UL 10

691 Words
Prilli menghentikan langkahnya sejenak sebelum memutuskan masuk kedalam kelas, memikirkan alasan apa yang aman diberikannya nanti kepada bu Ani -yang menjabat sebagai wali kelasnya-. Prilli menarik nafasnya pelan kemudian menghembuskan, ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. "Permisi bu." Prilli tersenyum salah tingkah sebelum berdiri disamping meja guru. "Kamu darimana saja?" tanya bu Ani. Prilli meringis sebelum menjawab. "Eh anu bu- itu saya habis dari wc." "Yasudah, duduk dibangku kamu." Prilli mengucapkan terima kasih sebelum melangkahkan kakinya. Sebelum duduk dibangku yang diduduki selama beberapa minggu ini, yang tentunya tidak dengan Nanda lagi, dia terlebih dahulu melemparkan tatapan sinis kepada Abra. Sialan, gara-gara cowok itu dia harus telat masuk kelas. Memang dasar cowok gila dingin. "Saya akan memberikan kalian tugas kelompok." kata bu Ani yang langsung disambut kecewa dengan semua muridnya. Tugas adalah musuh para murid. "Saya tidak menerima penolakan." bu Ani tersenyum memaklumi keinginan para anak didiknya itu. "Setiap kelompok harus menyanyikan dua lagu, apapun itu. Minggu depan kita praktekan." bu Ani menggelengkan kepalanya saat lagi-lagi para muridnya mendesah kecewa. "Sudah-sudah, kelompoknya akan ibu bagikan jadi harap didengarkan karena ibu tidak akan mengulanginya." Acha dan Imran Angel, Huda Prilli, Abra Nanda, Marco Prilli tidak lagi mendengarkan pembagian kelompok dari bu Ani, dia terlalu kaget saat mendengar namanya satu kelompok bersama Abra. Disatukan dengan Abra dalam satu kelompok bukanlah hal baik. Tidak akan membantunya karena cowok itu terlalu cuek, mungkin Abra hanya akan menjadi patung dibandingkan teman kelompok. "Semua kelompok sudah ibu bagi, apa ada yang ingin ditanyakan?" bu Ani menatap kesemua muridnya, siapa tau akan ada yang bertanya. "Ibu kenapa saya harus kelompok bareng Angel, suara diakan jelek bu. Ntar nilai saya turun." Huda mengeluarkan protesannya, yang lain hanya tertawa mendengarkan ejekan tidak langsung yang ditujukan kepada Angel. "Sialan lo!" seru Angel tidak terima, yang membuat suasana makin penuh tawa, bahkan bu Ani juga ikut tertawa. "Ini tugas kelompok Huda, bukan hanya suara tapi kekompakan juga sangat diperlukan disini." ujar bu Ani, Huda beserta murid yang lainnya hanya mengangguk mengerti. "Nah, sekarang silahkan duduk bersama kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi." perintah bu Ani, semua murid langsung berdiri mencari kelompoknya. Prilli duduk disebelah Abra, karena Abra sama sekali tidak bergerak. Lihat kan? Mereka hanya seperti patung yang saling berdiam diri. Hingga sampai sepuluh menit setelah mereka duduk berdampingan, tetap tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka. "Abra Prilli kalian kenapa diam saja? Diskusi!" suruh bu Ani, saat melihat dua muridnya yang tidak melakukan apa-apa, hanya diam ditempatnya. "Iya bu." Prilli dan Abra menjawab serentak, bu Ani mengangguk lalu meninggalkan mengawasi yang lainnya. "Kita pilih lagu apa?" tanya April. Abra menaikkan bahunya. "Serah lo." Prilli mendengus mendengar jawaban Abra, ini kan tugas kelompok, jika hanya dirinya yang berpikir sama saja dia kerja sendiri. Benar-benar, Abra memang sangat menjengkelkan. "Oke, gue mau kita nyanyiin lagunya Justin Bieber - That should be me." "Nggak, gue nggak suka ya lagu mellow, jangan alay!" Abra menyanggah semua ide Prilli yang sangat tidak sesuai dengannya. Abra tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya harus menyanyikan lagu sendu itu didepan kelas. Pikiran menggelikan berkeliaran dikepala Abra membayangkan dirinya bernyanyi dengan lagu itu. "Lah, lo bilang serah gue, kenapa lo nyolot gitu. Kalau lo mau, lo aja yang mikir!" seru Prilli jengkel, Abra ini sangat suka sekali membuanya kesal. "Gue bilang serah lo, tapi gue bisa nolak dong." balas Abra santai, Prilli melototkan matanya kesal. Dia harus menyiapkan ratusan stok kesabaran untuk  menghadapi Abra.  "t*i lo!" Prilli melempar bukunya kewajah Abra yang langsung dapat Abra atasi dengan gesit. Abra menatap marah pada Prilli. "Lo berani sama gue?" "Yaiyalah gue berani, siapa lo?" balas Prilli sengit. Abra pikir dia itu siapa sampai ia harus takut kepadanya? "Abra Prilli, diskusi bukan bertengkar!" bu Ani mendatangi Abra dan April, menatap kesal kedua muridnya yang membuat keributan. "Saya nggak mau sekelompok sama dia bu." Prilli menunjuk Abra. Ia tidak mau sekelompok dengan orang menjengkelkan seperti Abra, bisa bisa pita suaranya rusak karena terlalu sering tarik urat jika berbicara dengan Abra. "Lo pikir gue mau apa, yang ada ntar gue babak belur sekelompok ama lo." bantah Abra. Setelah itu Abra dan Prilli terus beradu argumen, menyalahkan satu sama lain, membuat bu Ani jadi kesal sendiri. "Ibu nggak mau tau, sampai minggu depan kalian tidak praktek, nilai kalian nol!" putus bu Ani final, memberi ancaman sepertinya jalan terbaik. Benar saja, setelah itu Abra dan Prilli diam, tidak ada yang berbicara apalagi memulai debat,  mereka hanya diam hingga jam pelajaran berakhir.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD