BAB 27

1208 Words
"Yusuf ...." Langkah Yusuf langsung terhenti saat namanya dipanggil, ia sudah tahu siapa pemilik suara itu karena pemilik suara itu terlampau sering mengganggunya sejak beberapa tahun lalu. Dia baru saja sampai di rumah sakit, tapi sudah ada yang mengganggunya pagi-pagi seperti ini. Meskipun malas, ia tetap berusaha untuk terlihat biasa saja. Kemarin ia sudah puas menceritakan banyak hal kepada ibunya, baginya hal yang terlihat biasa saja itu bisa menjadi healing. Semangatnya membuncah kembali setelah menumpahkan banyak hal kepada ibunya. Yusuf jadi berpikir, andai ibunya masih ada, ia pasti akan sangat bahagia, tapi atas dasar harapan memang tidak selalu menjadi kenyataan, sering kali harapan menghancurkan, Yusuf adalah salah satu manusia yang pernah merasakan kehancuran dari harapan. "Ada apa?" tanya Yusuf. "Aku cuma mau kasih ini, semoga kamu bisa datang, karena waktu kuliah dulu aku suka kumpul di tempat itu, jadilah tempat itu aku jadikan tempat pilihan." Meski terlihat ragu, Yusuf tetap meraih undangan dari tangan Tari. Rupanya dia mengadakan pesta ulang tahun. Rasanya Yusuf ingin tertawa, wanita berusia 26 tahun sepertinya masih ada pemikiran untuk merayakan pesta ulang tahun, dia memang kekanakan. Yusuf tiba-tiba menautkan kedua alisnya, tempat yang Tari maksud adalah tempat di mana Zulaikha bekerja. Entah mengapa bibir Yusuf langsung melengkung ke atas saat melihat itu. Hal tersebut membuat Tari jadi salah tingkah. "Baiklah, insyaallah nanti malam saya datang," ucap Yusuf. Setelah mengatakan itu dia langsung izin untuk pergi. "Yes!" ucap Tari. Beberapa hari ini Tari memang sering mengikuti Yusuf, ia mengadakan pesta ulang tahun di cafe yang sering kali Yusuf singgahi, jadi ia pikir Yusuf pasti ikut. Dan akhirnya, rencana ia berhasil. "Pagi, Dokter Tari, wah kayaknya lagi bahagia nih," ucap seorang perawat yang juga baru datang pagi ini. Tari menganggukkan kepalanya. Tak lama kemudian dia mengambil satu undangan lagi dari tasnya. "Jangan lupa datang ke acara ulang tahunku nanti malam." Sara--perawat yang baru saja menyapa Tari itu langsung tersenyum lebar. "Wah, Dokter Tari ulang tahun! Selamat ulang tahun, Dok, semoga kebaikan selalu memberkati Dokter." "Aamiin, yaudah, aku duluan, aku tunggu lho, Sara, kamu satu-satunya perawat yang dekat sama aku, yang aku sukai, jadi kedatangan kamu sangat aku nantikan." Setelah mengatakan itu Tari langsung izin pergi. Tari dan Sara memang sudah dekat sejak pertama kali Sara menjadi perawat di rumah sakit milik keluarga Yusuf ini. Sara sangat terkejut saat mengetahui kalau Tari--anak dari keluarga kaya raya pun bekerja di rumah sakit milik keluarga Yusuf, padahal kalau dia mau bisa saja membuat rumah sakit sendiri. Semakin dekat, Sara pun tahu kalau ada orang yang Tari incar di rumah sakit ini, dia adalah Yusuf, anak pertama dari keluarga Alhusayn. Tari sudah banyak bercerita dengan Sara, dia sudah menganggap Sara seperti adiknya sendiri. Karena Sara bekerja dekat dengan Yusuf, dialah yang sering kali mengabarkan keseharian Yusuf kepada Tari. Sama seperti Tari yang menyukai sikap Sara, Sara pun suka dengan sikap Tari. Tari adalah perempuan baik-baik yang pandai mencairkan suasana, saat bersamanya ia selalu bahagia. Ia jadi berpikir, kenapa Yusuf tidak pernah melirik wanita sesempurna Tari. Tak lama kemudian dia menggedikkan bahu. Yusuf itu laki-laki yang misterius, sulit dekat dengannya, dia laki-laki yang serius dan tidak terlalu suka bercanda. Jujur saja, Sara pun segan dan agak takut dengan Yusuf. Lima tahun lalu pak Alhusayn sudah memberikan kekuasaan di rumah sakit kepada Yusuf, bisa dibilang Yusuf-lah pemilik rumah sakit ini sekarang. Jadi kalau ia macam-macam, Yusuf bisa memecatnya tanpa meminta persetujuan siapa pun. Meski begitu, Sara takjub dengan Yusuf yang masih mau bergabung dengan yang lainnya setelah mendapatkan jabatan itu. *** "Mau malam mingguan, Kak?" tanya Kafka saat melihat Yusuf turun dari tangga dengan penampilan rapi. Tidak hanya itu, dia pun wangi. Kafka rasa kakak laki-lakinya itu memakai parfume tidak hanya di baju bagian luar tapi juga bagian dalam. "Datang ke acara ulang tahun Tari," ucap Yusuf jujur. Akhir-akhir ini Kafka menyangka kalau Yusuf mulai tertarik dengan Tari, tapi dugaannya tidak benar, sampai detik ini Tari tidak pernah menarik perhatian Yusuf. Yusuf kurang suka dengan perempuan yang terang-terangan menampakkan kekagumannya, ia lebih suka perempuan dengan mahkotanya sebagai wanita muslimah. Yusuf tidak mengatakan Tari murahan, hanya saja menurutnya Tari terlalu berlebihan. Kafka langsung menampakkan cengiran jail. "Kayaknya aku mencium aroma bunga mekar," ucap Kafka. Yusuf berdecak. "Jangan kebanyakan ngayal, nanti bilang sama ayah kalau ayah cariin, aku berangkat, assalamu'alaikum." Tanpa mau mendengarkan Kafka yang terus-menerus menggoda, Yusuf melangkahkan kakinya tanpa ragu hingga masuk ke dalam mobil. Mendengarkan Kafka membeo hanya akan menyakiti telinganya, tidak berguna sama sekali. Sebenarnya, yang membuat Yusuf semangat untuk datang bukanlah pesta Tari, tapi barista di tempat pesta itu berlangsung. Tiba-tiba seulas senyum tercetak kecil. Tak lama kemudian senyuman itu luntur, daripada ia berubah pikiran dan dicap sebagai pembohong, lebih baik ia segera melajukan mobil ke sana. *** Seketika orang-orang yang sudah datang lebih dulu langsung berbisik, cafe ini sudah Tari booking untuk acaranya, jadi tidak ada pembeli selain tamu undangan. Yusuf itu laki-laki dewasa yang sudah pantas menikah, banyak para perempuan yang mengidam-idamkan ia, tapi tak ada satu pun dari mereka berhasil menarik perhatiannya. Giliran orang yang tidak menatap ke arahnya dengan tatapan penuh suka plus salah satu target impian adiknya malah menarik perhatiannya. Benar yang Sara katakan, Yusuf itu misterius. Ah, lebih tepatnya aneh bukan? Tari melambaikan tangan, menyuruh Yusuf untuk ikut duduk di circle-nya yang terlihat mewah jika dibandingkan dengan circle lainnya. Tidak aneh, Tari itu selain kaya dia juga pintar, hampir semua teman dekatnya orang-orang kaya dan pintar. Meski begitu, Tari tidak pernah membatasi dengan siapa dia akan berteman. Banyak yang suka dengan Tari, baik dari kalangan laki-laki ataupun perempuan, Tari itu perempuan yang menyenangkan, bicara dengannya tidak membuat jenuh. Yusuf melangkahkan kakinya menuju ke arah Tari, tapi tak lama kemudian langkahnya terhenti ketika matanya menangkap seorang barista cantik yang menariknya untuk datang ke acara ini melewati ia. "Zulaikha?" panggil Yusuf tepat saat Zulaikha ada di hadapannya. Dia membawa nenampan kosong--habis mengantar pesanan orang. Yusuf merutuki diri, bibirnya seolah lepas landas, ia pun tak tahu mengapa bisa memanggil nama Zulaikha. Zulaikha menoleh, tak lama kemudian dia tersenyum. Jantung Yusuf berdegup kencang saat melihat pemandangan indah itu. Seketika orang-orang langsung berbisik, Tari sampai bengong karena tidak menyangka. Selama ini Yusuf jarang menyapa perempuan lebih dulu kalau perempuan itu bukan seniornya. Kalaupun dia mau menyapa lebih dulu, paling hanya anggukkan kepala, tidak sampai memanggil namanya seperti itu. Dan hal yang membuat Tari semakin aneh adalah, kenapa Yusuf bisa mengenali salah satu barista di sini sampai sedekat itu, kalau ia sampai menegur ya jelas saja sudah dekat. Apa mungkin karena terlalu sering datang Yusuf jadi dekat dengan barista itu? Tari menggelengkan kepalanya, ia yakin Yusuf bukan tipe laki-laki gampangan seperti itu, Tari pun yakin selera Yusuf itu tinggi. "Iya, Pak," jawab Zulaikha. Yusuf tersenyum kecil. Hal itu semakin membuat Tari kebingungan. Ia menautkan kedua alisnya, teman-temannya yang sudah tahu kalau Tari mengagumi Yusuf pun langsung bertanya-tanya, tapi Tari tak menjawab satu pun pertanyaan mereka. Ia yang sudah mengejar Yusuf bertahun-tahun tak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu, siapa dia? Kenapa dia bisa mendapatkan perlakuan yang selama ini Tari impikan? Hati Tari seperti tergores pisau, rasanya sesak melihat laki-laki yang selama ini ia impikan malah dekat dengan perempuan lain, yang jelas-jelas ada di bawah standarnya. "Dia bukan selera Yusuf, aku yakin itu!" tekan Tari dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa masih ada harapan untuk bisa menarik hati Yusuf.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD