Diana P.O.V Langit mulai merona jingga saat aku bersandar di kursi, boneka kelinci dari Justin duduk manis di meja samping laptopku. Udara di ruanganku yang sunyi hanya terdengar dentingan halus jam dinding serta hembusan pendingin ruangan yang lembut. Adi sudah pamit pulang setengah jam lalu, dan Pak Nasution pun kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan beberapa panggilan penting. Aku menatap lagi kartu kecil dari Justin. Hanya sepuluh kata sederhana, tapi membuatku menghela napas pelan. Ada perhatian yang hangat di dalamnya, perhatian yang tak bersuara keras tapi terasa menenangkan. Justin bukan tipe pria yang sering menunjukkan perasaan secara verbal, tapi melalui tindakannya aku bisa membaca maksudnya. Aku membuka kembali berkas perkara yang tadi sempat tertunda. Kali ini, sebuah k

