UL 14

1163 Words

Setelah kejadian masuk ruang BK, keadaan tidak kembali seperti semula. Prilli yang duduk bersama Vanessa dengan terpaksa harus pindah duduk bersama Abra, atas paksaan dari Abra. Abra menepati perkataannya. Sejak saat itu, dia selalu mengantar jemput Prilli, memperlakukannya seperti seorang pacar. Prilli hanya menerima segalanya dengan pasrah, tidak sepenuhnya. Dia akan terus memikirkan cara untuk menjauhkan dirinya dari Abra, bagaimanapun itu akan dia lakukan, sekarang ataupun nanti. "Ishh! Abra jangan deket-deket ih, gue nggak konsen ini!" seru Prilli kesal, pasalnya Abra yang duduk disebelahnya selalu mendekatkan diri padahal dia sedang mengerjakan tugas. Abra tertawa tapi masih menempeli Prilli tanpa mau menjauh sedikitpun. "Ya Allah susahnya ngomong sama orang gila!" Prilli menghe

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD