Diana P.O.V Suara notifikasi dari ponselku membuat langkahku terhenti di depan ruang kerja. Aku baru saja tiba di kantor, dan baru akan duduk ketika nama “Om Benjamin” muncul di layar. “Diana, kita perlu bicara. Aku sudah punya beberapa petunjuk. Bisa kamu sempatkan sore nanti?” Aku menghela napas panjang. Perasaan campur aduk menyeruak antara penasaran, gugup, dan entah mengapa sedikit takut kalau tebakan-tebakanku terbukti benar. Tapi aku menepisnya, memasukkan ponsel ke dalam laci dan fokus pada berkas yang menantiku di meja kerja. Hari ini aku dijadwalkan bertemu dengan calon klien baru: pasangan suami istri pemilik sebuah brand makanan sehat yang tengah tersandung gugatan kerja sama. Salah satu mantan mitra mereka menuntut hak royalti yang tidak tercatat secara legal dalam perjanj

