Chapter Two

8796 Words
Waktu terus bergulir, hari dengan cepatnya berganti sampai tidak terasa jika Andrew dan Edward bukanlah lagi anak berumur lima tahun lagi. Mereka berdua sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan, dan disenangi oleh kaum hawa. Mereka mungkin terpisah, tapi keduanya hampir memiliki ciri fisik yang sama tinggi, tampan dan juga pintar. Berada di tempat yang terpisah, tentu saja rutinitas mereka juga berbeda. Bagaimana jika lihat seperti apa Andrew terlebih dahulu. Suara ketukan mewarnai setiap pagi dari Andrew, suara ketukan itu tidak lain dan tidak bukan adalah suara dari Omanya yang mencoba membangunkan Andrew dari tidurnya. Tapi yang dibangunkan malah terus bergelut dengan mimpinya, sesekali dia menggeliat mungkin karena dia terganggu oleh suara ketukan pintu itu. Sementara sang Oma mulai kesal dengan sikap cucunya itu, dengan kekuatan sihirnya dia masuk kekamar Andrew yang dikunci dari dalam. Setelah berada didalam kamar sang cucu, Omanya masuk ke kamar mandi dan mengambil segayung air dan BYURR air itu sukses membangunkan sang cucu. "BANJIRRR......" teriak Andrew kaget, dia terbangun dari tidurnya dalam keadaan basah kuyup. "Iya banjir di kasurmu." Kata Oma Maria sambil menatapnya kesal. Dia heran padahal dulu Andrew sangat rajin bangun pagi tanpa harus dibangunkan. Tapi entah kenapa kebiasaannya itu hilang saat dia beranjak remaja, dia bingung apa yang dilakukan cucunya itu setiap malam sehingga harus selalu dibangunkan setiap paginya. "Oma, kau yang mengguyurku ya?" tanya Andrew dengan tatapan yang dibuat sepolos mungkin. "Kalau bukan aku siapa lagi hantu, lagi pula kau ini dibangunkan dari tadi tidak bangun-bangun apa kau mau terlambat di hari pertama tahun kedua sekolahmu?" Omel sang Oma sambil menarik tangan Andrew supaya cucunya itu berdiri dan mendorongnya kearah kamar mandi. "Tentu saja tidak mau, memangnya sekarang jam berapa?" tanya Andrew sambil menolehkan kepalanya pada Oma Maria. "Sekarang jam 6.00 cepat mandi dan sarapan." Titah Omanya tegas. "Iya Oma." Kata Andrew lalu masuk ke kamar mandi yang berada di kamarnya. Andrew keluar dari kamar mandi hanya dengan selembar handuk yang menutupi bagian pinggang ke bawah. Wajah yang lebih segar karena dia sudah mandi. Dia kemudian memakai seragam SMU-nya, setelah selesai dia pergi ke ruang makan untuk sarapan. Di ruang makan sudah ada omanya dan seorang pemuda seumuran dengan Andrew, dia adalah Ryuzaki yang bisa dibilang teman seperguruan Andrew. Yap Ryuzaki juga seorang penyihir yang dikirim orangtuanya ke dunia manusia karena dia adalah salah satu bagian dari legenda penyelamat dunia ini. Ryuzaki adalah pemilik elemen angin dan ditangan kanannya ada lambang burung garuda, tapi lambang itu ditutupi oleh sihir yang dibuat oleh kedua orangtuanya. Dan hal yang sama juga dilakukan pada Andrew dan Edward sejak mereka dibawa kedunia manusia, lalu pada dua orang lainnya yang memiliki tanda ditangan kanan mereka. Ryuzaki tinggal bersama Andrew di rumah Oma Maria, Ryuzaki dititipkan pada Oma Maria karena dia dapat dilatih oleh perempuan tersebut. "Kau lama sekali, apa kau ingin kita terlambat hah?" omel Ryuzaki kesal "Maaf, aku lupa memasang alarmku." Kata Andrew santai, dia mendudukan dirinya di kursi yang berada di depan Ryuzaki. "Ya sudah cepat sarapan kalau tidak kita bisa terlambat!" seru Ryuzaki yang nampaknya masih kesal pada temannya itu. "Baiklah, oh ya Oma apa Dad sudah menepati janjinya?" tanya Andrew sambil mengoles selai pada sepotong roti lalu kemudian memakannya. "Sudah, hadiahmu ada di bagasi kau bisa memakainya mulai hari ini!" jawab Oma Maria sambil menuangkan s**u pada gelas milik Andrew. "Apa itu sesuai dengan permintaanku?" tanya Andrew lagi penasaran. "Iya semuanya sesuai dengan permintaanmu mobil 458 italia spider, dengan warna putih benarkan? Dan kau sudah bisa memakainya sekarang juga lagipula kau juga sudah punya SIM dan sudah bisa menyetir jadi apa yang perlu dikhawatirkan lagi." Kata Omanya. "Baguslah, Ryu ayo kita berangkat." Kata Andrew sambil membawa kunci yang diberikan oleh Omanya. Ryuzaki menuruti perkataan Andrew dan mengikutinya di belakang, mereka pun pergi bersama dengan mobil milik Andrew mengingat orang tua Ryuzaki yang belum memberikannya kendaraan pribadi. Andrew pun mengendarai mobil miliknya membelah jalanan menuju ke sekolahnya. Sekolah mereka berdua sebenarnya termasuk sekolah elit meskipun letaknya berada di pinggiran kota. Tapi soal prestasi, sekolah mereka sudah banyak mendapatkan prestasi yang membanggakan baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Saat mereka berdua masuk ke kawasan sekolah, mereka langsung jadi pusat perhatian entah karena itu mobil mereka ataupun wajah mereka yang sangat tampan. Bagaimana tidak dibilang tampan, Andrew dia memiliki sepasang mata biru laut yang meneduhkan, matanya sedang tidak belo ataupun sipit, hidung mancung, kulit putih bersih, bibir tipis dan berwarna merah muda. Sementara Ryuzaki, seperti namanya dia memiliki wajah seperti orang jepang dengan mata cokela sipit, kulit putih, hidung mancung, dan bibir tipis lalu yang paling membuat semua orang iri adalah badan mereka yang atletis tinggi dan berotot. Wanita manapun pasti mau jadi pacar mereka. Tanpa memperdulikan pandangan siswa lain pada mereka, mereka turun dari mobil lalu berjalan menuju ke kelas mereka karena kebetulan mereka sekelas. Saat berjalan menuju kelas mereka tidak henti dipandangi oleh para siswi, memang mereka sudah sangat terkenal di sekolah itu bahkan dari awal mereka masuk sekolah mereka sudah menjadi pusat perhatian. Tapi yang menjadi pusat perhatian malah cuek dan bahkan terlihat dingin itu karena mereka sudah terbiasa dengan hal seperti ini bahkan dari mereka SD dulu. Setelah masuk ke kelas mereka mencari bangku paling belakang dan paling pojok lalu dekat dengan jendela, alasannya adalah jika mereka bosan mereka bisa melihat keluar atau yang paling sering mereka lakukan adalah tidur. Tapi meskipun begitu mereka termasuk anak yang pintar bahkan mereka masuk ke SMU ini bukan karena biaya orangtua melainkan karena beasiswa. Sekolah mereka memang memberikan beasiswa untuk mereka yang berprestasi tanpa memandang status sosial. Sekolah ini juga memiliki sistem beasiswa untuk anak-anak yang kurang berkecukupan, tapi dengan syarat mereka harus lulus standar nilai sekolah tersebut. Ting-tong-teng Bel tanda masuk berbunyi, semua siswa berbondong-bondong masuk ke kelas karena pelajaran akan segera dimulai. Guru pun masuk dia adalah Pak Cyan yang merupakan guru matematika sekaligus wali kelas dari kelas XI-a yang merupakan kelas Andrew dan Ryuzaki. "Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama saya Cyan Lord kalian bisa memanggil saya Pak Cyan. Saya adalah guru matematika sekaligus wali kelas kalian, dan karena ini hari pertama bagaimana kalau hari ini tidak akan belajar dulu tapi untuk hari ini dimulai dengan perkenalan dan pembentukan panitia kelas. Dan perkenalan dimulai dari kau, sebutkan namamu lalu di lanjut dengan teman di sebelahmu." Jelas Pak Cyan sambil menunjuk seorang gadis di jajaran bangku paling depan. "Nama saya Nicole Haniston." Kata gadis itu, dia gadis yang bisa dibilang cantik dengan mata biru safir, kulit putih tapi tidak pucat, hidung mancung dan bibir tipis dengan warna merah muda yang alami. Setelah Nicole memperkenalkan diri disusul oleh teman-temannya secara berurutan sampai akhirnya giliran Ryuzaki. "Nama saya Ryuzaki Kenzo." Kata Ryuzaki memperkenalkan dirinya. "Kamu berasal dari Jepang?" tanya Pak Cyan penasaran. "Tidak tapi saya keturunan Jepang, karena ayah saya orang Jepang." Jelas Ryuzaki lagi. "Oh, ya sudah sekarang kau yang terakhir." Kata Pak Cyan "Nama saya Andrew." Kata Andrew datar, dan mendadak suasana di kelas menjadi dingin saat dia berbicara. Nadanya memang datar tapi entah kenapa aura yang terpancar saat dia berbicara sangat mengintimidasi orang-orang disekitarnya dan tentu saja kecuali Ryuzaki yang sudah biasa dengan sikap temannya itu. Andrew memang kadag terlihat datar saat mereka diluar, tapi itu hanya karena dia tidak terbiasa berada di depan orang asing. "Nah sekarang karena semuanya telah memperkenalkan diri maka waktunya membentuk panitia kelas, siapa diantara kalian yang ingin mencalonkan diri jadi ketua kelas? Angkat tangannya" tanya Pak Cyan, dan respon dari para siswa tidak ada yang mau kecuali Andrew dan Ryuzaki yang memang sejak dari dulu selalu bersaing dalam mendapatkan jabatan itu. "Iya kalian berdua maju ke depan, kita akan mengadakan vote siapa yang akan menjadi ketua kelas dan siapa yang otomatis menjadi wakilnya!" Pinta Pak Cyan Merekapun maju kedepan, untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua kelas. Sementara yang lain bersiap mengeluarkan kertas untuk menulis nama orang yang ingin mereka pilih menjadi ketua kelas. Para siswa itu sebenarnya bingung siapa yang harus menjadi ketua kelas karena kandidatnya memiliki kharisma yang sama-sama kuat. Dan ketika hasil vote dibuka mereka memiliki jumlah voting yang sama, dan sebuah kertas yang belum dibuka akan menentukan hasil akhirnya. Ketika kertas itu dibuka nama yang tertera dalam kertas itu adalah Andrew dan dengan otomatis pula Andrew lah yang menjabat sebagai ketua kelas sementara Ryuzaki wakilnya. Ryuzaki hanya bisa tersenyum, dia memang sudah terbiasa kalah dari Andrew dengan perbedaan Vote kecil sekali. Setelah ketua kelas dan wakilnya di tentukan, maka kini giliran sekertaris, bendahara dan kawan-kawannya yang lain yang harus dipilih. Untuk hal ini Pak Cyan sendirilah yang memilihnya dia menyebutkan nama Nicole sebagai Sekertaris, selanjutnya dia menyebutkan nama-nama lain untuk perangkat kelas yang lain. Hingga akhirnya semua panitia kelas sudah terisi penuh dan itu berbarengan dengan bel berakhirnya pelajaran ini dan diganti dengan pelajaran Sejarah. Tapi karena guru yang mengajar Sejarah sedang ada urusan jadi mereka tidak belajar tapi mereka mendapatkan tugas mengerjakan soal di buku hal 10. Para siswa ada yang mengerjakan tapi adapula yang pergi ke kantin atau nongkrong di depan kelas. Sementara para panitia kelas sedang berunding di bangku Andrew dan Ryuzaki. "Pulang sekolah nanti jangan ada yang pulang dulu." Kata Andrew masih dengan muka datarnya. "Memangnya ada apa?" tanya Naysha dia adalah siswi yang di pilih sebagai bendahara kelas mereka. "Kita akan membuat data susunan organisasi kelas, jadwal piket serta tata tertib kelas yang harus di patuhi selama berada dikelas ini!" Jelas Ryuzaki. "Tapi kenapa kita harus membuat tata tertib kelas? Bukankah tata tertib sekolah sudah ada?" tanya Steaven, dia adalah ketua seksi keamanan kelas. "Banyak yang akan melanggar tata tertib sekolah, tapi jika kita membuat tata tertib kelas dan memberikan sangsi pada yang melanggar mereka akan takut." Kata Andrew masih datar, dia nampaknya masih belum terbiasa dengan teman-temannya. "Tapi apakah itu akan efektif?" tanya Nicole tidak yakin. Masalahnya tata tertib sekolah saja masih banyak yang melanggar, apalagi jika dibuat oleh siswa. "Itu sangat efektif aku dan Andrew sudah mencobanya ketika SMP, memang awalnya banyak yang melanggar dan dengan itu banyak pula yang dihukum tapi setelah lama-kelamaan mereka jadi jera dan tidak melakukannnya lagi!" ujar Ryuzaki mereka memang membuat tata tertib sendiri saat mereka SMP dan itu cukup efektif. Hanya saja mereka memang harus tegas, siapapun yang melanggar harus dihukum bahkan jika itu ketua kelasnya sekalipun. "Lalu bagaimana kita membuatnya, kalau ditulis akan susah!" Kata Naysha, memang benar jika ditulis akan memakan waktu yang lama untuk menyelesaikan semua itu. "Kita ketik, aku bawa laptop di mobil, sementara untuk membuat susunan kelas yang lain kita harus mempersiapkan sterofoam, karton warna-warni, pidol, serta lem!" ujar Andrew "Baiklah, jadi untuk tata tertib kelas di ketik tapi selebihnya kita tulis tangan dan untuk mempersingkat waktu kita bagi-bagi tugas!" usul Ryuzaki "Baiklah." Kata mereka kompak. Sepulang sekolah Naysha dan Nicole membeli alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat susunan oraganisasi kelas. Sementara itu Andrew sedang mengambil laptop di mobilnya. Lalu sisanya menunggu di depan dikelas karena setelah pulang kelas langsung dikunci. Setelah selesai dengan barang bawaannya masing-masing Andrew dengan laptopnya langsung menuju kelas begitu pula dengan Naysha dan Nicole dengan barang belanjaan mereka langsung menuju kelas. Setelah semua berkumpul mereka membagi-bagi tugasnya. Nicole diberi tugas menulis nama susunan organisasi, Naysha menulis jadwal piket, Steaven menulis jadwal pelajaran, Andrew dan Ryuzaki membuat tata tertib kelas, sementara sisa orangnya menghias sterofoam lalu menempel-nempelkan tulisan yang telah ditulis oleh Naysha, Nicole dan Steaven. Setelah mereka semua selesai dengan tugas mereka kini tinggal tugas Andrew dan Ryuzaki yang masih belum selesai. Mereka masih menimbang apakah tata tertib ini sudah tepat setelah merasa yakin mereka memberikannya kepada anggota yang lain. Anggota yang lain hanya bisa kagum melihat isi dari tata tertib tersebut. Memang sangsi yang diberika tidak terlalu berat tapi itu akan membuat malu yang dihukum, isi dari tata tertib itu adalah: 1. Siswa yang terlambat masuk kelas 5 menit tidak boleh masuk, sementara yang lebih dari lima menit harus membersihkan kaca kelas setiap pulang sekolah. 2. Siswa yang tidak mengerjakan PR dihukum skoatjump 10 kali. 3. Siswa yang tidak memakai baju sebagai mana mestinya di hukum skoatjump 10 kali. 4. Siswa yang mencontek saat ulangan dihukum push up 10 kali. 5. Siswa yang melakukan k*******n di hukum push up 30 kali. 6. Siswa yang makan saat jam pelajaran di hukum 15 kali skoat jump 7. Siswa yang ketahuan bolos dihukum setiap jam istirahat harus berdiri ditengah lapang bendera sambil menghormat kearah bendera. Peraturan-peraturan itu merupakan isi dari tata tertib kelas yang dibuat oleh sang ketua kelas dan wakilnya. Setelah semua peraturan itu disepakati oleh anggota yang lain merekapun pulang dengan membawa jadwal pelajaran, jadwal piket dan susunan anggota kelas. Sementara Andrew dan Ryuzaki masih berbenah di depan kelas. Setelah selesai mereka pulang tapi saat melewati ruang guru mereka mendengar sebuah pembicaraan yang aneh jika di dengar oleh manusia biasa. "Apa kau sudah menemukan mereka?" tanya sebuah suara itu adalah suara Raja Ronald. "Belum, tapi aku yakin salah satu dari muridku adalah orang itu." Kata suara satunya lagi dia adalah Pak Cyan, dan kedua muridnya itu mengenali suaranya. "Jika kau sudah yakin cepat bunuh dia sebelum dia membunuhku!" perintah Raja Ronald yang terhubung dengan Pak Cyan melalui cebuah cermin. "Baiklah baginda Raja." jawab Pak Cyan sambil menundukkan kepalanya memberikan hormat pada Raja Ronald. Di luar, Andrew dan Ryuzaki tidak bisa mengendalikan rasa terkejut mereka. Mereka langsung pergi dari tempat itu sebelum Pak Cyan menyadari keberadaan mereka, siapa Pak Cyan sebenarnya batin mereka sambil terus berlari menuju mobil Andrew dan bergegas pulang. Tapi siapapun Pak Cyan, yang pasti dia bukanlah berada di pihak mereka. Entah kenapa alarm bahaya di kepala mereka terus menerus menyerukan hal itu. Ini adalah hari pertama mereka kembali sekolah, tapi mereka malah mendapati musuh mereka berada di sekolah yang mereka tempati. Mereka berdua berharap identitas mereka tidak cepat terbongkar karena mereka masih ingin menjalani kehidupan sekolah yang damai dan normal seperti manusia lainnya. Sesampainya mereka di rumah, mereka langsung mencari keberadaan Oma Maria. Mereka harus melaporkan kejadian tadi kepada Oma Maria, bagaimana pun Oma Maria adalah wali mereka yang bertanggung jawab jika mereka ada apa-apa. “Oma ada yang ingin kami bicarakan!” ucap Ryuzaki saat mereka menemukan Oma Maria yang ternyata sedang duduk di halaman belakang sambil meminum teh dengan santainya. Sementara itu Ryuzaki mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal karena berlarian mencari Oma Maria. “Apa yang ingin kalian bicarakan?” tanya Oma Maria saat melihat kedua cucunya berlarian ke arahnya. “Kenapa muka kalian seperti itu? Kalian seperti habis melihat hantu saja!” lanjut Oma Maria seolah mengejek penampilan kedua cucunya yang terlihat kacau. “Oma sepertinya utusan Raja Ronald ada di sekolah kami!” Kata Andrew saat mereka sudah berhasil mengatur napasnya. “Apa maksud kalian?” tanya Oma Maria menegang, dia berharap apa yang di dengarnya itu hanya kesalahan pendengarannya yang sudah tua. Dia tidak berharap para pengejar dari Raja Ronald menemukan mereka secepat ini, setidaknya dia ingin mereka sudah lebih siap dan sihir mereka sudah lebih kuat. “Di sekolah kami sepertinya ada mata-mata Raja Ronald! Dan dia sepertinya tahu mengenai legenda itu!” jelas Andrew. “Lalu apa mata-mata itu tahu jika kalian yang dimaksud oleh legenda itu?” tanya Oma Maria khawatir pada mereka. “Sepertinya mereka belum tahu Oma! Menurut yang kami dengar mereka hanya mencari Andrew dan kembarannya Edward!” ujar Ryuzaki sesuai dengan apa yang mereka dengar tadi. “Baguslah setidaknya kita tidak perlu membagi-bagi pengawasan! Jadi yang harus diawasi hanya kau dan Edward.” Kata Oma Maria lega. “Dan berhati-hatilah jangan sampai kau ketahuan Andrew!" Nasihat Oma Maria "Tapi bagaimana dengan Edward?" tanya Andrew yang khawatir dengan nasib kembarannya nanti. Terlebih orangtua mereka tidak mengajari Edward sihir sama sekali karena ingatannya masih belum dipulihkan. "Tenang saja, sebentar lagi waktu untuk membangkitkan ingatan Edward sudah dekat dan kau harus ingat sampai saat itu tiba jangan sampai kau bertemu dengannya!" ucap Oma memperingati Andrew. "Iya aku mengerti oma!" jawab Andrew tegas. "Ya sudah istirahatlah dan ingat berhati-hatilah, bukan hanya untuk Andrew tapi juga untukmu Ryuzaki karena cepat atau lambat mereka pasti mengatahui isi keseluruhan legenda itu." Peringat Oma Maria pada mereka berdua. "Baiklah kami mengerti!" Kata mereka berdua, lalu pergi ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Kejadian hari ini cukup melelahkan bagi mereka berdua. Dan yang mereka inginkan sekarang adalah istirahat dan menenangkan pikiran mereka dari semua pemikiran buruk yang mungkin terjadi pada mereka. ** Disebuah lorong yang sangat gelap terlihat seseorang yang sedang berlari ketakutan, dia tidak henti-hentinya berlari sambil sesekali menengok kebelakang untuk memastikan orang itu tidak mengikutinya. Lorong itu sanagt temaram, hanya sedikit cahaya yang bisa masuk. Dan itu membuat suasananya semakin mencekam. Orang itu terus berlari dan berlari berharap orang yang mengejarnya menyerah. Tapi tanpa dia sadari seseorang dengan mata yang sebelah merah dan sebelah lagi berwarna biru laut sedang menunggunya diujung lorong itu, dan saat orang yang berlari itu sampai disana dia langsung ketakutan melihat sosok di depannya. Dia ingin sekali berbalik dan kembali berlari, akan tetapi kedua kakinya menghianatinya. Kakinya sama sekali tidak bisa digerakan. "Mau kemana kau? Kau harus bertanggung jawab aku jadi harus pergi dari rumah karena kau." Kata orang itu menggema di seluruh lorong tempat mereka berada. "Kenapa aku harus bertanggung jawab, aku bahkan tidak tahu siapa kau! Kenapa kau terus menggangguku?" cerca orang yang tadi berlari itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Edward. "Itu karena aku kembaranmu, dan karena kau aku diusir dari rumah!" Kata sosok yang ditakuti Edward yang tidak lain dan tidak bukan adalah Andrew. Tatapannya tajam seolah berniat menusuk Edward dengan tatapannya. "Apa maksudmu? Berhentilah menggangguku aku tidak tahu siapa kau, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!" Kata Edward sambil memegangi kepalanya yang sakit. Kilasan balik menyeruak masuk ke dalam pikirannya, tapi semuanya tidak jelas. Hanya sebuah kolase gambar buram yang menyentak masuk ke dalam pikirannya. "Sudah hentikan!" ujar Andrew tiba-tiba, tangan kanannya memegangi tangan kirinya yang berusaha melukai Edward. "Apa maksudmu dia yang sudah membuat aku oh tidak tapi kita diusir dari rumah apa kau lupa?" tanya Andrew lagi menggeram marah, tangan kirinya mulai berontak melepaskan diri dari tangan kanannya. "Hentikan, kau bukan aku kau adalah iblis yang seenaknya memasuki tubuhku!" perintah Andrew sambil terus memegangi tangan kirinya yang terus berontak. Edward yang melihat Andrew hanya bisa terpaku tidak mengerti dengan sosok itu. Tubuh itu seperti memiliki dua jiwa yang berbeda yang satu memiliki kehangatan yang tidak terhingga sementara yang satunya lagi memiliki jiwa pendendam. "Aku adalah kau kita itu satu, dan jika kau tidak mau menurut maka aku terpaksa melakukan ini." Kata Andrew lagi tangan kirinya mengeluarkan cahaya yang menelan tangan kanannya terus hingga akhirnya. "TIDAK ." Teriak Edward tersentak dari mimpi buruknya, nafasnya memburu wajahnya pucat dan tubuhnya penuh dengan keringat. Dia melirik kearah jam dinding ternyata sudah jam 5.30, dia menghela nafasnya. "Cuma mimpi." Gumamnya lega, dia sebenarnya sudah terbiasa terbangun karena mimpi seperti tadi. Entah sejak kapan dia mulai mimpi buruk seperti itu yang dia ingat mimpi itu dimulai sejak ia kecil setelah ingatannya hilang. Dia tidak ingat semua peristiwa yang ia alami sebelum dia berusia 5 tahun, karena dia hilang ingatan. Kata Dad-nya dia mengalami kecelakaan saat berusia 5 tahun dan karena itu pula ingatannya hilang, Edward yang tidak tahu apa-apa langsung percaya apa yang diakatakan oleh Dad-nya itu. Setidaknya sampai dia berumur sepuluh tahun. Saat dia berumur sepuluh tahun, dia tidak sengaja mengeluarkan kekuatannya. Saat itu dia sedang sangat kesal karena teman bermainnya menghinanya karena orangtuanya sering meninggalkannya sendiri. Dia yang kesal langsung meninggalkan temannya dan mengurung dirinya di kamar. Ketika itu tidak ada siapapun di rumahnya, hanya ada dia yang sedang sangat kesal. Dan ketika dia sadar, hampir seluruh membeku. Melihat keanehan di seluruh kamarnya, dia sadar dia bukanlah manusia biasa. Tapi apa gunanya tahu dia bukan manusia biasa? Dia tidak bisa berlatih ataupun mengendalikan kekuatannya karena orangtuanya menyembunyikan hal itu darinya. Edward bangkit dari tempat tidurnya lalu mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah, karena tahu ajaran baru sudah di mulai. Dia mandi setelah itu memakai seragam sekolahnya, setelah itu dia turun ke bawah untuk sarapan bersama orangtuanya. Di ruang makan tampak kedua orangtuanya sudah menunggunya untuk sarapan. "Kau ternyata sudah siap sekolah Edward, tadinya Mom akan membangunkanmu karena takut kau terlambat!" Kata Clarisa saat melihat anaknya memasuki ruang makan lengkap dengan tas dan seragam sekolahnya. "Tentu saja Mom aku tidak mau terlambat masuk di hari pertamaku di tahun kedua sekolah!" ujar Edward sambil mendudukan dirinya di kursinya. "Ya sudah ayo sarapan, dan ini kunci mobilmu mulai sekarang kau bisa pergi dengan mobilmu sendiri!" Kata Sein sambil menyerahkan kunci mobil milik anaknya. "Iya Dad, terimakasih!” ujar Edward sambil menerima kunci mobilnya. “Oh iya Dad kenapa Oma jadi jarang sekali berkunjung kesini?" kata Edward sambil mengoles selai pada sepotong roti dan itu sukses membuat kedua orang tuanya terkejut. Hal itu tidak luput dari pandangan Edward, tapi dia mencoba mengacuhkan hal itu. Edward sebenarnya tahu jika Oma Maria sibuk merawat kembarannya, meskipun dia tidak ingat seperti apa kembarannya. Ingatannya memang kembali, tapi tidak dalam bentuk yang sempurna. Semua mengenai kembarannya terasa samar, bahkan dia tidak ingat wajah kembarannya. Apa mereka kembar identik atau tidak, dia tidak ingat. "Mungkin oma-mu sedang sibuk jadi dia tidak sempat kesini." Dusta Sein, dan Edward kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Daddy-nya. 'sebenarnya dia memang sibuk, sibuk merawat kakakmu agar dia merasa mendapatkan kasih sayang yang sama denganmu!' batin Sein merasa bersalah. Dia merasa bersalah kepada Andrew karena membiarkan anaknya itu tumbuh tanpa pengawasan dari mereka orangtuanya. "Oh, Dad katakan pada Oma berkunjunglah kesini aku merindukannya." Ujar Edward yang memang sangat merindukan Oma Maria. Dia tahu Omanya mungkin tidak bisa berkunjung karena kakaknya. Tapi bolehkah dia egois karena menginginkan kasih sayang dari Omanya juga. "Baiklah nanti Dad menelpon Oma-mu." Kata Sein mencoba menenangkan Edward. "Ya sudah Dad, Mom aku pergi dulu!" pamit Edward dia mencium pipi kedua orangtuanya kemudian pergi ke sekolah. "Iya hati-hati dijalan." Kata Clarisa pada anaknya yang dijawab anggukan oleh Edward. Setelah Edward pergi Sein dan Clarisa membicarakan soal keinginan anaknya itu. "Bagaimana ini, kalau Mom Maria kesini siapa yang akan mengurus Andrew disana?" tanya Clarisa cemas, dia tahu di sana Andrew tidak sendiri ada Ryuzaki yang menemaninya. Tapi mereka berdua masih remaja, setidaknya harus ada orang dewasa yang mengawasi mereka. "Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya kita harus mencoba bicarakan ini dengan Mom." Kata Sein "Iya aku mengerti tapi bagaimana membicarakannya?" tanya Clarisa bingung. "Sudahlah itu urusanku biar nanti pulang dari kantor aku yang bicara dengan Mom." jawab Sein dan Clarisa hanya bisa mengangguk lemah. Sementara itu Edward menjalankan mobil barunya dengan perasaan senang, akhirnya aku bisa mengendarai mobilku sendiri pikirnya senang. Tidak lama kemudian dia sampai di area sekolahnya, tidak jauh seperti yang dialami oleh kembarannya Andrew disekolahnya Edward pun menjadi pusat perhatian. Memang tidak aneh jika kedua anak kembar ini menjadi anak populer di sekolahnya masing-masing mengingat keduanya memiliki paras rupawan dan badan yang di idamkan oleh para pria yang membedakannya adalah warna iris mata dan sifatnya. Jika Andrew memiliki mata biru laut dan sifat dingin maka laki-laki bermata biru safir dan memiliki sifat yang hangat walaupun itu hanya sifat luarnya saja. Edward berjalan ke kelasnya dengan santai, sepanjang koridor dia selalu tersenyum kepada gadis-gadis yang melihatnya. Dan itu membuat para gadis itu serasa melayang ke langit hanya dengan melihat senyum Edward. Setelah sampai di kelasnya Edward duduk di bangku pojok belakang dekat jendela, dia duduk di bangku itu sambil melihat keluar. Tidak lama kemudian datang seorang siswa yang duduk di kursi sebelah Edward sontak Edward langsung melihat siapa yang duduk disampingnya. "Boleh aku duduk disini?" tanya siswa itu sambil tersenyum pada Edward. "Silahkan lagi pula aku memang sudah duduk disana!" jawab Edward sambil tersenyum juga pada siswa itu. "Terimakasih!" ucap siswa itu dengan nada senang. "Sama-sama! siapa namamu?" tanya Edward pada teman sebangku barunya itu. "Namaku Rudolf, siapa namamu?" tanya Rudolf sambil mengulurkan tangannya. "Aku Edward, senang berkenalan denganmu!" jawab Edward sambil menjabat tangan Rudolf. "Oh iya apa sekolah ini akan mengadakan ritual semester baru tahun ini?" tanya Rudolf penasaran, tahun lalu mereka mengadakan kamping untuk penyambutan semester batu. Tapi tahun ini entah itu akan terjadi lagi atau tidak. " Sepertinya iya, lagipula setiap tahun awal semester pertama pasti diadakan camping ataupun rekreasi gabungan dengan SMA lain!" jawab Edward seadanya. "Eum.... Tapi katanya tahun ini kita akan mengadakan rekreasi gabungan dengan SMA lain! Para siswa membicarakannya di lorong tadi." Jelas Rudolf, Edward hanya mengangguk. Dia juga mendengarnya tadi walau samar-samar. Katanya tahun ini mereka akan mengadakan rekreasi gabungan dengan sekolah lain. Dia sebenarnya kurang suka dengan ide rekreasi gabungan, karena menurut kakak kelas mereka selalu berakhir ribut dengan sekolah lain itu. Banyak rumor yang tidak baik saat sekolah mereka mengadakan rekreasi gabungan, dan Edward tidak menyukai rumor-rumor itu. Ting Tong Teng Bel berbunyi membuyarkan lamunan Edward mengenai rekreasi gabungan tersebut. Tidak lama setelah bel, guru pun datang. Guru tersebut adalah wali kelas mereka untuk satu tahun ke depan. "Pagi anak-anak!" Sapa guru tersebut sambil tersenyum ramah. "Pagi Bu!" jawab semua siswa dengan bersemangat. "Perkenalkan nama saya Andin, kalian bisa memanggil saya Bu Andin! Saya guru Fisika sekaligus walikelas kalian. Nah karena sekarang hari pertama dan organisasi kelas belum dibentuk maka kita akan membentuk organisasi kelas terlebih dahulu, caranya dengan cara dikocok nama yang keluar akan jadi Ketua kelas, wakil dan begitu seterusnya sampai semuanya terisi setuju." Jelas Bu Andin "Setuju Bu." Kata semua siswa Merekapun mengadakan pemilihan organisasi kelas, dan yang terpilih adalah Rudolf sebagai ketua kelas, Edward wakilnya dan begitu sampai semua posisi terpenuhi. "Karena semua organisasi kelas telah terpilih, maka saatnya Ibu memberitahukan sebuah pengumuman. Yakni minggu depan seluruh kelas XI akan melaksanakan rekreasi gabungan dengan SMA Pluvon. SMA itu merupakan SMA yang lumayan bagus dan sangat dipertimbangkan di kota ini, meskipun letaknya di pinggiran kota." Kata Bu Andin. "Bu, kenapa kita harus melakukan acara ini setiap tahunnya?" tanya seorang siswa penasran. "Hal ini di selenggarakan untuk membangun persahabatan dengan sekolah lain dan juga untuk membandingkan kualitas sekolah kita dengan sekolah lain. Karena akan diadakan lomba seperti Cerdas Cermat, pertandingan Basket, lomba ketangkasan, lomba lari berpasangan dan masih banyak lagi ada yang ingin bertanya lagi." Jawab Bu Andin. "Bu dimana tempat diselenggarakannya?" tanya seorang siswa lain "Ibu belum tahu pasti karena pihak sekolah belum memberitahunya, ada yang mau bertanya lagi?" tanya Bu Andin dan tidak ada tanggapan dari para siswa. "Sepertinya tidak ada, kalau begitu ibu pergi dulu karena Ibu ada urusan." Ujar Bu Andin lalu pergi meninggalkan kelas. Sepertinya dihari pertama ini sekolah tidak akan efektif terbukti dengan guru pelajaran kedua dan ketiga tidak masuk. Semua siswapun berkeliaran di luar kelas kecuali para siswi yang berbondong-bondong mengerumuni bangku Edward dan Rudolf. Mereka semua berlomba-lomba untuk mengobrol dengan kedua orang itu, bagaimana tidak keduanya memiliki wajah rupawan bagai malaikat turun dari langit. Membuat wanita yang melihatnya terkagum-kagum sementara bagi para pria mereka akan sangat iri dengan semua yang dimiliki oleh kedua orang tersebut. Waktu terus berlaru, tidak terasa bel pulang sudah berbunyi. Edward dan Rudolf pun langsung pergi sebelum bangku mereka jadi penuh lagi oleh para siswi yang ingin mengobrol dengan mereka. "Rudolf apa kau akan ikut berpartisipasi dalam lomba di rekreasi gabungan itu?" tanya Edward penasaran, mereka tidak sekelas dulunya jadi wajar Edward bertanya seperti itu. "Tentu saja, apa kau juga akan ikut?" tanya Rudolf sambil menoleh pada Edward. "Iya aku juga akan ikut, tapi sebelum itu bukankah kita harus mengikuti seleksi dulu!" Ujar Edward "Tentu saja aku tahu dan kita akan bersaing disana." Kata Rudolf sambil tersenyum pada Edward. Sepertinya aura persaingan menguar diantara mereka berdua. "Baiklah aku tidak akan kalah darimu!" Kata Edward semangat, dia senang mendapatkan teman bersaing di sekolahnya. "Aku juga." Ujar Rudolf tak kalah semangat dari Edward. "Ya sudah sampai bertemu besok." Kata Edward sambil meninggalkan Rudolf sendirian. Dan saat itulah Rudolf mengeluarkan senyum yang mengerikan. Edward tidak menyadari orang yang dianggap temannya itu, mungkin saja orang yang berbahaya untuk dirinya. "Akhirnya aku menemukan satu dari mereka." Seringai Rudolf sambil mengeluarkan sebuah benda mirip dengan cermin. Setelah itu dia pergi ke tempat yang dirasanya cukup sepi, kemudian dia mengaktifkan benda tersebut lalu muncullah seseorang disana. "Ada apa Rudolf?" tanya orang yang ada di dalam cermin tersebut. "Aku menemukan salah satu dari anak kembar itu Yang Mulia Raja Ronald!" Jawab  Rudolf "Kau yakin dia orangnya?" tanya Raja Ronald tidak yakin dengan yang dikatakan oleh anak buahnya itu. "Aku yakin Yang Mulia, dari tubuhnya terpancar aura sihir yang kuat dan tangan sebelah kanannya di tutupi sihir segel aku yakin itu untuk menyembunyikan tandanya." Ujar Rudolf terdengar sangat meyakinkan. "Apa dia tahu kalau dia penyihir?" tanya Raja Ronald khawatir jika penyamaran Rudolf terbongkar. Masalahnya sangat sulit menemukan mereka, sedikit saja mereka merasakan energi sihir mereka langsung menghilang tanpa jejak. Dan itu tidak hanya sekali atau dua kali terjadi, tapi sudah sangat sering. Karena itu Raja Ronald tidak yakin jika Rudolf bisa menemukan mereka dengan mudahnya seperti ini. "Sepertinya dia tidak tahu karena dia tidak bisa membaca aura disekitarnya. Jika dia memang tahu, kemungkinan aku yang penyihir akan langsung diketahuinya." Jelas Rudolf pada Raja Ronald. "Bagus, terus awasi dia!" Perintah Raja Ronald senang dengan kerja anak buahnya itu. "Baiklah." Kata Rudolf dan seketika itu pula benda yang mirip cermin itu mati. Sementara itu Edward yang tidak tahu sesuatu akan terjadi padanya terus mengendarai mobilnya sampai akhirnya dia sampai dirumahnya. Suasana hatinya sedang sangat baik sehingga dia sesekali bersenandung riang di dalam mobilnya. "Mom, Dad aku pulang." Kata Edward saat dia sampai di rumahnya. "Oh, Edward syukurlah kau sudah pulang, tolong jaga rumah ya Mom dan Dad akan pergi sebentar!" ucap Clarisa sambil terburu-buru. Tapi meskipun terburu-buru dia masih sempat mencium pipi anaknya tersebut. "Mom dan Dad mau kemana sih? Kenapa disetiap hari pertama masuk sekolah kalian selalu pergi?" tanya Edward kesal. Dia kesal karena orangtuanya itu sering meninggalkannya tanpa alasan yang jelas seperti ini tiap tahunnya. Andai mereka jujur pikir Edward miris. "Mom dan Dad ada urusan sebentar jadi tolong jaga rumah ya!" pinta Sein tanpa menjelaskan urusan apa yang mereka lakukan pada Edward. Dan itu tentu saja membuat Edward kecewa. "Baiklah terserah kalian!" Kata Edward kesal karena hampir setiap hari pertama masuk sekolah atau setelah libur kedua orang tuanya selalu pergi dengan seribu alasannya. Tapi kali ini dia tidak akan tinggal diam dia berencana mengikuti kedua orang tuanya. Setelah beberapa saat orangtuanya pergi diapun mengendarai mobilnya mengikuti orangtuanya tentunya dalam jarak yang aman. Tentu saja dalam jarak aman, karena dia tidak ingin orangtuanya tahu kalau dia mengikuti mereka. Dia terus mengiktui orangtuanya, sampai akhirnya dia melihat mobil kedua orangtuanya berhenti disebuah rumah megah bercat putih, mobil Edward berhenti sekitar 100m dari tempat kedua orangtuanya. Dia menunggu diluar sementara kedua orangtuanya sudah masuk. Sementara itu, Sein dan Clarisa yang tidak sadar di buntuti oleh Edward. Mereka berdua sedang mencari keberadaan Oma Maria di dalam rumah tersebut. Setelah lama berkeliling akhirnya mereka menemukan Oma Maria tengah bersantai di halaman belakang. "Kebetulan kalian ada disini ada yang ingin aku bicarakan!" Kata Oma Maria saat melihat Sein dan Clarisa. "Apa itu Mom?" tanya Clarisa penasaran. "Disekolah Andrew sepertinya ada seorang mata-mata dari kerajaan Duisternis dan itu adalah guru dari Andrew. Dia diperintahkan Raja Ronald untuk mencari anak kembar dalam legenda yang di percaya akan menghancurkannya." Jelas Oma Maria pada mereka. "Lalu apa dia tahu kalau Andrew adalah orang di legenda itu?" tanya Sein khawatir dengan keadaan anaknya. "Untungnya belum, tapi aku sudah menyuruh dia berhati-hati." Kata Oma Maria membuat mereka sedikit tenang. "Dimana Andrew sekarang?" tanya Clarisa karena dia belum menemukan anaknya dari tadi. "Dia di kamarnya, sebaiknya kita pindah keruang tengah supaya lebih leluasa dan memudahkanku untuk memanggil Andrew." Usul Oma Maria yang langsung disetujui oleh Sein dan Clarisa. Sesampainya di ruang tengah, Sein dan Clarisa langsung duduk. Sementara itu Oma Maria memanggil Andrew di kamarnya. Tidak lama kemudian, Oma Maria kembali dengan Andrew yang mengikutinya dari belakang. "Mom, Dad apa kabar?" tanya Andrew datar saat melihat orangtuanya. Andrew sangat senang orangtuanya datang, hanya saja dia tidak bisa mengekspresikannya dengan baik. Berbeda jika dengan Oma Maria atau Ryuzaki, dia lebih bebas berekspresi. Mungkin karena mereka jarang bertemu jadi sangat sulit menampilkan apa yang dia rasakan dengan mudah. "Kami baik, kau sendiri bagaimana? Maaf kami tidak bisa mengunjungimu setiap hari Andrew!" jawab Sein merasa bersalah pada Andrew karena mereka tidak bisa sering bertemu. "Aku juga baik Dad!” ujar Andrew sambil tersenyum kecil pada kedua orangtuanya. Melihat itu Sein dan Clarisa juga tersenyum, mereka senang Andrew masih mau tersenyum kepada mereka. “Oh iya Dad kalian diikuti!" Ujar Andrew memberitahu kedua orangtuanya kalau mereka sebenarnya diikuti sejak tadi. "Memangnya siapa yang mengikuti kami?" tanya Clarisa bingung, mereka tidak merasa ada yang mengikuti sejak tadi. Atau mungkin karena mereka kurang waspada sehingga tidak sadar diikuti oleh seseorang. "Edward dia ada di depan!" ucap Andrew datar. "Bagaimana mungkin?" tanya Oma Maria kaget, bagaimana mungkin Sein dan Clarisa tidak sadar jika Edward mengikuti mereka kemari. Mereka berdua sungguh sangat ceroboh pikir Oma Maria. "Dia sepertinya curiga karena kalian selalu pergi bersama setiap habis liburan." Kata Andrew mengatakan kecurigaannya. Mau bagaimana lagi orangtuanya memang selalu mengunjunginya setelah liburan setiap tahunnya.  Justru sangat aneh jika Edward tidak curiga dengan kebiasaan orangtua mereka itu. "Sepertinya jadwal kami mengunjungimu harus diubah." Ujar Sein lesu. Mereka sepertinya harus mengatur ulang waktu bertemu dengan Andrew. Sangat sulit menyesuaikan waktu mereka untuk menjengut Andrew. Sein sangat sibuk dengan kegiatannya menyamar menjadi manusia, sementara Clarisa juga membantu Sein dalam urusan perusahaannya. Mereka juga harus menjauhkan diri dari para pengejar yang berniat mencelakakan Edward. Sementara itu diluar Edward sudah tidak tahan menunggu kedua orangtuanya, langsung menerobos masuk kerumah itu. Edward sudah tidak peduli dengan apa yang disebut sopan santun karena dia sudah terlanjur sangat penasaran. Edward membuka pintu rumah tersebut dengan cukup keras, dan setelah pintunya terbuka dia melihat Oma Maria dan kedua orangtuanya memandangnya dengan tatapan kaget. Edward mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut, dan memang hanya ada Oma Maria, Sein dan Clarisa di sana. Tidak ada pikir Edward agak kecewa. “Mom, Dad sebenarnya apa yang kalian lakukan disini kenapa harus merahasiakannya dariku?” Tanya Edward sambil menyembunyikan rasa kecewanya. “Ini bukan salah mereka Edward, aku yang menyuruh mereka kesini hari ini!” Oma Maria membela Sein dan Clarisa. Dia yakin keduanya pasti sangat bingung mencari alasan yang bagus untuk Edward. “Kalian pasti membohongiku, setiap habis libur Mom dan Dad selalu pergi bersama pasti mereka kesinikan?” Tanya Edward menuntut penjelasan kepada mereka. Edward ingin mereka jujur kepadanya walau itu tidak mungkin untuk saat ini. “Kami memang kesini tapi kami hanya membicarakan soal bisnis jadi kami pikir kau akan bosan jika kami ajak kesini.” Ujar Sein yang akhirnya mendapatkan alasan yang cukup baik untuk Edward. “Benarkah?” Tanya Edward tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sein. “Benar yang Dad-mu katakan, apa Oma perlu membawa berkas-berkas yang sedang kami bicarakan?” Tanya Oma Maria untuk meyakinkan Edward. Mereka tidak tahu jika apa yang mereka lakukan itu malah melukai hati Edward. “Tidak usah Oma, lagipula aku juga tidak akan mengerti isi dari berkas-berkas itu.” Kata Edward yang sebenarnya sudah sangat kesal. Tapi mau bagaimana lagi, dipaksa seperti apapun sepertinya mereka tidak akan mengaku jika ada yang mereka sembunyikan darinya. “Oh, iya Edward bagaimana bisa kau ada disini?” Tanya Clarisa penasaran bagaimana anaknya itu bisa sampai di sini. “Aku mengikuti kalian Mom, habis kalian mencurigakan!” jawab Edward jujur, lagipula kedua orangtuanya memang bersikap mencurigakan. “Ya sudah, lain kali jangan seperti ini kami jadi kaget karena kami kira tadi kau perampok.” Jelas Clarisa berbohong, sebenarnya dia takut jika Andrew tidak sigap dan berakhir seluruh kebohongan mereka terbongkar sebelum waktunya. “Iya Mom, aku janji!” jawab Edward terpaksa karena tidak ingin orangtuanya curiga. “Oh iya Oma kenapa Oma tidak pernah berkunjung ke rumah lagi?” pancing Edward siapa tahu mereka terpancing pertanyaannya. “Aku ini sudah tua Edward, badan Oma suka pegal kalau bepergian.” Kata Oma Maria beralasan. Dia mungkin sudah tua, tapi dia masih sanggup melatih cucu-cucunya. Untuk orang seusianya dia masih sangat sehat. “Benarkah Oma, kalau begitu bolehkah aku berkunjung kesini kapan-kapan?” Tanya Edward penasaran, dia tidak yakin mereka akan mengijinkannya berkunjung sesuka hati pada Oma nya itu. “Boleh asal orangtuamu mengizinkan.” Izin Oma Maria sambil menghela nafas panjang. Dia hanya berharap jika apa yang mereka sembunyikan tidak terbongkar sebelum waktunya. “Bolehkan Mom, Dad?” Tanya Edward antusias, Clarisa dan Sein hanya bisa mengangguk pasrah karena jika mereka melarang Edward pasti akan curiga. Edward yang merasa kedua orangtuanya mengijinkan langsung lompat-lompat kegirangan sementara orangtua dan omanya hanya bisa menghela nafas mereka. Dilain tempat Andrew tengah menghela nafas lega karena dirinya tidak terlambat untuk berlari sebelum adiknya itu masuk. Tapi tanpa ia sadari seseorang memperhatikannya dengan pandangan aneh, dia mengendap-endap mendekati Andrew, setelah itu dia menepuk bahu Andrew. Sontak Andrew kaget dan langsung berbalik kearah belakang sambil memasang muka kesal. “Huh, kau ingin membuatku mati muda karena serangan jantung hah?” Tanya Andrew kesal pada pelaku yang membuatnya kaget. “Tidak, aku hanya ingin bertanya kenapa kau ada di kamarku?” Tanya Ryuzaki dengan wajah tanpa dosanya, seolah apa yang dia lakukan tadi tidak membuat andrew kaget. “Bisakah aku tidak memasang wajah tanpa dosa seperti itu hah? Kau sudah membuatku kaget seharusnya kau meminta maaf tapi malah menanyakan pertanyaan dasar kau ini.” Kata Andrew kesal dengan ulah sahabatnya itu. Jika saja dia tidak menganggap Ryuzaki sahabatnya dia pasti sudah memukulinya sampai babak belur. “Iya, iya aku minta maaf, tapi jelaskan padaku kenapa kau dikamarku?” Tanya Ryuzaki akhirnya. Dia sebenarnya tidak berniat meminta maaf pada Andrew. Tapi melihat wajah Andrew yang menyeramkan dia akhirnya meminta maaf padanya. “Aku sedang bersembunyi.” Ujar Andrew membuat Ryuzaki mengerutkan keningnya bingung. “Hei, kau membuat oma marah yah? Kalau iya cepat pergi dari kamarku aku tidak ingin ikut dimarahi oleh oma karena ketahuan menyembunyikanmu di kamarku!” Usir Ryu, mereka mungkin bersahabat tapi dia tidak ingin ikut campur jika sahabatnya itu berurusan dengan Oma Maria. Asal kalia tahu saja Oma Maria itu jika sedang marah sangat menyeramkan. “Aku tidak membuat oma marah jadi kau tenang saja.” Jelas Andrew santai. “Lalu kenapa kau bersembunyi” Tanya Ryuzaki penasaran, masalahnya Andrew biasanya datang ke kamarnya untuk bersembunyi dari Oma Maria saat dia membuat Oma Maria marah. Dan karena itu dia juga sering dimarahi karena dianggap bersekongkol dengan Andrew. “Ada adikku di ruang tengah.” Kata Andrew sambil merebahkan dirinya diatas kasur. Dia kemudian memejamkan matanya, untuk menghindari pertanyaan tidak penting dari Ryuzaki. “Benarkah, aku ingin melihatnya apa dia itu memang mirip denganmu?” tapi sepertinya Andrew gagal karena Ryuzaki justru antusias mendengar kembarannya datang. “Kau ini, tentu saja kami mirip kami itu kembar apa otakmu itu sudah bergeser dari tempatnya sehingga tidak bisa berpikir logis!” jawab Andrew sambil mendelik kesal karena pertanyaan bodoh dari sahabatnya itu. “Bisakah kau tidak membahas soal itu, aku tahu kau itu kembar tapi aku hanya ingin memastikan. Dan satu lagi otakku masih pada tempatnya Andrew.” Kata Ryu kesal lalu keluar dari kamarnya lalu menuju ke ruang tengah di rumah itu. Dia penasaran dengan kembaran Andrew. Ayolah mereka memang kembar, tapi siapa tahu berbeda. Mungkin saja Andrew lebih jelek dari kembarannya bukan, jadi dia bisa mengejek sahabatnya itu. Sepertinya pemikiran Ryuzaki cukup berbeda dengan orang lain disekitarnya. Di ruang tengah, terlihat Oma Maria, Clarisa, Sein dan Edward sedang mengobrol. Sebenarnya itu tidak seperti sebuah obrolan, tapi lebih kepada introgasi akrena Edward tidak pernah berhenti bertanya. Dan tiba-tiba saja mereka dikagetkan oleh suara Ryuzaki yang berteriak. “OMA, KAU DIMANA?” Teriak Ryu “Bisakah kau tidak berteriak, disini sedang ada tamu?” kata Oma Maria kesal karena tingkah tidak biasa dari Ryuzaki. Dia tidak mengerti kenapa Ryuzaki sangat senang berteriak-teriak di dalam rumah. Entah itu berteriak karena mencari sesuatu ataupun untuk hanya membuatnya kesal saja. Ryuzaki itu sangat jahil, dia sangat suka membuat orang kesal. Dan anehnya targetnya justru bukan Andrew tapi Oma Maria. Dia selalu bilang jika Oma Maria sedang marah itu menyeramkan, tapi anehnya dia suka membuat Oma Maria marah. Aneh bukan. “Maaf Oma aku kira tidak ada tamu.” Katanya sambil memamerkan senyum bodohnya ketika ia sampai di ruang tengah. “Ada apa kau mencariku?” Tanya Oma Maria dengan nada kesal. “Nanti saja bicaranya Oma!” jawab Ryuzaki sambil tersenyum tanpa dosa. Oma Maria menghela napas, menghadapi Ryuzaki memang memerlukan kesabaran ekstra. Untung saja dia sudah menganggap Ryuzaki cucunya sendiri, jika tidak? Mungkin saja dia sudah menggantungnya jadi pajangan di ruang tengah. “Ryu, sudah lama tidak bertemu.” Kata Clarisa sambil tersenyum ramah saat dia melihat anak sahabatnya itu. Ryuzaki memang anak dari sabahatnya yaitu Haruka dan Kenzo. Mereka menitipkan Ryuzaki pada Oma Maria untuk ikut berlatih pada Oma Maria sekaligus, agar mereka lebih fokus merawat adik Ryuzaki yang sakit. “Iya, tante kenapa tante dan Om jarang kesini?” Tanya Ryu saat melihat kedua orangtua Andrew juga berada di sana. “Kami sibuk jadi jarang kesini!” jawab Sein yang tidak sepenuhnya jujur, mereka memang sibuk tapi mereka lebih sibuk mengelabui Edward. “Mom, Dad dia siapa kenapa dia ada di rumah Oma?” Tanya Edward penasaran saat melihat Ryuzaki terlihat sangat dekat dengan orangtuanya. “Namanya Ryuzaki, dia anak dari teman Mom dan Dad dia disini karena orangtuanya sedang diluar negeri.” Jelas Clarisa, Edward mengangguk mendengar penjelasan dari Clarisa. “Kau sekolah dimana?” Tanya Edward pada Ryu, Clarisa melotot pada Edward seolah menjelaskan jika itu tidak sopan. “Hei, sebelum kau bertanya seharusnya kau mengenalkan dirimu terlebih dahulu itu tidak sopan!” tegur Ryu pada Edward, Ryuzaki tidak suka dengan orang yang tidak sopan. Walaupun sebenarnya dia juga kadang tidak sopan kepada orang lain. Ryuzaki adalah orang yang cukup nyentrik atau bisa dibilang aneh. Karena itu orang normal mungkin tidak akan mengerti jalan pikirannya. “Maafkan aku!” pinta Edward pada Ryuzaki. “Namaku Edward, jadi kau sekolah dimana?” tanya Edward lagi, alasan Edward ingin tahu dimana Ryuzaki sekolah adalah karena dia ingin tahu tempat Andrew. Dia yakin jika mereka berdua bersekolah di sekolah yang sama. “Kau ini tidak sabaran yah!” seru Ryuzaki gemas karena tingkah Edward yang seolah mengintrogasinya. “Aku bersekolah di SMA Pluvon, kau sendiri?” tanya Ryuzaki .Tunggu dulu, Edward merasa pernah mendengar nama SMA itu di suatu tempat tapi dimana. Ah benar bukankah Bu Andin tadi bilang kalau mereka akan mengadakan rekreasi bersama dengan SMA itu, walaupun Edward tidak terlalu mendengarkan tapi dia yakin kalau itu adalah SMA yang di bilang oleh Bu Andin. “Aku sekolah di SMA Piogia! Apa kau tahu kalau sekolah kita akan mengadakan rekreasi bersama?” tanya Edward antusias, tentu saja karena ini adalah kesempatannya untuk bertemu dengan kembarannya secara langsung. “Tidak, mungkin itu akan diumumkan besok!” kata Ryu datar, dan Edward langsung merasa pesimis takutnya dia memang salah dengar. Dan bukan SMA Pluvon yang akan bergabung dengan SMAnya pada acara tersebut. Tapi sepertinya dia sedikit yakin jika memang SMA itulah yang akan bersama kami di acara rekreasi gabungan tersebut. “Sudah jangan mengobrol terus, sebaiknya kita pulang sudah mulai malam!” ajak Clarisa, Edward pun hanya bisa mengiyakan perkataan Clarisa karena saat itu memang sudah gelap. “Baiklah Mom!” ujar Edward tidak rela, padahal dia masih ingin mengobrol banyak dengan pemuda sipit itu pikirnya. “Kalau begitu aku pergi! Sampai bertemu diacara rekreasi itu!” kata Edward yakin, dia hanya tinggal membuktikannya pada saat acara itu. Ryuzaki dan Oma Maria mengantar Sein, Clarisa dan Edward ke depan pintu, setelah mereka semua pergi Ryu dan Oma Maria masuk lagi kedalam. Disana sudah ada Andrew yang duduk santai di sofa seolah tidak pernah terjadi apa-apa barusan. Melihat hal itu Oma Maria kesal dia tadi sangat kesusahan mengarang alasan untuk Edward. “Andrew bisakah kau memberi peringatan dulu sebelum adikmu masuk?” Tanya Oma kesal. “Maaf  Oma, aku tidak tahu kalau dia akan tiba-tiba masuk jadi aku langsung bersembunyi.” Jawab Andrew sambil tersenyum tidak jelas. Dia memang tidak menyangka jika adiknya akan tiba-tiba masuk seperti itu. Karena itu dia langsung bersembunyi karena tidak ingin rahasia yang mereka sembunyikan ketahuan. Meskipun karena itu dia harus merelakan pertemuan dengan orangtuanya berlangsung sebentar saja tadi. “Ya sudah kalau begitu!” kata Oma Maria sambil menghela napas. “Oh iya soal rekreasi gabungan yang diadakan sekolahmu dan Edward jangan sampai kau bertemu dengannya saat di rekreasi itu dan ingat hati-hati.” Kata Oma, walaupun Oma Maria sendiri merasa itu tidak mungkin. Pasti kemungkinan besar mereka bertemu, tapi entah kenapa dia tetap mengatakan hal itu. “Maksud Oma, sekolahku dan sekolahnya akan mengadakan rekreasi gabungan?” Tanya Andrew tidak mengerti. Mereka memang tidak mendapatkan pemberitahuan apapun mengenai itu. Jadi wajar jika Ryuzaki tadi dan Andrew sekarang kaget mendengar hal itu. “Iya tadi adikmu sendiri yang mengatakannya.” Ryu menjawab saat melihat Andrew bingung mendengar soal rekreasi itu. “Baiklah akan ku usahakan supaya tidak bertemu dengannya!” patuh Andrew, dia sendiri tidak yakin apa dia bisa menghindari adiknya nanti. Tapi, sebisa mungkin dia tidak akan berhubungan dengan sekolah Edward. “Ya sudah kalau begitu kalian istirahatlah.” Kata Oma karena hari sudah malam dan besok mereka harus sekolah. “Baiklah.” Kata mereka lalu pergi ke kamarnya masing-masing. Keesokan harinya, Andrew bangun pagi-pagi sekali. Dia tidak ingin kejadian kemarin, terjadi lagi dimana dia disiram air oleh Omanya sendiri karena susah dibangunkan. Dia bangkit dari tempat tidurnya lalu mandi dan memakai seragam, setelah semuanya beres dia turun ke bawah dan menuju ruang makan dan sarapan bersama dengan Oma Maria dan Ryuzaki. “Tumben sekali kau tidak perlu dibangunkan.” Sindir Ryuzaki santai lalu memakan roti bakarnya. “Aku kapok!” jawab Andrew jujur, lagipula siapa yang ingin setiap hari dibangunkan dengan cara disiram air. Tentu saja tidak ada, karena selain kau harus mandi lagi kau juga harus mengeringkan kasurmu yang basah. “Memangnya apa yang Oma lakukan padamu?” Tanya Ryu penasaran apa yang membuat sahabatnya itu kapok bangun siang. “Oma menyiramku kemarin.” Jujur Andrew, percuma saja berbohong pada Ryuzaki karena dia pasti akan menanyakan pada Oma sampai dia mendapatkan jawaban sebenarnya. “Itu karena salahmu sendiri susah sekali dibangunkan!” seru Oma Maria kesal, jika saja dia sudah tidak kehabisan akal membangunkan Andrew dia sudah menggunakan cara lain. Hanya saja segala cara sudah dia lakukan tapi cucunya itu sulit dibangunkan, jadi dia tidak punya pilihan lain selain menyiramnya. “Iya, aku mengaku kalau aku memang susah di bangunkan tapi apa perlu sampai di siram seperti itu?” Tanya Andrew kesal mengingat kemarin dia harus mengeringkan kasurnya. beruntu “Lalu aku harus apa, masih untung aku tidak membakarmu.” Kata Oma sarkas pada Andrew. “Kalau Oma membakarnya mungkin sekarang hidup kita akan tenang.” Kata Ryu langsung disambut dengan tatapan tajam dari Andrew. “Hahahaha, benar juga katamu, tapi kita masih membutuhkannya.” Goda Oma Maria ketika melihat cucunya itu kesal. “Jadi hanya karena itu.” Lirih Andrew entah kenapa dia merasa sedikit terluka karena perkataan Oma Maria. “Bukan hanya itu! Tentu saja karena aku menyayangimu jadi aku tidak melakukannya!” Kata Oma santai, padahal di dalam hatinya dia merasa bersalah melihat wajah sedih Andrew. “Benarkah?” Tanya Andrew masih belum percaya sepenuhnya. “Benar!” ujar Oma Maria sambil menatap Andrew sambil tersenyum. Dia tidak tega cucunya murung karena perkataannya tadi. Padahal mereka hanya bercanda saja, tidak mungkin dia membakar Andrew mana mungkin dia tega. “Sudah sana pergi kalian nanti terlambat.” Kata Oma Mereka berduapun berangkat masih dengan mobil Andrew karena mobil milik Ryuzaki masih belum datang. Setelah beberapa menit mereka akhirnya sampai di sekolah, seperti hari sebelumnya mereka menjadi pusat perhatian disekolah. Merekapun langsung masuk ke kelas karena tidak terlalu suka ditatap dengan tatapan memuja oleh siswa lain. Baru saja mereka duduk di bangku mereka sebuah pengumuman menyambut mereka. Isi pengumuman tersebut adalah kegiatan belajar hari ini diganti dengan seleksi anggota yang ikut perlombaan sehubungan dengan diadakannya rekreasi gabungan dengan SMA Pluvon. Mereka hanya mengikut sertakan siswa yang terpilih supaya mereka tidak mempermalukan nama baik sekolah. Lagipula pihak sekolah juga tidak ingin di cap asal-asalan memilik siswa untuk perlombaan hanya karena ini rekreasi gabungan. Karena itu mereka menyeleksinya untuk menghindari hal itu. “Bagaimana kalau kita ikut seleksi?” tanya Ryu “Baiklah tapi mungkin aku hanya akan ikut 3 dari semua seleksi karena kalau ikut semua aku pasti kewalahan.” Kata Andrew “Tentu saja kita akan kewalahan kalau ikut semua aku juga akan sama denganmu hanya ikut 3 seleksi.” Kata Ryu, padahal dia hanya ikut-ikutan saja. Rasanya membosankan jika melakukan sesuatu tanpa Andrew. Mungkin karena mereka berbiasa melakukan sesuatu bersama jadi sangat membosankan jika hanya melakukan sesuatu sendirian “Baiklah ayo kita pergi pertama-tama kita ke lapang basket!” ajak Andrew “Ayo, aku yakin kita bisa masuk tim inti.” Kata Ryu semangat. Dia mengatakan hal itu bukan tanpa alasan, tapi karena saat mereka SMP mereka memang masuk tim inti basket di sekolah mereka dulu. Hanya saja karena suatu alasan, pada saat kelas X mereka tidak ikut seleksi untuk tim basket. Andrew hanya mengangguk lalu berjalan kearah lapangan Basket, saat mereka sampai lapangan sudah penuh dengan siswa dan siswi sekolah itu. Mereka datang untuk menyaksikan seleksi itu, kebanyakan dari mereka adalah para siswi karena hari ini seleksinya dilaksanakan langsung oleh sang kapten tim basket namanya adalah David atau sering disebut Dav dia sangat disegani oleh para siswa disana. Dia terkenal dengan sikapnya yang dingin tapi sopan dan sangat tegas jika berhubungan dengan Basket, dia merupakan anak kelas XII. “Ok, sekarang waktunya saya menyeleksi anggota yang akan mewakili sekolah kita untuk pertandingan saat rekreasi nanti para peserta harap masuk ke lapangan.” Teriak Dav pada peserta yang memang menunggu untuk seleksi. “Baiklah cara seleksinya sangat mudah, kalian hanya perlu membentuk kelompok setiap kelompok 5 orang setelah siap tulis anggota kelompok kalian dan laporkan padaku.” Lanjut Dav Merekapun mulai mencari anggota, setelah semuanya lengkap mereka melaporkannya pada David kemudian mereka disuruh untuk berbaris sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setelah itu mereka di tandingkan antar kelompok sampai akhirnya hanya tersisa lima kelompok untuk bertanding. Mereka yang tersisa harus melawan tim yang diketuai oleh David sendiri dan tim Andrew mendapat giliran terakhir. Semua tim sudah bertanding dengan tim David kini tinggal tim Andrew, mereka bertanding dengan sangat sengit Andrew dan Ryuzaki mengerahkan segala kemampuan mereka dan itu cukup membuat David kewalahan. Pertandingan mereka membuat semua yang menonton takjub apalagi dengan bakat Ryuzaki dan Andrew. Banyak siswa yang menatap kedua orang itu dengan pandangan iri bagaimana tidak sudah pintar, tampan, jago basket pula. Setelah beberapa waktu berlalu pertandingan berakhir dengan skor seri. “Kalian berdua sangat hebat.” Puji David setelah selesai pertandingan. “Kau juga sangat hebat.” Balas Ryuzaki sambil tersenyum. “Apa kalian mau masuk ke dalam tim inti di tim basket sekolah kita?” Tanya David “Tentu saja kami mau!” seru Ryuzaki antusias. “Baguslah kalau begitu kalian lulus, kalau masalah anggota lain nanti aku hubungi kalian. Oh iya aku bisa minta nomer ponsel kalian?” Tanya David “Tentu saja bisa.” Kata Andrew Merekapun bertukar nomer telpon, setelah itu Ryuzaki dan Andrew pergi ke tempat seleksi berikutnya yaitu cerdas cermat. Mana mungkin mereka melewatkan lomba ini, mengingat otak mereka yang sangat encer. Mereka masuk kedalam sebuah ruangan test, disana sudah banyak siswa yang menanti untuk mengikuti seleksi ini tak terkecuali teman mereka Nicole, Naysha dan Steaven. Tidak lama kemudian seorang guru datang dengan setumpuk kertas test ditangannya. Seleksi kali ini dilakukan dengan cara mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, dan waktunya hanya 60 menit dengan soal sekitar 50 soal. Merekapun mulai mengerjakan soal-sola tersebut dengan cepat tapi hati-hati dan yang paling cepat mengumpulkan soal tersebut adalah Andrew dan Ryuzaki yang memang memiliki otak diatas rata-rata. Setelah selesai dengan seleksi cerdas cermat mereka berdua langsung menuju ke tempat seleksi lomba lari. Disana juga sudah banyak orang-orang yang mengantri untuk mengikuti seleksi ini, tapi walaupun begitu hanya akan dipilih 10 dari seluruh peserta. Andrew dan Ryuzaki pun tidak ingin kalah dari ratusan peserta lain mereka berlari secepat mungkin saat seleksi dan hasilnya tidak buruk mereka jadi yang tercepat. Tapi walaupun begitu hasilnya akan diumumkan besok jadi mereka belum bisa bernafas lega hari ini. Tidak berbeda dengan di SMA Pluvon di SMA Piogia pun sedang mengadakan seleksi untuk acara rekreasi gabungan itu. Edward dan Rudolf mengikuti hampir seluruh seleksi dan hasil dari seleksi mereka cukup memuaskan. Beberapa dari seleksi yang mereka berdua ikuti setengahnya mereka lulus tanpa syarat karena kemampuan dan bakat mereka. Mereka hanya tinggal santai menunggu hasil dari apa yang mereka lakukan. Sebenarnya para siswa di SMA Piogia tidak benar-benar dalam melakukan seleksi karena mereka merasa sekolah mereka adalah yang terbaik dalam hal apapun. Khas anak kota sekali, mereka merasa sombong bukan tanpa alasan. Tapi karena SMA mereka memang banyak memenangkan kejuaraan baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Karena itu mereka merasa mampu bersaing dengan sekolah manapun, terlebih yang mereka hadapi sekarang adalah sekolah yang berada di pinggiran kota. Tentu saja mereka merasa mereka berhak sombong akan hal itu. Hanya saja, mereka tidak tahu bahwa kesombongan mereka sekarang mungkin akan membuat mereka malu di masa depan. Siapa yang tahu bukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD