nerima dia, karena gue emang nggak suka sama dia. Maafin gue udah buat lo sama sahabat lo berantem." Tubuh Prilli melemas mendengar perkataan Huda. Saat ini mungkin hubungannya dengan Nanda akan merenggang. Huda mendudukan Prilli ditempat duduknya, dia mengelus lembut rambut Prilli mencoba menenangkan cewek pujaannya itu. Prilli merasakan dirinya sangat lelah, dan tanpa sadar dia tertidur dengan air mata. ********************** Abra melihat semuanya. Semua tontonan yang disajikan antara dua sahabat, Prilli dan Nanda. Dia melihat pertengakaran itu tanpa berkata apa apa. Abra hanya selalu fokus dengan cewek yang sedang tidur dimejanya, yang dia tau jika cewek itu masih menangis dalam tidurnya. Dari awal melihat pertengkaran itu, dia sudah tidak menyukainya. Alasan sepele, hanya karena seorang cowok. Bisa membuat dua orang sahabat bertengkar. Sudahkah dia beritahu, jika dirinya benar benar tidak menyukai cowok yang bernama Huda itu. Huda selalu mendekati Prilli entah dengan cara dan alasan apapun. Abra memperhatikan Prilli yang sedang tidur dari jauh, dilihatnya bahu cewek itu masih bergetar. Apakah cewek itu sangat sedih dengan pertengkarannya tadi?. Abra tidak suka dengan perasaan khawatir yang dirasakannya untuk Prilli, ingin sekali dia menentang semua yang dirasanya tapi hatinya tidak bisa mengingkari semuanya. Abra menghembuskan nafasnya lelah, dia ingin saat ini Prilli menjadi Prilli -nya yang selalu menganggunya, bukan Prilli yang sedang sedih seperti saat ini. ***************** Nanda duduk digazebo taman samping sekolah, dia terus membiarkan airmatanya mengalir tanpa ada niat untuk menghapusnya. Dia sangat terpukul mendengar penolakan secara langsung dari cowok yang dicintainya itu, dia tidak pernah menyangka jika rasanya akan sesakit ini. Nanda memutar kembali kejadian sebelum dia pergi meninggalkan kelasnya. Dia mengingat Prilli, seharusnya dia tidak berkata seperti itu kepada Prilli. Bagaimanapun Prilli tidak salah, dan sebenarnya dialah yang salah. Salahnya telah jatuh cinta kepada orang yang tidak pernah sama sekali melihatnya, dan akhirnya membuat cintanya bertepuk sebelah tangan. Seharusnya Nanda sadar, mau bagaimanapun dia menyadarkan Huda tentang perasaannya tetap saja dia tidak akan pernah berhasil. Huda hanya melihat Nanda, dan sampai kapanpun mungkin akan begitu. "Kenapa gue harus suka sama lo, Huda?" Nanda menjerit seakan menyuarakan semua rasa sakitnya. Untung saja, murid murid tidak ada yang duduk atau melintas disekitar taman belakang.  Prilli menatap punggung Nanda sedih, dia lebih memilih untuk pindah tempat duduk dibanding dia harus melihat temannya yang kecewa dengannya, lagipula ia ingin membiarkan Nanda tenang terlebih dahulu sebelum meminta maaf. Prilli tidak pindah kebangku disamping Huda seperti biasanya, ia benar-benar tidak ingin membuat sahabatnya kembali sedih dan kecewa padanya sehingga ia lebih memilih duduk bersama Vanessa dibangku kedua dari belakang dekat dinding pojok kiri. "Loh, Prilli pindah tempat duduk?" tanya ibu Meri saat ia masuk kekelas sebelum memulai pelajaran. "Hehehe iya bu, lagi pengen duduk dibelakang kok." Prilli memberikan cengiran, bu Meri hanya mengangguk dan akhirnya memulai pembelajaran. Selama jam pembelajaran berlangsung, Prilli sama sekali tidak fokus. Dia selalu melihat Nanda dari tempat duduknya, pikirannya sedang terbagi saat ini. Huda yang duduk tidak jauh dibelakang Prilli selalu menatap punggung Prilli. Sepertinya semua perjuangan akan sia sia karena sahabat dari cewek itu. Dengan sukanya Nanda kepadanya, pasti akan membuat Prilli enggan untuk membuka hati untuknya, mungkin juga Prilli akan enggan untuk menegurnya setelah semua ini. Jika ingin berkata sejujurnya, dia sangat membenci Nanda, karena rasa suka yang ditanamkan oleh cewek itu untuknya akan membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk memiliki Prilli dan akan kehilangan Prilli. Dia sangat ingin meluapkan rasa marahnya kepada Nanda, tapi dia tidak bisa melakukannya. Karena jika ia melakukannya, maka Prilli akan benar benar menjauhinya dan membencinya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD